Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
INDONESIA kehilangan kesempatan besar untuk menikmati potensi Poros Maritim Dunia, baik dari sektor logistik maupun perikanan, akibat kebijakan pemerintah tidak fokus tanpa target yang jelas.
Bambang Haryo Soekartono, praktisi dan pengamat transportasi logistik, menilai visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan Presiden Joko Widodo belum mampu diterjemahkan para menterinya dalam Kabinet Kerja yang lalu.
“Kabinet Kerja gagal mewujudkan visi Presiden Jokowi. Kita berharap kegagalan ini tidak terulang dalam Kabinet Indonesia Maju. Indonesia berada di Poros Maritim Dunia tetapi tidak dapat manfaat, ini sama seperti 'ayam mati di lumbung padi',” ungkap Bambang dalam keterang tertulisnya, Jumat (15/11).
Menurut Bambang Haryo, hampir seluruh potensi Poros Maritim Dunia dinikmati oleh negara tetangga yang justru bukan negara kepulauan seperti Indonesia, yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Saat ini, sekitar 90% kapal dunia lalu-lalang di Poros Maritim Dunia yang melalui perairan Indonesia, yakni 80% di Selat Malaka dan 10% lainnya melintasi Selat Makassar.
Di Selat Malaka, jumlah kapal yang melintas lebih dari 100.000 dengan mengangkut 90 juta twenty-foot equivalent unit (TEUs) kontainer per tahun. Singapura dan Malaysia masing-masing mampu menyedot sekitar 40 juta TEUs, Thailand 10 juta TEUs, sedangkan Indonesia tidak lebih dari 1 juta TEUs.
Bambang Haryo kecewa Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang di Selat Malaka yakni 600 mil tidak mendapat limpahan dari Selat Malaka.
Sementara itu, Singapura dengan garis pantai hanya 15 mil dan Malaysia 200 mil masing-masing bisa meraup Rp300 triliun dari transshipment di lintasan itu.
Dia mengatakan, kapal asing tidak tertarik transshipment di pelabuhan Indonesia di sepanjang Selat Malaka karena belum memiliki fasilitas bongkar muat kontainer yang memadai sehingga pelayanan tidak optimal dan tarif mahal.
Pengembangan pelabuhan dan industri masih terfokus di Pulau Jawa, yang justru tidak dilakui Poros Maritim Dunia. Sebagai contoh, pemerintah membangun Pelabuhan Patimban Subang, sehingga industri makin terkonsentrasi di Jawa.
Kedalaman alur pelabuhan Indonesia di Selat Malaka juga belum memadai untuk sandar kapal besar, sehingga tidak bisa menjadi pelabuhan hub domestik maupun hub internasional. Saat ini, pelayaran masih mengandalkan Singapura sebagai pelabuhan hub domestik untuk Indonesia.
“Pemerintah harusnya menyediakan kawasan industri terintegrasi dengan pelabuhan guna menarik ribuan investasi dari Asia Timur, Eropa, Amerika dan Australia,” ujar mantan Wakil Sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini.
Peluang ini besar karena investasi di Indonesia sebagai pusat Poros Maritim Diunia akan memangkas jarak ke tempat tujuan sehingga ongkos logistik lebih murah. Apalagi Indonesia punya sumber bahan baku untuk industri dan sumber daya manusia melimpah.
Kalau ini dapat diwujudkan, dia yakin devisa dari transshipment dan kegiatan industri akan sangat besar hingga ribuan triliun rupiah serta menyerap jutaan tenaga kerja lokal, sekaligus menumbuhkan ekonomi di kawasan tersebut.
Terusan Kra
Apalagi, lanjutnya, apabila Terusan Kra yang melintasi perairan Thailan selatan dan dibangun Thailand dibuka pada 2022, akan membuka peluang besar bagi Indonesia, terutama di wilayah Aceh, untuk menampung limpahan logistik yang tidak lagi melalui Singapura dan Malaysia.
Sayangnya, pemerintah belum menyiapkan strategi dan kebijakan konkret menghadapi dampak pembukaan Terusan Kra. Padahal, pelabuhan Sabang dan Lhokseumawe di Aceh berpotensi besar menampung limpahan itu.
Kedua pelabuhan alam itu memiliki kedalaman di atas 50 meter sehingga bisa melayani kapal-kapal generasi kelima dengan sarat kapal di atas 15 meter. Namun, saat ini pelabuhan Lhoksemawe belum bisa melayani kontainer, baik domestik maupun internasional, karena tidak memiliki fasilitas memadai.
Bambang Haryo mengatakan, Indonesia harus bisa mengambil manfaat dari pembukaan Terusan Kra yang akan memotong jalur pelayaran internasional dari Selat Malaka langsung menuju Samudera Hindia.
Saat ini, kapal-kapal dari Asia Timur (Jepang, Korea, China, Taiwan) menuju Amerika, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah ataupun sebaliknya melalui Selat Malaka.
Peluang lain yang belum dimanfaatkan adalah jalur pelayaran Asia Timur dan Filipina menuju Australia dan Selandia Baru melalui Selat Makassar. Pelabuhan di jalur Poros Maritim Dunia (ALKI 2) ini juga belum dibangun sebagai hub internasional seperti halnya pelabuhan di Selat Malaka (ALKI 1).
“Pemerintah juga harus menarik investasi ke wilayah di jalur itu, seperti Balikpapan atau Makassar. Pengembangan kawasan industri strategis yang terintegrasi dengan pelabuhan hub di Kalimantan sangat potensial karena wilayah itu bebas gempa, sangat menarik bagi negara seperti Jepang yang rawan gempa. Ke depan, Kalimantan bisa menjadi hub industri dan hub Poros Maritim Dunia,” ujarnya. (Faw/OL-09)
Penyidik sudah tiga kali memanggil Riza Chalid untuk diperiksa dalam perkara ini, namun tidak dipenuhi.
Menko Kumhamipas Yusril Ihza Mahendra mengatakan proses ekstradisi tersangka kasus e-KTP, Paulus Tannos perlu waktu. Singapura menganut hukum anglo saxon, berbeda dengan Indonesia
PERSIDANGAN ekstradisi buron dalam kasus dugaan korupsi proyek KTP-E, Paulus Tannos alias Tjhin Thian Po, belum menghasilkan putusan.
Suryopratomo mengatakan, perlawanan Tannos membuat proses ekstradisi tidak akan berjalan cepat. Sidang dimulai lagi dengan agenda mendengarkan saksi dari kubu Tannos, pada 7 Juli 2025.
Jika mengacu pada jadwal persidangan, Supratman memperkirakan m pada 25 Juni seharusnya sudah keluar hasil putusan sidang.
Percepatan pemulangan Tannos itu merupakan komitmen perjanjian ekstradisi yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia dan Singapura.
PT Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan posisinya sebagai perusahaan yang dikelola secara profesional dan transparan.
PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (PT DAK) dan PT PAL Indonesia melakukan penandatanganan Non-Disclosure Agreement (NDA).
PT Pertamina International Shipping (PIS) dan PT PAL Indonesia siap berkolaborasi untuk memajukan industri maritim nasional sekaligus mendukung rencana penguatan armada.
Dosen Komunikasi Universitas Dian Nusantara ini memaparkan hoaks kapal JKW Mahakam dan Dewi Iriana jadi contoh nyata disinformasi bisa memicu gejolak di tengah publik.
BADAN Usaha Milik Negara (BUMN) Qatar Barzan Holdings menyebut keamanan maritim menjadi salah satu area utama bagi Qatar dan Indonesia untuk berkolaborasi.
PENGAMAT maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC) Marcellus Hakeng Jayawibawa menanggapi pengembangan ekonomi berbasis maritim di Riau.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved