Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
BANK Indonesia mencatat kinerja sektor industri pengolahan triwulan II 2019 berada pada level ekspansi. Hal itu terindikasi dari nilai Prompt Manufacturing Index (PMI)-BI sebesar 52,66% atau meningkat 0,01% jika dibandingkan dengan PMI-BI di triwulan sebelumnya (52,65%).
Ekspansi sektor industri pengolahan ini sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha sektor industri pengolahan hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) pada triwulan II 2019 yang terindikasi meningkat dengan saldo bersih tertimbang (SBT) 3,57%.
"Peningkatan kinerja industri pengolahan didorong oleh kenaikan volume pesanan sejalan dengan permintaan yang meningkat," kata Departemen Komunikasi BI dalam pernyataan resmi, kemarin.
Pada triwulan III 2019, kinerja industri pengolahan diprediksi tetap ekspansif meskipun tidak setinggi periode sebelumnya. Hal ini terindikasi dari PMI-BI pada triwulan III 2019 yang diperkirakan sedikit lebih rendah sebesar 52,11%.
"Peningkatan kinerja industri pengolahan itu diperkirakan didorong kenaikan vo-lume produksi," tandasnya.
Sejalan dengan catatan BI tersebut, catatan Kementerian Perindustrian juga menunjukkan industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor nasional. Pada periode Ja-nuari-Mei 2019, sektor manufaktur mampu mengapalkan produk-produk unggulannya hingga US$51,06 miliar atau menyumbang 74,59% pada total nilai ekspor nasional.
"Secara volume, ekspor industri manufaktur kita mengalami peningkatan 9,8% dari Januari-Mei 2019 ketimbang periode yang sama tahun lalu. Selama ini industri manufaktur masih konsisten menjadi kontributor terbesar pada nilai ekspor kita," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, kemarin.
Sektor utama
Menperin menyebutkan beberapa sektor manufaktur yang berperan besar pada capaian ekspor di lima bulan pertama tahun ini, antara lain industri makanan yang menembus US$10,56 miliar, disusul industri logam dasar US$6,52 miliar serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$5,38 miliar.
"Industri makanan menyumbang 20,69% dari total ekspor industri pengolahan pada Januari-Mei 2019," ungkapnya.
Kemudian, lanjut dia, industri pakaian jadi menyetor nilai ekspor sekitar US$3,55 miliar serta industri kertas dan barang dari kertas US$3 miliar.
"Pemerintah terus mendo-rong peningkatan investasi dan ekspansi di sektor industri. Jadi, kapasitas produksi meningkat, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, juga bisa mengisi pasar ekspor," tuturnya.
Beberapa negara tujuan utama ekspor produk manufaktur nasional di antaranya Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Singapura, dan India.
Airlangga juga mengungkapkan pemerintah gencar menarik investasi sektor industri yang dapat menghasilkan produk substitusi impor. Langkah itu merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan. (Try/Nur/E-3)
Trimegah Sekuritas menyebut sejumlah faktor yang menunjukkan bahwa arah kebijakan pemerintah saat ini mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan bahwa Indonesia bisa mendapatkan setidaknya dua keuntungan dari pengenaan tarif Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 19%.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie menyambut positif kesepakatan tarif impor sebesar 19% untuk produk Indonesia ke Amerika Serikat.
KETUA Gekrafs Temi Sumarlin mengungkapkan industri kreatif Tanah Air memiliki potensi besar, salah satunya fesyen. Industri subsektor ekraf itu dinilai menjanjikan
Kadin Indonesia bahas skema re-export dari Indonesia melalui Timor Leste untuk mengakses pasar global lebih kompetitif.
Indonesia Eximbank (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia/LPEI) meluncurkan program Desa Devisa Tenun NTT untuk memberdayakan para penenun tradisional di wilayah NTT.
Pengamat Nilai Indonesia akan Mengutamakan Market BRICS Dibanding AS
OTOMASI industri di Indonesia belakangan ini semakin berkembang seiring dengan kebutuhan berbagai sektor untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Industri manufaktur dalam negeri masih mengalami tekanan di tengah dinamika ekonomi global dan banjirnya impor produk jadi di pasar domestik.
Data resmi menunjukkan angka kecelakaan kerja yang melibatkan peralatan berat masih jadi perhatian serius.
Inovasi ini hadir sebagai respons terhadap kebutuhan industri atas alat berat yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Batas minimum tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 25% memberikan karpet merah bagi produk-produk impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved