Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
POTENSI listrik tenaga air di Indonesia sangat besar. Namun sayang, penggunaannya masih kurang dari 7%. Karena itu, pemerintah disarankan untuk mengubah konsep pembangunan pembangkit listrik tenaga air.
“Utilisasi potensi tenaga air menjadi tenaga listrik kurang dari 7%. Semua sumber natural air dari gunung mengalir langsung ke laut. Padahal, potensi PLTA di seluruh Indonesia mencapai 75 ribu MW,” ungkap President Director Andritz Hydro, Josef M Ullmer, saat menggelar acara Hari Pelanggan Indonesia 2019 di Jakarta, Jumat (15/3).
Josef mengatakan, kurangnya pemanfaatan dari sumber daya air menjadi tenaga listrik disebabkan lokasi potensi dan kebutuhan yang berbeda. Kebutuhan besar ada di Pulau Jawa dan potensi besarnya ada di luar Jawa.
Baca juga : Korban Vendor PLN, Warga Cimahi Didenda Rp10 Ju
Sementara, Senior Advisor to the Board of Director Andritz Hydro, Adhi Satriya, menjelaskan, kegiatan Hari Pelanggan Indonesia 2019 bertujuan memberikan masukan kepada pemerintah untuk memanfaatkan potensi PLTA di Tanah Air.
"Kami berharap ke depan pemerintah mengajak industri untuk mendatangi sumber potensi PLTA. Contohnya sudah ada, pembangunan smelting Inalum di Asahan, Kuala Tanjung, Sumatra Utara. Di sana ada dua potensi PLTA, salah satunya Sigura-gura. Semuanya dibangun satu paket dan satu lagi di Sulsel ada tambang nikel yang juga dibangun PLTA,” paparnya.
Ia menambahkan, rencana umum penyediaan tenaga listrik oleh PLN hanya melayani kebutuhan, tapi tidak merencanakan pengembangan ekonominya.
Baca juga : Lampu Lalu Lintas di Jalan RE Martadinata Mati karena Kabel Dicuri
“Melalui konsep Renewable Energy Base Industrial Development, maka industri diajak dibangun di lokasi yang dekat dengan potensi PLTA sehingga menggerakkan roda perekonomian di daerah. Kami juga tengah mengadakan penjajakan dengan Bukaka untuk membangun PLTA 350 MW di Kerinci,” tutur Adhi seraya menyebutkan, dalam waktu dekat ada proyek besar di Bogor dan Asahan 3 yang dikerjakan oleh PLN.
Hari Pelanggan Indonesia 2019 digelar untuk mengetahui perkembangan solusi energi berkelanjutan dalam pasar energi di Indonesia. Tentunya dengan konsep mutakhir dan ramah lingkungan di bidang pembangkit tenaga hidro yang diaplikasikan oleh Andritz Hydro.
Presentasi, tukar pengalaman mengenai pasar, dan tren perkembangan global sekaligus fokus pada proyek large-hydro, mini-hydro power projects, operation and maintenance (O&M), low-head solutions, teknologi pumped-storage merupakan aspek penting dalam acara ini.
Baca juga : Warga Gerebek Penjualan Obat Terlarang Berkedok Toko Listrik
Sebagai tambahan, Andritz Hydro juga menggunakan kesempatan ini untuk menginformasikan perkembangan dan perencanaan yang dimiliki untuk kehadiran dan operasionalnya di Indonesia.
Teknologi yang dibangun oleh Andritz Hydro sesuai dengan misi Indonesia untuk memangkas emisi 20% pada 2025.
"Kami terus mendorong penggunaan energi yang ramah lingkungan, terutama yang berkelanjutan,” kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harris Harris.
Baca juga : PLN EPI Gerakkan Desa Mandiri Energi di Gunung Kidul DIY
Hal itu disampaikan Harris saat memberikan kata sambutan dihadapan HE Helene Steinhaeusl, Duta Besar Kedutaan Besar Austria untuk Indonesia, Michael Lederer selaku Atase Transportasi, Inovasi, dan Teknologi Kedubes Austria di Jakarta.
Josef menyebutkan, Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dengan total kapasitas hidro terpasang sekitar 5.258 per MW. PLTA akan memainkan peranan penting dalam skema pengembangan negara ini.
“Pemerintah menginginkan kesediaan listrik di perdesaan, pembangkit mikro sampai skala kecil akan dibutuhkan pada tahun-tahun mendatang,” ucapnya.
Baca juga : Anies Baswedan Ambil Hikmah dari Setiap Gangguan Kampanye
Dikatakan Josef, tantangan terbesar di Asia ialah mengatasi konflik antara kebutuhan besar akan energi listrik dan pertumbuhan yang tinggi. Meskipun telah banyak insentif yang diberikan oleh pemerintah terkait, proses perizinan secara keseluruhan sangat rumit dan memakan waktu.
“Kami melihat keinginan dan pengertian yang kurang bagus dari sektor perbankan lokal untuk memberikan skema pembiayaan jangka panjang yang atraktif untuk proyek pembangunan hidro,” katanya.
Energi listrik, tegas dia, adalah suatu keharusan untuk mengurangi kemiskinan. Sementara pembangkit hidro memberikan suplai tenaga listrik tersentralisasi dan desentralisasi dengan harga kompetitif dan ramah lingkungan.
Baca juga : Surveyor Indonesia Beri Bantuan Instalasi Listrik Gratis bagi Masyarakat Kurang Mampu.
“Hampir seluruh negara mendorong program untuk mendukung investasi swasta pada pembangkit hidro kecil. Hal ini adalah solusi sempurna untuk operasi secara desentralisasi atau di kepulauan, dan pengganti pembangkit tenaga diesel yang paling bersih, andal, dan ekonomis,” katanya.
“Kami berpengalaman di Indonesia dengan pengiriman pertama pada 1910 (Bangoen Poerbo). Perusahaan telah memasang atau memodernisasi sekitar 280 unit dengan kapasitas 3.000 MW di Indonesia. Ini berarti, lebih dari setengah kapasitas pembangkit yang terpasang dibuat kami,” pungkasnya. (RO/OL-9)
Baca juga : Ini Cara Tepat Pilih AC yang gak Bikin Tagihan Listrik Melonjak
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved