PEMERINTAH RI mencapai kesepakatan bisnis senilai US$822 juta dengan sejumlah negara Afrika dalam perhelatan Indonesia Africa Infrastructure Dialogue (IAID) yang digelar 20-21 Agustus 2019 di Nusa Dua, Bali.
Perjanjian terbesar datang dari Senegal yang mencapai US$250 juta. Kedua negara sepakat bekerja sama dalam pembangunan La Tour De Goree Tower di Dakar. Angka terbesar kedua datang dari Pantai Gading dengan nilai US$200 juta untuk proyek 1.500 unit rumah. Selanjutnya, ada Tanzania yang akan membangun Bulk Liquid Terminal senilai US$190 juta.
PT Wijaya Karya (Wika) dipercaya melaksanakan pembangunan tiga proyek tersebut. Beberapa proyek lainnya datang dari Niger, Nigeria dan Mozambik.
"Angka tersebut masih berpeluang bertambah karena ada kemungkinan muncul kesepakatan-kesepakatan susulan sampai agenda tersebut berakhir," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di lokasi.
Baca juga: Menkeu Waspadai Ketidakpastian Global di Tahun 2020
Retno menjelaskan, sebelum perhelatan IAID berlangsung, pemerintah bersama beberapa BUMN terkait telah melakukan pembicaraan proyek-proyek di Tanah Afrika secara detail.
“Kami sudah bicara tentang proyek secara detail, apa yang sedang dibangun, apa yang akan dibangun secara menyeluruh. Satu benua ada gambarnya. Jadi kami bisa tahu bagaimana kalau mau membangun railway, melalui rute mana,” jelas Retno.
Terkait keterlibatan Wika yang begitu besar dalam pembangunan di Afrika, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo mengatakan itu merupakan buah dari sikap berani yang ditunjukkan perseroan.
Menggarap pasar baru, ucap Iman, adalah langkah yang berisiko. Tetapi, di balik itu, keuntungan yang akan didapat ketika berhasil juga akan besar.
“Jadi di balik risiko yang besar itu ada profit yang besar dan itu butuh upaya-upaya yang berani,” tuturnya. (OL-8)