Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Makutharama

Ono Sarwono
05/1/2025 05:00
Makutharama
Ono Sarwono Penyuka Wayang(MI/Ebet)

GUNAWAN Wibisana gamang ketika Rama Wijaya menyerahkan Alengka kepada dirinya. Artinya, ia diperintah menjadi raja dan mendandani negara yang hancur pascaperang brubuh (habis-habisan) yang membinasakan Dasamuka dan balanya.

Berdasarkan konvensi perang, Rama berhak atas Alengka dan seluruh kekayaannya setelah memenangi pertempuran dalam upaya merebut kembali istrinya, Sinta, dari cengkeraman Raja Alengka Dasamuka. Namun, Rama tak ingin menguasainya.

Hikmatnya, Alengka harus dikembaikan kepada yang berhak. Dalam hal ini, tinggal Gunawan sebagai ahli waris yang masih hidup. Tiga saudara kandungnya, yaitu Dasamuka, Kumbakarna, dan Sarpakenaka, sirna margalayu (mati) dalam perang.

Perasaan campur aduk berkecamuk dalam hati dan pikiran Gunawan. Ada kelegaan karena angkara murka yang mewujud dalam diri Dasamuka telah lenyap dari bumi Alengka. Di sisi lain, sedih melihat tanah airnya luluh lantak, berkekeping-keping.

Apalagi dirinya berperan dan berada di pihak yang membumihanguskan warisan leluhurnya tersebut. Realitas suram dengan segala kepahitannya. Gunawan tidak menyalahkan siapa-siapa. Sejarah kelam Alengka sudah menjadi suratan takdir.

Rama Wijaya sangat mamahami kegundahan Gunawan. Disemangatilah asa putra bungsu mendiang Resi Wisrawa dan Sukesi yang telah membantunya itu. Alengka harus dibangun kembali dengan menjunjung nilai-nilai kemanusian dan keadilan.

Untuk mewujudkannya, Raja Pancawati tersebut membekali Gunawan pitutur luhur berupa pedoman pemimpin. Ada delapan alam yang secara filosofis bisa dijadikan tuntunan, yaitu Bumi, Matahari, Bulan, samudra, bintang, angin, air, dan api.

Rama menjelaskan bahwa Bumi wataknya memberi hidup semua makhluk tanpa kecuali. Maknanya, kekuasaan dipergunakan untuk memakmurkan seluruh rakyat. Semua kebutuhan hidup masyarakat terpenuhi.

Adapun Matahari sifatnya menerangi dan menjadi sumber energi. Pemimpin harus mampu mencerahkan sekaligus menginspirasi dan memberi semangat rakyat untuk bekerja dan berkarya menggapai harapan.

Berikutnya, Bulan, keberadaannya menjadi pencahaya pada malam hari. Maknanya, pemimpin menjadi panutan rakyat yang mengalami kegelapan. Dengan kata lain, petunjuk arah ke mana mesti melangkah.

Sifat alam keempat ailah samudra yang keberadaannya begitu luas dan dalam. Simbol kelapangan dan keluasan hati. Pemimpin terbuka dan legawa terhadap kritik. Sepahit apa pun, diterima tanpa sakit hati dan dendam.

Kelima, ialah bintang yang gemerlap di langit. Kilau dan kerlipnya begitu indah. Pemimpin berkepribadian mulia sehingga menjadi teladan rakyat. Ucapan, tingkah, dan perilakunya senantiasa menenteramkan.

Yang keenam, angin. Wataknya ada di mana-mana. Tiada ruang yang kalis dari angin. Pemimpin selalu dekat dengan rakyat di mana pun berada. Dengan demikian, ia mengetahui kondisi masyarakat secara langsung.

Sifat alam berikutnya ialah air. Wataknya menyegarkan dan menyejukkan. Ini memiliki makna bahwa menjadi pemimpin itu harus mampu membuat rakyat senang dan bahagia karena terpuaskan semua kebutuhan dengan adil dan merata.

Terakhir, api, wataknya membakar dan menghanguskan apa saja. Maknanya, pemimpin harus berani menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Siapa saja yang melanggar hukum ditindak tegas.

 

Negara Singgelapura

Gunawan berterima kasih kepada Rama yang memberi ilmu kepemimpinan yang disebut Makutharama. Artinya 'mahkota' Rama, nilai-nilai luhur yang dipundi-pundi (dimuliakan). Ajaran itu juga disebut hastabrata, delapan laku pemimpin.

Pada saat menerima piwulang, Gunawan dengan jujur mengakui tidak mudah menjalankannya. Ia mengaku memiliki keterbatasan sehingga tak mungkin mampu mengejawantahkan semua. Apa yang mesti diprioritaskan dari ajaran tersebut.

Rama, titisan Bathara Wisnu, menyatakan sifat yang harus diutamakan sebagai pemimpin ialah watak api. Itu tak boleh ditawar-tawar karena merupakan fondasi pemimpin menjalankan amanahnya. Dengan berwatak api, semua akan menjadi mudah.

Nilai yang terkandung dalam watak hakiki api itu ialah nyala, yaitu keberanian melenyapkan atau membinasakan semua yang bertindak hina dan nista. Siapa yang mengancam dan merusak eksistensi negara, mereka harus dihukum sekeras-kerasnya.

Jadi, sifat api itu melambangkan sikap paling adil. Siapa saja yang menyentuh, pasti akan terbakar. Dalam konteks tata negara, pemimpin harus menegakkan hukum dengan tegas dan tegak lurus. Setiap pelanggaran diganjar dengan hukuman berat .

Menurut Rama, contoh tindakan yang harus ditindak keras tanpa kompromi ialah para koruptor. Kenapa? Karena korupsi itu ialah extraordinary crime (kejahatan luar biasa) sehingga pelakunya juga dihukum dengan ekstra. Ke mana pun mereka bersembunyi harus diburu meski hingga ke Antartika.

Tidak ada maaf bagi para koruptor walaupun mereka mengembalikan uang rakyat yang telah dirampok. Pemimpin tidak boleh bermain mata atau menyelesaikan lewat cara diam-diam atau memaafkan para koruptor. Mereka orang-orang tidak berguna.

Setelah jelas, Gunawan menyatakan kesediaannya memimpin Alengka. Namun, ia tak ingin berkantor dan tinggal di istana peninggalan Dasamuka. Gunawan memilih membangun istana baru di Parangkuntara dan mengganti nama negara Alengka dengan Singgelapura.

Dengan kepemimpinan yang berpedoman pada Makutharama, Singgelapura dengan cepat menjadi negara maju, adil, dan makmur. Rakyat hidup sejahtera dan ayem-tenteram. Di tengah kesibukannya, Gunawam masih dan terus menjalin komunikasi dengan Rama yang telah menjadi Raja Ayodya menggantikan adiknya, Bharata.

Setelah merasa Singgelapura mapan, Gunawan lengser keprabon (pensiun) dan menjadi brahmana di Gunung Cindramanik. Kekuasaan negara diwariskan kepada putranya, Bisawarna, yang kemudian naik takhta bergelar Prabu Dentawilukrama.

Nilai utama dari kisah di atas ialah penegakan hukum menjadi langkah awal yang mesti dilakukan pemimpin. Koruptor adalah musuh besar negara sehingga harus dihukum keras tanpa pandang bulu. Jangan ada kompromi, apalagi memaafkan mereka. (M-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya