Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ATLET panjat tebing wanita Indonesia, Desak Made Rita Kusuma Dewi, menorehkan prestasi gemilang di dunia olahraga. Di usia yang masih 23 tahun, Desak menjelma menjadi olympian--sebutan untuk atlet yang bertanding di Olimpiade--pada Olimpiade Paris 2024 untuk nomor pertandingan speed.
Desak menembus pesta olahraga terbesar di dunia itu bukan karena wild card, melainkan kerja kerasnya hingga menjuarai Kejuaraan Dunia Panjat Tebing 2023. Dia pun mencetak sejarah menjadi atlet panjat tebing wanita Indonesia pertama yang menembus Olimpiade. Untuk diketahui, cabang olahraga panjat tebing baru masuk ke helatan Olimpiade di tahun 2020 dengan nomer pertandingan combine.
Dalam wawancara bersama Media Indonesia, Selasa (20/8), Desak bercerita bagaimana jatuh-bangun perjalanannya dari seorang gadis kecil di Singaraja, Bali, hingga bisa mencapai Olimpiade Paris 2024.
Halo Desak, boleh dong cerita awal mula menekuni dunia panjat tebing?
Awal mula kenal panjat tebing itu dari kelas 2 sekolah dasar (SD), kira-kira umur 8 tahun. Awalnya cuma ikut-ikut bibi ke taman kota di Bali, tepatnya di Singaraja (Federasi Panjat Tebing tingkat Kabupaten Buleleng). Kebetulan bibi memang atlet daerah saat itu dan sering latihan di sana. Awal-awal cuma iseng coba manjat sedikit-sedikit, eh malah keterusan sampai bisa jadi atlet nasional seperti sekarang.
Baca juga : Atlet Panjat Tebing Putri Indonesia Gagal Raih Medali di Olimpiade Paris
Apa yang menarik dari kegiatan ini hingga membuat kamu ketagih an menekuni olahraga panjat tebing?
Sebetulnya, waktu pertama ikut latihan panjat tebing di Singaraja itu, yang paling bikin tertarik karena teman-teman di sana, mereka asyik-asyik. Di sana juga saling support dan kompetitif banget. Kami itu saling berkompetisi dalam latihan.
Seumpamanya saya kalah pada hari ini, besoknya saya datang harus bisa lebih dari yang kemarin, dan itu yang membuat ketagihan untuk latihan.
Baca juga : Lifter Eko Yuli Irawan dan Dua Atlet Panjang Tebing Indonesia akan Tampil di Olimpiade Paris 2024 Hari Ini
Apakah perjalanan karier kamu di dunia panjat tebing lancar dan menyenangkan?
Awalnya justru kurang didukung sama orangtua, khususnya bapak. Mungkin karena saya anak perempuan. Apalagi kegiatannya itu manjat-manjat, mungkin dia juga khawatir. Di awal-awal bapak kurang setuju. Namun, tidak disampaikan, lebih ke gestur, misalkan saat antar saya latihan.
Tetapi karena saya nekat, misalkan bapak sibuk kerja atau tidak mau antar latihan, ya saya kabur ke rumah bibi supaya bisa nebeng ke tempat latihan. Sampai akhirnya saya membuktikan ke bapak kalau bisa berprestasi di panjat tebing. Waktu itu saya berhasil juara di tingkat kecamatan, dapat apresiasi beasiswa juga dari sekolah. Dari sana bapak baru mulai mendukung saya. Bahkan yang tadinya enggak mau nganterin, jadinya bapak selalu sempatkan kerja setengah hari buat nganterin saya latihan.
Proses awal karier hingga bisa menjadi bagian tim nasional?
Saya memulai dari federasi di tingkat Kabupaten Buleleng, terus naik ke tingkat Provinsi Bali, sampai akhirnya bisa ke federasi tingkat nasional. Untuk bisa sampai gabung di federasi nasional karena ikut banyak kejuaraan, salah satunya kejuaraan nasional level junior dan waktu itu ngewakili Bali. Ikut kejuaran nasional itu enggak hanya sekali sampai akhirnya dipantau tim pelatih nasional dan tahun 2020 saya diberikan kesempatan untuk bergabung ke timnas dan ikut sejumlah kompetisi Internasional.
Baca juga : Desak Made dan Rajiah Sallsabillah Optimistis Melaju ke Semifinal Olimpiade Paris 2024
Selama berkegiatan, apakah Desak pernah mengalami cedera dan bagaimana bangkit supaya bisa berprestasi lagi?
Cedera itu makanan sehari-harinya atlet, tetapi syukur masih ringan dan semoga dijauhi dari cedera parah. Cedera ringan misalnya jari bengkak (luka dalam), otot bagian trisep robek. Sejauh ini aku selalu menempatkan cedera sebagai pemacu diri untuk lebih kuat, seperti selalu ngomong ke diri sendiri, ‘Enggak apa-apa kamu bisa, kamu bisa lawan’.
Baca juga : Debut di Olimpiade Paris 2024, Ini Profil hingga Prestasi Desak Made Rita Kusuma Dewi Atlet Panjat Tebing
Dalam perjalanan membangun prestasi, Desak pernah mengalami hal kurang menyenangkan atau perundungan?
Saat awal meniti karier, ada beberapa orang yang enggak mau ngelatih Desak dengan alasan postur tubuh. Jadi panjat tebing itu identik dengan orang kurus, kecil, dan selalu ada anggapan dengan postur seperti itu bisa memudahkan saat memanjat. Kebetulan saya itu tipe badan yang tinggi dan besar, jadi dulu sering dikatain gendut atau gembrot gitu.
Karena kondisi fisik itu, ada beberapa orang yang enggak mau ngebelay (menjaga dan mem-back up pemanjat dari bawah) karena saya berat. Saya justru menjadikan hal itu sebagai motivasi untuk membuktikan bisa berprestasi. Setelah masuk di pelatnas, saya sangat senang karena tim pelatih serta teman-teman banyak yang mendukung terkait kondisi badan saya. Mereka bilang, ‘Badan kamu besar, tapi kamu juga memiliki tenaga yang kuat, jadi lebih berfokuslah pada kelebihan yang kamu miliki’, dan itu sangat bermakna buat saya.
Pernah merasa bosen dengan olahraga ini?
Kalau bosan sih enggak pernah, buktinya sampai sekarang masih tetap manjat. Lebih ke jenuh kali, ya, biasanya pas keadaan lagi capek atau target latihan tidak terpenuhi. Kalau lagi jenuh, saya suka ingat lagi cita-cita yang ingin dicapai, misalnya pengen tembus Olimpiade, pengen dapat medali di Olimpiade. Itu membuat saya semangat lagi.
Terkait pencapaian di Olimpiade kemarin?
Bangga bisa mewakili Indonesia ke Olimpiade, sedikit kecewa karena mimpi untuk naik podium belum terlaksana. Jujur saat awal lolos Olimpiade itu masih enggak percaya, sekembalinya ke Indonesia setelah mengamankan tiket Olimpiade masih ada pikiran ‘beneran nih, saya lolos ke Olimpiade 2024’. Itu kan kompetisi olahraga terbesar di dunia.
Predikat atlet panjat tebing wanita Indonesia pertama yang tampil di Olimpiade, jadi beban enggak?
Kalau memang seperti itu saya bersyukur. Predikat itu tidak saya jadikan beban, memang harus memperbaiki diri setiap saat.
Di babak kualifikasi Olimpiade sempat ada technical error, sempat down enggak?
Saya sudah kepikiran ini timer yang error, bukan saya. Kemudian saya lihat pelatih juga bilang enggak apa-apa, tenang, fokus lagi, itu timer-nya yang error. Pas diputuskan untuk tanding ulang, afirmasi ke diri, ‘Fokus, fokus, bisa’.
Terhenti di babak 8 besar, target lain yang ingin dicapai?
Kecewa ada, tapi mungkin memang belum rezeki. Harus kejar mimpi lagi, ingin menjadi wanita pertama yang mendapatkan catatan waktu di bawah 6 detik dan lolos ke Olimpiade Los Angeles 2028. (M-3)
BIODATA
DESAK MADE RITA KUSUMA DEWI
Usia: 23 Tahun
Prestasi
Delapan besar Olimpiade Paris 2024
Medali emas Kejuaraan Dunia Panjat Tebing 2023
Medali perungguu Piala Dunia IFSC 2023, Seoul
Medali perak Piala Dunia IFSC 2023, Jakarta
Medali perak Piala Dunia IFSC 2023, Salt Lake City
Medali Perak NEOM Beach Games 2023, Arab Saudi
Medali emas Asian Games 2022
Medali perunggu Seri World Cup 2022
Medali perunggu Piala Dunia IFSC 2022, Villars
Medali perunggu Piala Dunia IFSC 2022, Chamonix
Medali perak Kejuaraan Asia 2022, Seoul
Keterlibatan pada forum internasional membawa Nadhira menjadi pribadi yang percaya diri dan berani bersuara dalam suatu forum.
Selama tiga bulan, berbekal ilmu dari Youtube dan jurnal, ia melakukan riset untuk membuat kulit menggunakan bakteri sisa fermentasi kombukha.
Mulai serius menekuni renang sejak kelas 4 SD, kini di usia 13 tahun Chantika telah langganan medali di berbagai kejuaraan, baik dalam maupun luar negeri.
Selain bisa menjadi mahasiswa UGM, Deni menapaki jejak sang idola, WS Rendra, lewat prestasi-prestasinya di bidang puisi.
Berusia 19 tahun, ia tampil di ajang New York Fashion Week 2023 dengan koleksi yang menampilkan jaket kulit domba Garut dengan motif megamendung khas Cirebon.
Kiromal Katibin berhak meraih medali emas karena mencatatkan waktu terbaik 4,83 detik, saat menjalani kualifikasi di hari sebelum kompetisi dihentikan akibat faktor cuaca.
Dukungan penyelenggaraan IFSC World Cup Bali 2025 juga datang dari EIGER Tropical Adventure, brand penyedia perlengkapan luar ruang asal Indonesia.
Atlet panjat tebing Indonesia, Kiromal Katibin, meraih medali perunggu pada babak final disiplin speed putra di kompetisi Piala Dunia Panjat Tebing 2025 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (3/5).
Delapan atlet putra dan putri Indonesia lolos ke putaran final pada kategori speed Piala Dunia Panjat Tebing (IFSC) 2025 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (3/5).
Kemenpora akan menggelar seleksi nasional untuk menentukan atlet-atlet terbaik yang akan mewakili Indonesia di SEA Games 2025.
Dua atlet panjat tebing Indonesia, Desak Made Rita (putri) dan Kiromal Katibin (putra), melaju ke babak final nomor speed kejuaraan panjat tebing IFSC World Cup Wujiang 2025.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved