Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
INDONESIA kehilangan kesempatan besar untuk menikmati potensi Poros Maritim Dunia, baik dari sektor logistik maupun perikanan, akibat kebijakan pemerintah tidak fokus tanpa target yang jelas.
Bambang Haryo Soekartono, praktisi dan pengamat transportasi logistik, menilai visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan Presiden Joko Widodo belum mampu diterjemahkan para menterinya dalam Kabinet Kerja yang lalu.
“Kabinet Kerja gagal mewujudkan visi Presiden Jokowi. Kita berharap kegagalan ini tidak terulang dalam Kabinet Indonesia Maju. Indonesia berada di Poros Maritim Dunia tetapi tidak dapat manfaat, ini sama seperti 'ayam mati di lumbung padi',” ungkap Bambang dalam keterang tertulisnya, Jumat (15/11).
Menurut Bambang Haryo, hampir seluruh potensi Poros Maritim Dunia dinikmati oleh negara tetangga yang justru bukan negara kepulauan seperti Indonesia, yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Saat ini, sekitar 90% kapal dunia lalu-lalang di Poros Maritim Dunia yang melalui perairan Indonesia, yakni 80% di Selat Malaka dan 10% lainnya melintasi Selat Makassar.
Di Selat Malaka, jumlah kapal yang melintas lebih dari 100.000 dengan mengangkut 90 juta twenty-foot equivalent unit (TEUs) kontainer per tahun. Singapura dan Malaysia masing-masing mampu menyedot sekitar 40 juta TEUs, Thailand 10 juta TEUs, sedangkan Indonesia tidak lebih dari 1 juta TEUs.
Bambang Haryo kecewa Indonesia yang memiliki garis pantai terpanjang di Selat Malaka yakni 600 mil tidak mendapat limpahan dari Selat Malaka.
Sementara itu, Singapura dengan garis pantai hanya 15 mil dan Malaysia 200 mil masing-masing bisa meraup Rp300 triliun dari transshipment di lintasan itu.
Dia mengatakan, kapal asing tidak tertarik transshipment di pelabuhan Indonesia di sepanjang Selat Malaka karena belum memiliki fasilitas bongkar muat kontainer yang memadai sehingga pelayanan tidak optimal dan tarif mahal.
Pengembangan pelabuhan dan industri masih terfokus di Pulau Jawa, yang justru tidak dilakui Poros Maritim Dunia. Sebagai contoh, pemerintah membangun Pelabuhan Patimban Subang, sehingga industri makin terkonsentrasi di Jawa.
Kedalaman alur pelabuhan Indonesia di Selat Malaka juga belum memadai untuk sandar kapal besar, sehingga tidak bisa menjadi pelabuhan hub domestik maupun hub internasional. Saat ini, pelayaran masih mengandalkan Singapura sebagai pelabuhan hub domestik untuk Indonesia.
“Pemerintah harusnya menyediakan kawasan industri terintegrasi dengan pelabuhan guna menarik ribuan investasi dari Asia Timur, Eropa, Amerika dan Australia,” ujar mantan Wakil Sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini.
Peluang ini besar karena investasi di Indonesia sebagai pusat Poros Maritim Diunia akan memangkas jarak ke tempat tujuan sehingga ongkos logistik lebih murah. Apalagi Indonesia punya sumber bahan baku untuk industri dan sumber daya manusia melimpah.
Kalau ini dapat diwujudkan, dia yakin devisa dari transshipment dan kegiatan industri akan sangat besar hingga ribuan triliun rupiah serta menyerap jutaan tenaga kerja lokal, sekaligus menumbuhkan ekonomi di kawasan tersebut.
Terusan Kra
Apalagi, lanjutnya, apabila Terusan Kra yang melintasi perairan Thailan selatan dan dibangun Thailand dibuka pada 2022, akan membuka peluang besar bagi Indonesia, terutama di wilayah Aceh, untuk menampung limpahan logistik yang tidak lagi melalui Singapura dan Malaysia.
Sayangnya, pemerintah belum menyiapkan strategi dan kebijakan konkret menghadapi dampak pembukaan Terusan Kra. Padahal, pelabuhan Sabang dan Lhokseumawe di Aceh berpotensi besar menampung limpahan itu.
Kedua pelabuhan alam itu memiliki kedalaman di atas 50 meter sehingga bisa melayani kapal-kapal generasi kelima dengan sarat kapal di atas 15 meter. Namun, saat ini pelabuhan Lhoksemawe belum bisa melayani kontainer, baik domestik maupun internasional, karena tidak memiliki fasilitas memadai.
Bambang Haryo mengatakan, Indonesia harus bisa mengambil manfaat dari pembukaan Terusan Kra yang akan memotong jalur pelayaran internasional dari Selat Malaka langsung menuju Samudera Hindia.
Saat ini, kapal-kapal dari Asia Timur (Jepang, Korea, China, Taiwan) menuju Amerika, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah ataupun sebaliknya melalui Selat Malaka.
Peluang lain yang belum dimanfaatkan adalah jalur pelayaran Asia Timur dan Filipina menuju Australia dan Selandia Baru melalui Selat Makassar. Pelabuhan di jalur Poros Maritim Dunia (ALKI 2) ini juga belum dibangun sebagai hub internasional seperti halnya pelabuhan di Selat Malaka (ALKI 1).
“Pemerintah juga harus menarik investasi ke wilayah di jalur itu, seperti Balikpapan atau Makassar. Pengembangan kawasan industri strategis yang terintegrasi dengan pelabuhan hub di Kalimantan sangat potensial karena wilayah itu bebas gempa, sangat menarik bagi negara seperti Jepang yang rawan gempa. Ke depan, Kalimantan bisa menjadi hub industri dan hub Poros Maritim Dunia,” ujarnya. (Faw/OL-09)
Tannos harusnya menyerah usai saksi ahli yang dibawanya ditolak hakim. Namun, buronan itu tetap menolak untuk dipulangkan ke Indonesia.
SINGAPURA mencatat lonjakan signifikan kasus chikungunya pada 2025. Tercatat ada 17 kasus sejak awal tahun hingga 2 Agustus dan jumlah ini melonjak dua kali lipat.
Diaspora Indonesia di Singapura menyambut kedatangan Presiden RI Prabowo Subianto yang hadir untuk menghadiri Parade Hari Nasional
Presiden Prabowo melakukan kunjungan ke Singapura pada Sabtu untuk menghadiri Parade Hari Nasional 2025
SINGAPURA kini tengah mengalami peningkatan penyakit demam akibat virus yang dibawa nyamuk chikungunya dan bahkan peningkatannya mencapai dua kali lipat.
Cakra Khan baru saja menyelesaikan dua konser luar biasa di Asia Tenggara lewat rangkaian Divine Concert Cakra Khan, yang digelar di dua negara yaitu Singapura dan Malaysia.
Koleksi perdana Seamilier yang diperkenalkan di ajang KKI terinspirasi dari keunikan pesisir Belitung dan sejarah kapal karam legendaris yang tenggelam di perairan Batu Itam.
PEMBANGUNAN maritim yang berkelanjutan, inklusif, dan berdaya saing global perlu dicapai. Hal tersebut dibahas dalam forum strategis Power Breakfast Series (PBS) 2025.
PT Pertamina International Shipping (PIS) menegaskan posisinya sebagai perusahaan yang dikelola secara profesional dan transparan.
PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (PT DAK) dan PT PAL Indonesia melakukan penandatanganan Non-Disclosure Agreement (NDA).
PT Pertamina International Shipping (PIS) dan PT PAL Indonesia siap berkolaborasi untuk memajukan industri maritim nasional sekaligus mendukung rencana penguatan armada.
Dosen Komunikasi Universitas Dian Nusantara ini memaparkan hoaks kapal JKW Mahakam dan Dewi Iriana jadi contoh nyata disinformasi bisa memicu gejolak di tengah publik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved