Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Para peneliti dari University of Portsmouth, Inggris dan Paris Nanterre University, Prancis, telah meneliti dampak penggunaan layar pasif terhadap perkembangan kognitif anak kecil.
Hasil penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Psychology mengungkapkan paparan layar, baik dari televisi maupun perangkat seluler lainnya dengan program penayangan khusus anak dapat bermanfaat bagi mereka.
Dalam studi ini dilakukan karena jumlah program TV yang menargetkan penonton anak telah meningkat selama 30 tahun terakhir. Para peneliti menganalisis 478 penelitian yang diterbitkan dalam dua dekade terakhir. Namun, mereka menemukan paparan TV sejak dini dapat merusak permainan, perkembangan bahasa, dan fungsi eksekutif, terutama untuk anak dan bayi.
Dr Eszter Somogyi dari Departemen Psikologi di University of Portsmouth mengatakan para orang tua terbiasa mendengar tentang dampak buruk paparan layar bagi anak. Bahkan, menonton TV bisa menyebabkan kerusakan serius dan mengganggu perkembangan mereka jika dilakukan dengan jangka waktu yang tidak terbatas seperti kurang dari satu jam sehari.
"Meskipun bisa berbahaya, penelitian kami menyarankan agar fokusnya adalah menonton tv yang menekankan pada kualitas atau konteks dari apa yang ditonton anak, bukan kuantitas atau durasi menonton tv tersebut," ujar Eszter, yang juga salah satu penulis studi ini, seperti dilansir dari Times Now pada Senin (26/9).
Eszter menjelaskan sebuah konten acara dengan narasi yang lemah, pengeditan yang cepat, dan rangsangan yang kompleks dapat mempersulit anak untuk mengekstrak atau menggeneralisasi informasi. Akan tetapi, konten layar yang sesuai untuk usia anak, kemungkinan akan memiliki efek positif, terutama jika dirancang untuk mendorong interaksi.
Hasil studi ini juga menunjukkan, menonton acara atau konten lebih bermanfaat bagi anak jika ditemani orangtua karena anak dapat terlibat interaksi dengan orangtua, seperti mengajukan berbagai pertanyaan yang tidak diketahui dari acara tersebut.
"Keluarga harus memiliki sikap dan perlakuan yang berbeda dalam penggunaan media kepada anak. Sebab, perbedaan dalam konteks menonton ini juga memainkan peran penting dalam menentukan seberapa besar dampak TV pada perkembangan kognitif anak-anak," ungkapnya.
"Menonton televisi dengan anak dan menguraikan serta mengomentari apa yang dilihat dapat membantu meningkatkan pemahaman mereka tentang konten serta memperkuat pembelajaran mereka," tambahnya.
Pengawasan orang tua saat menemani anak menonton juga berkontribusi pada pengembangan keterampilan percakapan mereka dan memberi panutan kepada anak agar menonton acara TV yang sesuai dengan usianya.
Meskipun jenis acara yang tepat dapat memberikan lebih banyak manfaat daripada bahaya, penelitian tersebut memperingatkan bahwa menonton TV tidak boleh menggantikan kegiatan belajar lainnya, seperti bersosialisasi.
Sebaliknya, orang tua juga perlu memberi tahu tentang resiko tentang risiko yang terkait dengan paparan layar yang berkepanjangan dalam konteks yang salah untuk anak usia di bawah tiga tahun.
Peneliti merekomendasikan untuk memperkuat kegiatan yang mendorong pembelajaran, seperti menyesuaikan konten dengan usia anak, mengedepankan pengawasan, dan tidak menyalakan perangkat kedua atau layar TV di latar belakang.
Dr Bahia Guellai, dari Departemen Psikologi di Paris Nanterre University, menambahkan pesan penting dari penelitian ini bahwa para orang rua harus mengikuti perkembangan teknologi.
Televisi atau smartphone harus digunakan sebagai alat potensial untuk melengkapi beberapa interaksi sosial dengan anak-anak mereka tetapi tidak untuk menggantikannya.
"Saya pikir tantangan paling penting dari masyarakat kita untuk generasi mendatang adalah membuat orang dewasa dan anak muda sadar akan risiko penggunaan layar yang tidak tepat atau tidak pantas. Ini akan membantu mencegah situasi di mana layar digunakan sebagai pola asuh baru yang terjadi selama lockdown di berbagai negara," ungkapnya.
"Konsep ini akan menemukan keseimbangan antara penggunaan teknologi dan perkembangan hubungan baik antar-manusia," tambahnya.
Hasil kajian juga menyebutkan bahwa kekerasan dalam bentuk verbal dan psikis/emosi adalah bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh anak dengan disabilitas.
Peran dominan ibu penting diterapkan terutama bagi anak yang diasuh dalam lingkup keluarga lebih besar melibatkan nenek, kakek, atau pengasuh lainnya.
Program pemeriksaan kesehatan gratis sebaiknya menjangkau anak usia sekolah yang bersekolah maupun tidak bersekolah di wilayah perkotaan sampai daerah terpencil.
Masih maraknya kebiasaan konsumsi kental manis sebagai minuman susu anak dan balita oleh masyarakat diperkuat oleh sejumlah riset dan penelitian yang dilakukan kalangan akademisi.
Penelitian menunjukkan ibu-ibu di Indonesia lebih dari 30%-40% anemia yang berdampak pada lemahnya imunitas tubuh.
Roblox merupakan platform gim daring yang memungkinkan pengguna, termasuk anak-anak, untuk memainkan dan membuat gim sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto dinilai sudah berhasil menunjukkan keseriusan alam memperkuat fondasi pembangunan manusia Indonesia melalui bidang pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan.
PERINGATAN Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia (RI) harus menjadi momen refleksi nasional untuk menata ulang arah manajemen pendidikan.
Pelatihan deep learning untuk kepala sekolah dan guru bidang studi tertentu dengan target sebagai pionir di 1.000 sekolah.
SnackVideo mengusung tema Pemberdayaan Pendidikan melalui serangkaian kegiatan di sekolah.
Kurikulum di Sekolah Rakyat disusun melalui dua jalur utama, yakni jalur pendidikan formal setara dengan sekolah umum, dan jalur pendidikan karakter.
Koalisi Barisan Guru Indonesia (Kobar Guru Indonesia) mengkritisi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani tentang kebijakan anggaran pendidikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved