Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Relaksasi The Fed Alirkan Modal Asing

Despian Nurhidayat
05/3/2020 04:00
Relaksasi The Fed Alirkan Modal Asing
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis keputusan Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuannya akan mendorong masuknya aliran modal asing ke Indonesia.

"Insya Allah iya, karena dengan tekanan suku bunga yang menurun dari luar maka modal lebih mampu melihat secara realistis kesempatan di negara seperti kita. Indonesia relatif dalam keadaan cukup positif," katanya di Kantor Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, kemarin.

Hal itu disampaikannya menyikapi langkah The Fed pada Selasa (3/3) waktu setempat yang menurunkan kisaran target suku bunga dana federal sebesar 50 basis poin menjadi 1,00% hingga 1,25%. Alasan The Fed, wabah covid-19 berpotensi menimbulkan 'risiko yang berevolusi' terhadap kegiatan ekonomi.

Langkah The Fed tersebut, kata Sri, sebenarnya sudah terdeteksi sejak pertemuan G-20 beberapa waktu lalu. Sejumlah delegasi sudah memberi isyarat akan melonggarkan kebijakan fiskal seiring dengan merebaknya dampak virus korona yang makin menekan perekonomian global.

"Kalau kita lihat, reaksi dari para pembuat kebijakan ini sebenarnya sudah dideteksi waktu kita bicara di G-20. Secara global tentu baik karena bank-bank sentral dari seluruh dunia juga menurun-kan suku bunga," ujarnya.

Sri menuturkan Bank Indonesia (BI) yang lebih dulu menurunkan bunga acuan juga dilakukan untuk memitigasi dampak virus korona ke perekonomian Tanah Air.

"BI melakukan relaksasi dalam alat instrumennya dari sisi moneter, baik itu suku bunga maupun relaksasi GWM (giro wajib minimum). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga dari alat instrumennya yaitu melalui kolektibilitasnya yang dirilekskan," katanya.

Sri berharap, melalui kebijakan fiskal yang memberi insentif untuk mendorong konsumsi hingga produksi, serta keputusan BI ataupun OJK tersebut, mampu mengurangi dampak wabah virus korona secara maksimal.

"Ini semua kami lakukan moneter, OJK dan fiskal akan bersama-sama berusaha mengurangi dampak negatif semaksimal mungkin," tukasnya.

IHSG menguat

Dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pada penutupan kemarin sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat seiring ekspektasi atas pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral global.

IHSG masih bertahan di zona hijau dan berada di level 5.650,14 atau naik 131,51 poin (2,38%). Adapun kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 30,57 poin atau 3,43% menjadi 922,51.

Analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta Utama mengatakan penguatan IHSG itu lebih dipengaruhi faktor domestik, yakni faktor stabilitas fundamental makroekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan. Hal itu menyebabkan data manufaktur PMI Indonesia kembali mengalami ekspansi dari sebelumnya kontraksi.

"Penguatan indeks juga didukung faktor stabilitas inflasi, serta komitmen pemerintah untuk menjalankan protokol kesehatan dari WHO dalam menangani dan mengatasi penyebaran covid-19. Itu direspons positif oleh pasar," ungkap Nafan.

Ia menambahkan, di sisi lain, kebijakan BI menurunkan giro wajib minimum (GWM) juga diapresiasi oleh pelaku pasar.

"Sementara dari eksternal ialah berkaitan dengan dimulainya era penurunan suku bunga acuan dari beberapa bank sentral negara-negara di dunia, seperti AS maupun Australia," pungkasnya. (Ant/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik