Realisasi Investasi Naik, KADIN: Awal yang Baik, Tetap Waspada

Despian Nurhidayat
20/4/2020 20:30
Realisasi Investasi Naik, KADIN: Awal yang Baik, Tetap Waspada
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Rosan P Roeslani(Antara/Nova Wahyudi)

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan bahwa realisasi investasi pada triwulan I 2020 sudah berhasil menyentuh angka yang baik.

Perlu diketahui bahwa sebelumnya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan bahwa realisasi investasi di triwulan I 2020 mencapai sekitar Rp210,7 triliun.

"Menurut saya ini angka yang baik tetapi kita harus waspada sampai akhir tahun ini karena investasi kemungkinan besar akan turun," ungkap Rosan kepada Media Indonesia, Senin (20/4).

Lebih lanjut, Rosan memperkirakan bahwa pada triwulan II dan III 2020 realisasi investasi Indonesia akan mengalami penurunan. Menurutnya pada triwulan II akan terjadi penurunan yang besar dan akan tetap berlanjut sampai triwulan III.

Sementara itu, Wakil Ketua Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) Shinta Widjaja Kamdani menambahkan bahwa realisasi investasi di Indonesia sebenarnya naik sebesar 8% dibanding triwulan I tahun lalu yaitu dari Rp195,1 triliun jadi Rp 210,7 triliun di 2020.

"Utamanya, pertumbuhan PMDN memang paling besar yaitu lebih dari 29%, tapi PMA malah turun ke angka 9,2%. Ini menunjukkan perbedaan investor confidence dalam dan luar negeri. Dengan kondisi sekarang, kita perlu mengapresiasi kinerja investasi domestik tahun ini, dan semoga performanya tetap sustain dan terealisasi dengan lancar," tambah Shinta.

Menurut Shinta peningkatan investasi ini didominasi oleh sektor transportasi dan komunikasi di angka kontribusi 23,4%. Sektor-sektor ini merupakan sektor yang highly regulated and guaranteed di mana harus didominasi oleh domestic player.

Di sisi lain, peningkatan investasi tersebut juga didukung dengan perubahan perilaku masyarakat.

"Kita dapat mengacu dari survei yang dilakukan oleh Nielsen dan juga McKinsey yang menyatakan adanya perubahan consumers behaviors untuk beralih ke digital akibat kebijakan stay-at-home, yang menjadi faktor menguatnya layanan in-home entertainment dan e-commerce dan menyebabkan permintaan atas industri komunikasi dan transportasi khususnya logistik meningkat," pungkasnya.

Di sisi lain, Shinta beranggapan limitnya konektivitas supply chain antar Indonesia dan negara lain membuat para pebisnis harus meningkatkan investasinya di domestik untuk tetap dapat menjaga ketahanan bahan baku.

Selain itu, peningkatan infrastruktur yaitu listrik dan konektivitas dalam negeri turut meningkatkan sebaran investasi yang tidak hanya di Pulau Jawa saja namun juga di Luar Jawa yaitu Indonesia bagian Timur yang naik 19,3% yang dipicu tidak hanya peningkatan infrastruktur saja namun juga karena adanya pelarangan ekspor untuk meningkatkan hilirisasi industri yaitu nikel yang menjadi salah satu faktor meningkatnya PMDN Indonesia bagian timur. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya