PARIS selama ini dikenal sebagai kota romantis. Menara Eiffel dan sejumlah bangunan antik dan bersejarah lainnya bertebaran dan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Namun, tumpukan sampah kini telah merusak wajah Ibu Kota Prancis tersebut.
"Saya belum pernah melihat kota dengan begitu banyak sampah di jalan," kata Fabio Figueirado, seorang turis dari Portugis. Pria berusia 25 tahun itu datang bersama kekasihnya ke Paris untuk melihat gedung-gedung indah di kota itu, tetapi yang mereka dapati ketika menyuduri trotoar hanyalah tumpukan sampah.
"Mereka harus mengambilnya seminggu sekali, itu tidak bagus sama sekali," ujarnya, seperti dilansir AFP, Selasa (14/3).
Sejak pekan lalu, para petugas pengumpul sampah di Paris mogok kerja untuk menggugat UU reformasi pensiun. Menurut otoritas setempat, pemogokan tersebut telah menyebabkan 6.600 ton sampah menumpuk di trotoar di kota itu.
"Saya pikir sangat menyedihkan melihat begitu banyak sampah di kota yang indah ini," kata turis dari Kolombia, Martha Velasquez. "Sudah beberapa ruas jalan kita lihat tumpukan sampah.”
Seorang perwakilan serikat pekerja mengatakan kepada AFP, para pengumpul sampah dan petugas kebersihan lainnya pada Selasa lalu memilih untuk memperpanjang aksi mogok mereka sampai setidaknya Senin depan.
"Petugas pengumpul sampah dan supir truk menentang usia pensiun mereka diperpanjang kembali dari 57 tahun menjadi 59 tahun jika undang-undang baru disahkan," kata serikat pekerja CGT.
Mereka juga menginginkan kenaikan upah sehingga mereka dapat menerima pensiun sedikit lebih tinggi.
Salah seorang pekerja, Murielle Gaeremynck, termasuk yang menolak rencana aturan itu. Dia mengatakan telah bekerja selama lebih dari dua dekade sebagai petugas pengumpul sampah.
“Tetapi ketika saya pensiun, saya tahu saya akan menjadi miskin," katanya, seraya menjelaskan pensiunnya akan kurang dari 1.200 euro atau sekitar US$1200 (kurang lebih Rp18,5 juta) sebulan.
Seorang pengemudi truk, Nabil Latreche, 44, mengatakan dia dan petugas kebersihan lainnya pantas mendapatkan uang pensiun yang layak. "Kami bekerja tanpa mengenal kondisi cuaca. Ketika kami berada di belakang truk, kami menghirup segala macam aroma. Kami sering sakit karena pekerjaan ini."
Simbol demokrasi
Di beberapa bagian di Kota Paris, beberapa turis mengeluhkan bau sampah yang menumpuk ini, tetapi yang lain jauh lebih pengertian.
Di gang sempit belakang restoran dekat Sungai Seine, Andrey Naradzetski, 21, misalnya, malah berpose di depan tumpukan sampah yang mengggunung. Dia melihat aksi mogok itu sebagai tanda demokrasi yang sehat.
"Rasanya seperti negara yang benar-benar bebas karena di sini ada pemogokan," kata pemuda Belarusia yang tinggal di Polandia itu. “Saya tidak percaya situasi yang sama dapat terjadi di negara asal saya." imbuhnya.
Tidak jauh, di dekat tempat sampah yang menggunung, turis AS Daniel Gore, 53, mengatakan dia juga menghormati mereka yang mogok.
"Paris biasanya luar biasa bersih," katanya, pada kunjungannya yang ke-13 ke kota itu bersama istri dan putrinya. "Kali ini kami jelas melihat bedanya, tapi kami juga tahu mengapa dan kami mengerti."
Jean-François Rial, Kepala Kantor Pariwisata Paris, mengakui semua sampah itu tidak baik untuk turis asing. “Tetapi pemogokan yang sedang berlangsung tidak akan berdampak pada jumlah wisatawan di Paris,“ katanya kepada AFP. (M-3)