Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
Sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Royal Society Open Science, Rabu (6/9) mengungkapkan nenek moyang awal manusia sengaja membuat batu menjadi bola sekitar 1,4 juta tahun yang lalu. Namun, fungsi benda tersebut hingga kini masih menjadi misteri.
Para arkeolog telah lama memperdebatkan bagaimana tepatnya “bola” seukuran bola tenis itu diciptakan. Apakah hominin-hominin awal dengan sengaja menghancurkan batu-batu tersebut dengan tujuan membuat bola yang sempurna, atau apakah mereka hanyalah produk sampingan yang tidak disengaja karena berulang kali menghancurkan batu seperti palu kuno?
Penelitian baru yang dipimpin oleh Universitas Ibrani Yerusalem menunjukkan bahwa nenek moyang kita mengetahui apa yang mereka lakukan.
Tim ilmuwan memeriksa 150 bola batu kapur yang berasal dari 1,4 juta tahun lalu yang ditemukan di situs arkeologi 'Ubeidiya, di utara Israel.
Dengan menggunakan analisis tiga dimensi (3D) untuk merekonstruksi geometri batu, para peneliti menentukan bahwa kebulatan batu tersebut kemungkinan dihasilkan secara sengaja.
“Para hominin awal – yang garis keturunan manusianya masih belum diketahui – telah berusaha mencapai cita-cita Platonis tentang sebuah bola,” kata mereka.
Saat benda itu sedang dibuat, batu-batu tersebut tidak menjadi lebih halus, namun menjadi lebih bulat, kata studi tersebut.
“Hal ini penting karena meskipun alam dapat membuat kerikil menjadi lebih halus, seperti yang ada di sungai, kerikil tersebut hampir tidak pernah mendekati bentuk yang benar-benar bulat.”
Julia Cabanas, seorang arkeolog di Museum Sejarah Alam Prancis yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada AFP bahwa ini berarti para hominin memiliki “pradugal” tentang apa yang mereka lakukan.
“Hal ini menunjukkan bahwa kerabat kita di zaman dahulu memiliki kapasitas kognitif untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaan tersebut.”
Cabanas mengatakan teknik yang sama dapat digunakan pada spheroid lainnya. Misalnya, penelitian ini dapat menjelaskan tentang spheroid tertua yang diketahui, yang berumur dua juta tahun dan ditemukan di Ngarai Olduvai di Tanzania modern.
Namun, alasan mengapa nenek moyang kita membuat ‘bola-bola’ itu masih menjadi misteri. Teori yang mungkin muncul adalah bahwa hominin sedang mencoba membuat alat yang dapat mengambil sumsum dari tulang, atau menggiling tanaman.
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa spheroid mungkin digunakan sebagai proyektil, atau mungkin memiliki tujuan simbolis atau artistik. “Semua hipotesis mungkin, atau kita mungkin tidak akan pernah tahu jawabannya.” kata Cabanes. (AFP/M-3)
Tim arkeolog di Barcelona menemukan sisa-sisa kapal abad ke-15 atau ke-16 saat menggali situs bekas pasar ikan untuk pembangunan pusat biomedis.
Para arkeolog menemukan sebuah altar berusia 1.700 tahun di Tikal, Guatemala, yang mengungkap dominasi budaya dan politik Teotihuacan atas peradaban Maya.
Penemuan ratusan alat batu di Longtan, Tiongkok, mengungkapkan tradisi pembuatan alat yang mirip dengan gaya Quina yang sebelumnya dianggap khas Neanderthal di Eropa.
Arkeolog menemukan 41 kuburan anak-anak dari Zaman Perunggu dan Besi di Fredrikstad, Norwegia, yang ditandai dengan lingkaran batu misterius.
Para arkeolog menemukan alat tulang buatan manusia tertua yang berusia 1,5 juta tahun di Olduvai Gorge, Tanzania.
Arkeolog menemukan makam abad ke-5 di dekat Yerusalem yang berisi jenazah perempuan yang dibalut rantai besi berat, menandakan praktik pertapaan ekstrem dalam Kekristenan awal.
PENELITI senior BRIN Lili Romli menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tentang tidak adanya bukti yang kuat terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998.
Menurutnya, pengingkaran terhadap peristiwa tersebut adalah bentuk penghapusan jejak sejarah Indonesia.
Proyek penyusunan ulang sejarah Indonesia ini sangat problematik dan potensial digunakan oleh rezim penguasa untuk merekayasa dan membelokkan sejarah sesuai dengan kepentingan rezim.
Pegiat HAMĀ Perempuan Yuniyanti Chizaifah menegaskan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut tidak ada pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998
Djarot mengatakan penulisan sejarah seharusnya berdasarkan fakta, bukan berdasarkan kepentingan politik. Maka dari itu, ia mengingatkan agar sejarah tidak dimanipulasi.
KETUA DPR RI Puan Maharani menanggapi rencana Kementerian Kebudayaan untuk menjalankan proyek penulisan ulang sejarah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved