Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
PERUSAHAAN rintisan (start-up) berbasis pangan sangat potensial dikembangkan di Indonesia guna meningkatkan daya saing bangsa di era revolusi industri 4.0, kata Akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto, Kavadya Syska.
"Terlebih lagi potensi pertanian hingga peternakan dan perikanan di Indonesia melimpah, potensi itu merupakan salah satu modal besar untuk mengembangkan start-up berbasis pangan," katanya di Purwokerto, Jumat (22/2).
Kavadya yang merupakan Koordinator Program Studi Teknologi Pangan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto menambahkan dalam pelaksanaannya start-up pangan akan dapat berdampingan dengan pedagang pasar tradisional.
Dia menjelaskan, start-up pangan berarti perusahaan rintisan berbasis pangan mulai dari on-farm sampai off-farm bahkan bidang kajiannya tidak hanya tanaman, juga bisa perikanan dan peternakan.
"Upaya pengembangan start-up pangan di Indonesia adalah bagian dari peningkatan daya saing bangsa untuk menciptakan wirausaha berbasis pangan sekaligus meningkatkan gairah pada sektor pangan di era revoluasi industri 4.0.," katanya.
Sektor pangan sendiri merupakan bagian fundamental dari sektor kehidupan manusia sehingga peningkatan startup pangan dengan sendirinya akan memberikan dampak terhadap ketahanan pangan dan daya saing produk pangan di Indonesia.
Baca juga: Perusahaan Unicorn Mendorong Gerak Ekonomi
Start-up pangan, tambah dia, bisa berbentuk agrostart-up yang bisa membuka kesempatan bagi masyarakat untuk membeli cabai atau komoditas lainnya langsung dari petani.
Pemerintah dan para pihak terkait, kata dia, dapat memberikan dukungan bagi pengembangan startup berbasis pangan tersebut. "Dukungan pemerintah terhadap agro-startup yaitu salah satunya edukasi teknologi berbasis telepon selular atau smartphone kepada petani dan pedagang," katanya.
Selain itu, pemerintah bisa lebih banyak menyediakan pasar bersih hingga gerai-gerai khusus pengemasan. "Bahkan bila diperlukan juga bisa buat gerai khusus untuk mengambil barang di pasar," katanya.
Dengan berkembangkan startup berbasis pangan, kata dia, maka daya saing bangsa di era revolusi industri 4.0 akan tercapai. "Hal ini juga
dapat menjadi salah satu kado bagi Indonesia emas 2045," katanya. (OL-7)
Kegiatan yang digelar Pemerintah Kota Denpasar tersebut merupakan upaya pengendalian inflasi daerah
PRESIDEN Prabowo Subianto mengancam agar tidak ada pihak yang bermain-main dengan kebutuhan pangan. Soal permasalahan beras, ia memperingatkan penggilingan beras skala besar
Blue bites adalah bentuk konkret dari konsep blue food, yaitu pangan yang berasal dari ekosistem perairan, laut, pesisir, sungai, dan danau—seperti ikan, rumput laut, moluska, dan krustasea.
EDITORIAL Media Indonesia pada Rabu (16/7) lalu menggambarkan kenyataan pahit mengenai dugaan beras oplosan di Indonesia.
Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth, mendesak Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Food Station bersikap terbuka terkait beras oplosan.
PEMERINTAH Indonesia tengah memacu transformasi ekonomi nasional melalui penguatan sektor pangan dan energi domestik.
DUA ekonom senior merespons isu merger Grab terhadap Goto.
Startup AI asal Prancis, Mistral AI berhasil mengumpulkan dana sebesar 385 juta euro dan menjadi pemimpin utama di Eropa.
Ke-12 startup Indonesia ini sudah menjadi unicorn. Apa saja? Simak yuks.
Dalam perjalanan membangun Aruna, Utari menekankan pentingnya bagi founders untuk melakukan riset pasar yang kuat dan menyeluruh
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari dikukuhkan sebagai pionir unicorn koperasi di Indonesia oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Saham Blibli ditransaksikan 32.749 kali dengan nilai mencapai Rp411,28 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved