Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
OTORITAS Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan ada dua investor asing yang potensial menjadi pemegang saham baru PT Bank Permata Tbk.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Slamet Edy Purnomo di Jakarta mengungkapkan kedua investor itu ialah institusi keuangan terkemuka asal Jepang, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), dan investor dari Bangkok, Thailand. Namun, Slamet belum menyebutkan secara spesifik entitas investor dari ‘Negeri Gajah Putih’ itu.
“Kayaknya SMBC yang serius dan dari (investor) Bangkok (Thailand),” ujar Slamet.
Sebelum penegasan dari pejabat OJK kemarin, ada kabar yang beredar bahwa entitas keuangan konglomerasi asal Singapura, DBS Group Holding dan Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC), juga pernah menjajaki kemungkinan membeli saham Bank Permata.
Mengenai kabar tersebut, Slamet menegaskan hingga saat ini investor yang menunjukkan keseriusan terhadap Permata ada dua, yakni SMBC dan investor asal Bangkok.
Slamet juga membantah kabar bahwa ada investor dari domestik yang berminat masuk ke Bank Permata.
Otoritas berharap investor asing yang nantinya resmi mengakuisisi Bank Permata memiliki komitmen untuk meningkatkan kontribusi perbankan berkode saham BNLI itu terhadap perekonomian nasional. Misalnya, dengan meningkatkan fungsi intermediasi Permata ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah, ataupun ke sektor infrastruktur.
Informasi terkait akusisi Bank Permata ramai di pasar keuangan sejak awal tahun dan menjadi penggerak saham BNLI. Penjualan saham Bank Permata sejalan dengan keinginan salah satu pemegang saham Permata, Standart Chartered, untuk mengurangi beban guna mengejar pertumbuhan konsolidasi. Bank tersebut berencana melepas operasional bisnis di negara yang dinilai memberikan imbal hasil (return) rendah. Langkah Stanchart itu juga diikuti pemegang saham lainnya, Astra International Tbk.
Investor pasar modal
Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan jumlah investor yang menanamkan saham di BEI mencapai 1.089.987 single investor identification (SID) atau naik 27,8% jika dibandingkan dengan jumlah investor di 2018 sebesar 852.240 SID.
Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi, mengatakan peningkatan itu merupakan implikasi dari kampanye Yuk Nabung Saham yang BEI luncurkan sejak 2015.
“Pesatnya pertumbuhan jumlah investor saham ini terjadi setelah BEI meluncurkan kampanye Yuk Nabung Saham sejak 2015,” ujar Hasan dalam acara Penghargaan Galeri Investasi BEI 2019 di Main Hall BEI, Jakarta, kemarin.
Kampanye itu bertujuan mengajak masyarakat sebagai calon investor untuk berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham secara rutin dan berkala. Misinya ialah untuk mengubah kebiasaan menabung menjadi berinvestasi. Dengan begitu, masyarakat mulai bergerak dari saving society menuju investing society.
Sementara itu, investor baru di 2019 berjumlah 237.747 SID. Angka itu pun terhitung melampaui rekor pencapaian jumlah investor baru pada 2018 yang hanya 223.749 SID. (Hld/Ant/E-1)
Menurut data nasional dari PPATK, jumlah pemain judi online di Indonesia telah menembus angka 4 juta orang.
OJK mengungkapkan pembiayaan pinjaman online (pinjol) mengalami peningkatan signifikan menjelang tahun ajaran baru atau pada Mei 2025.
OJK mencatat outstanding pembiayaan pinjol yang belum lunas mencapai Rp83,52 triliun pada Juni 2025. Angka itu tumbuh 25,06% secara tahunan.
Rojali dan Rohana merupakan bentuk reaksi alami dari masyarakat yang tengah mengalami pelemahan daya beli.
OJK minta bank blokir 25.912 rekening terafiliasi judi online. Langkah ini bagian dari upaya pemberantasan judol dan penguatan keamanan perbankan.
KEPALA Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyampaikan kinerja intermediasi perbankan dalam posisi stabil dan tangguh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved