Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Asal-muasal Baguette, Roti Prancis yang Masuk Dalam Warisan Budaya UNESCO

Devi Harahap
05/12/2022 19:31
Asal-muasal Baguette, Roti Prancis yang Masuk Dalam Warisan Budaya UNESCO
Baguette, salah satu roti ikonik dari Prancis.(123RF )

Roti baguette yang sudah menjadi roti ikonik khas Prancis ini resmi ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO.

Roti baguette yang juga sering disebut French stick merupakan roti berbentuk panjang dengan tekstur bagian luar keras tetapi lembut di dalam. 

Roti yang memiliki kerak berwarna coklat keemasan ini tak hanya sekadar makanan pokok, namun telah menjadi bagian dari kebudayaan sehari-hari masyarakat Prancis. Biasanya roti baguette akan disajikan sebagai hidangan pembuka atau menjadi pelengkap dari hidangan utama.

Melihat orang-orang keluar dari toko roti atau boulangerie sambil mengapit baguette di lengan mereka adalah pemandangan yang umum dijumpai di Prancis. Menurut Federasi Nasional Toko Roti Perancis, lebih dari enam miliar baguette diproduksi setiap tahun di negara tersebut seperti dilansir dari Times of India (1/12).

Sebelumnya, pemerintah Prancis dikabarkan telah melakukan permintaan agar Baguette diterima dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada awal 2021. Hal ini disebabkan karena popularitas roti tersebut terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Penurunan ini disebabkan karena banyak toko roti di Prancis yang berjuang melawan meningkatnya supermarket luar kota di daerah pedesaan dan peningkatan popularitas terhadap adonan sourdough ham ke burger. 

Hal ini membuat Perancis kehilangan sekitar 400 toko perajin roti per tahun sejak 1970, dari 55.000 (satu per 790 penduduk) menjadi 35.000 saat ini (satu per 2.000). Pemberian status "warisan budaya tak benda" ini tentu menjadi angin segar bagi komunitas pembuat roti artisan Perancis di tengah situasi yang penuh tantangan.

"Ini adalah pengakuan bagi komunitas pembuat roti dan koki patisserie," kata Presiden Federasi Nasional Toko Roti Perancis, Dominique Anract seperti dilansir dari AFP (30/11).

Sejarah Baguette

Meskipun dianggap telah ada di Prancis sejak lama, namun nama 'baguette' secara resmi baru dipergunakan pada 1920. Hal itu diawali dari pengesahan undang-undang yang mengatur spesifikasi khusus roti itu yaitu memiliki berat minimum 80 gram dengan panjang maksimum 40 sentimeter saat dipanggang.

Ukuran baguette ini membuat kokoh saat diangkat. Selain itu, ukuran ini juga dapat membuat baguette memiliki tekstur yang kenyal di bagian dalam.

Menurut hukum Prancis, baguette harus dibuat hanya dengan empat bahan yaitu tepung terigu, air, ragi, dan garam. Baguette juga wajib memiliki kerak, karena saat dikonsumsi akan membuat aroma semakin terasa.

Tak hanya panjang dan berat roti saja yang ditetapkan, tetapi harga roti baguette hingga tahun 1986 juga ditetapkan. Roti ini dianggap mewah karena dibuat dengan bahan-bahan yang mampu bertahan lebih lama dibandingkan jenis roti lainnya.

Barulah pada awal abad ke-20, banyak masyarakat Prancis yang sudah bisa melihat roti baguette ini dijual di toko roti ataupun bistro Paris. Popularitasnya terus berkembang hingga roti baguette populer tahun 1960 dan 1970-an.

Sebenarnya baguette ditemukan oleh pembuat roti asal Vienna, Austria bernama August Zang. Ia merupakan sosok yang memperkenalkan pemanggangan oven uap pada tahun 1839. 

Kendati demikian, sejarah awal baguette masih belum pasti. Sebagian sumber mengatakan roti panjang seperti itu sudah umum pada abad ke-18. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa pengenalan oven uap oleh tukang roti Austria August Zang pada 1830-an menjadi cikal-bakal kelahiran baguette modern.

Loic Bienassis dari Institut Sejarah dan Budaya Pangan Eropa mengatakan, baguette pada awalnya dianggap sebagai produk mewah yang dimakan kalangan borjuis dan aristokrat. 

"Adapun kelas pekerja pada masa itu biasanya memakan roti khas pedesaan yang lebih awet dan mudah disimpan. Kemudian konsumsi roti baguette meluas, dan daerah perdesaan mulai menggemari baguette pada 1960-an dan 70-an," kata Bienassis.

Salah satu kisah populer mengenai asal-usul baguette yakni, Napoleon memerintahkan roti dibuat tipis dan memanjang agar bisa lebih mudah dibawa oleh tentara.

Ada pula yang mengaitkan baguette dengan pembangunan metro,  jalur kereta bawah tanah di Paris, pada akhir abad ke-19, di mana baguette diyakini lebih mudah disobek dan dibagikan, sehingga membuatnya lebih praktis serta menghindari pertengkaran antara pekerja. (M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya