Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Vegetarian dan Mimpi Buruk yang Mencekam

Putri Rosmalia
05/3/2022 07:20
Vegetarian dan Mimpi Buruk yang Mencekam
Cover buku Vegetarian.(Dok. Penerbit Baca)

TUMBUHAN, khususnya sayur dan buah-buahan, tentu menjadi hal yang paling lekat pada benak setiap orang ketika mendengar kata vegetarian. Keputusan seseorang untuk tidak mengonsumsi bahan makanan yang berasal dari makhluk hidup selain tumbuhan itu memang semakin lazim terdengar dan dijalankan oleh masyarakat bumi.

Umumnya keputusan untuk menjadi vegetarian didasari oleh pertimbangan soal kesehatan. Karena tak sedikit penelitian yang mengungkapkan manfaat besar hanya mengonsumsi tumbuhan bagi tubuh manusia.

Alasan lain yang paling sering didengar ialah kesadaran untuk lebih berkontribusi pada lingkungan serta rasa cinta dan kasihan kepada hewan yang kerap menderita ketika dibesarkan sematamata untuk menjadi santapan.

Alasan-alasan klasik tersebut rupanya tak berlaku bagi Kim Young Hye, sosok perempuan muda yang menjadi tokoh utama dalam novel Vegetarian. Young Hye memilih untuk menjadi seorang vegetarian karena dihantui mimpimimpi mengerikan yang membuatnya enggan bersentuhan dengan segala jenis daging dan produk turunan hewani lainnya.

Vegetarian merupakan novel laris karya penulis asal Korea Selatan, Han Kang. Melalui Vegetarian, Han Kang menegaskan dirinya sebagai salah satu pengarang fiksi terdepan di Asia. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya meraih penghargaan Man Booker International Prize di 2016.

Hingga saat ini, Vegetarian telah diterjemahkan ke setidaknya 33 bahasa. Di Indonesia, novel setebal 220 halaman tersebut baru-baru ini diterbitkan oleh Penerbit Baca.

Secara singkat, Vegetarian bercerita tentang sosok Young Hye yang mendadak memutuskan untuk menjadi vegetarian. Keputusan itu ia ambil hanya dalam satu malam setelah ia terusmenerus mengalami mimpi buruk.

Bukan sekadar mimpi buruk, dalam mimpi Young Hye kerap melihat dirinya terlibat dalam satu peristiwa mengerikan seperti pembunuhan. Young Hye dihadapkan pada situasi menakutkan yang membuat dirinya terpojok.

‘Saat aku menggorok leher seseorang di dalam mimpi, saat aku terus menggorok sambil memegangi kepalanya karena lehernya tidak kunjung putus, saat bola matanya yang licin ada di telapak tanganku, lalu saat aku terbangun. Astaga!’ (halaman 40).

Ketakutan atas kisah yang hadir dalam mimpi Young Hye membuatnya sama sekali tak mau memakan, bahkan menyimpan daging dan produk hewani lainnya di rumah. Tak hanya soal makanan, rentetan mimpi itu juga membuat Young Hye mengalami perubahan sikap yang ekstrem.

Perubahan sikap tersebut membuat sang suami merasa tak nyaman. Hubungan mereka perlahan merenggang.

Tidak hanya sang suami, perubahan sikap Young Hye juga membuat orangorang lain di sekitarnya tak nyaman hingga membuatnya dikirim ke rumah sakit jiwa.

Di saat kondisinya terpuruk, hanya sang kakak perempuan, Kim In Hye, yang masih setia menemani dan merawatnya. Young Hye harus berjuang menjaga kewarasannya di tengah berbagai tekanan.

Young Hye harus berjuang menjaga kewarasannya di tengah berbagai tekanan. Baik dari dalam dirinya sendiri yang hadir lewat mimpi maupun tekanan keluarga dan lingkungannya.

Perjuangan Young Hye bertahan dengan pilihannya dan melawan cengkeraman masa lalu itu menjadi intisari utama dari novel ini. Perjalanan Young Hye tersebut dihadirkan dari perspektif dan sudut pandang tokoh-tokoh lain yang diceritakan memiliki peran tak kecil dalam kehidupan Young Hye.

Novel ini terbagi menjadi tiga bab yang masingmasing dihadirkan dari sudut pandang narator yang berbeda. Bab pertama menghadirkan cerita dari sudut pandang suami Young Hye, Jung Cheong, sebagai orang pertama serba tahu.

Bab kedua hadir dengan sudut pandang orang ketiga yang lebih spesifi k membahas mengenai sosok kakak ipar Young Hye atau suami dari kakak perempuannya. Sang kakak ipar diceritakan sebagai seorang seniman karya lukis dan videografer yang terobsesi dengan imajinasinya tentang sosok Young Hye sebagai vegetarian.

Sementara itu, bab terakhir juga hadir dengan sudut pandang orang ketiga. Pada bagian ini, Han Kang menghadirkan kisah Young Hye dari perspektif sang kakak, Kim In Hye.

 

 

Perempuan kuat

Setiap tokoh dalam novel ini dihadirkan dengan karakter yang sangat kuat dan dengan keunikan masing-masing. Young Hye digambarkan sebagai seorang perempuan dengan kepribadian kukuh, tak mudah goyah meski berada di bawah tekanan. Sang kakak In Hye diceritakan sebagai sosok penyayang yang feminin, tetapi sangat tegar.

Terlihat dengan jelas upaya Han Kang dalam menghadirkan tokoh-tokoh perempuan dengan karakter yang kuat dan memegang kendali tapi tak mendominasi. Baik Young Hye maupun In Hye sama-sama berjuang melawan tekanan dari tokoh-tokoh lelaki yang ada dalam cerita.

Young Hye harus menghadapi tekanan dari sang suami yang tak bisa menerima perubahan sikapnya setelah memutuskan untuk menjadi vegetarian. Ia juga harus bertahan dengan serangan verbal maupun fisik dari sang ayah yang merasa malu karena menganggapnya perempuan pembangkang dan tak patuh kepada suami.

Sementara itu, In Hye digambarkan memiliki ketegaran luar biasa ketika akhirnya bisa mengedepankan rasa sayangnya kepada sang adik meski merasa terkhianati.

Berbeda dengan dua tokoh perempuan tersebut, tiga tokoh lelaki dalam cerita digambarkan sebagai sosok keras, tidak memiliki simpati, dan cenderung arogan. Ketiganya terlihat sebagai simbol fenomena yang banyak dibahas saat ini, toxic masculinity.

‘Ayah mertuaku memaksa menjejalkan daging babi asam manis ke mulut istriku yang memberontak dengan penuh penderitaan. Ia mencoba membuka mulut istriku dengan jarinya yang kuat, tapi ia tetap tak bisa memasukkan dagingnya karena gigi istriku yang terkatup’ (halaman 49).

Han Kang berhasil menghadirkan kengerian dalam cerita Vegetarian. Kengerian yang hadir dari beberapa objek yang berbeda. Tak hanya kengerian dari adegan kekerasan yang melibatkan darah di mimpi Young Hye, tetapi kengerian dari sikap, pandangan, hingga perjalanan hidup setiap tokohnya.

Pada beberapa bagian, khususnya di bab dua, Han Kang juga menghadirkan sisi erotis dari tokoh-tokohnya dengan apik. Narasi tentang hasrat seksual tokoh dihadirkan dengan tetap mengedepankan keindahan dan tak terkesan vulgar.

‘Ia merasa tersengat ketika melihat tubuh wanita itu gemetar setiap kuas menyentuh tubuhnya karena seperti nya merasa geli. Itu bukan sekadar gai rah seksual, melainkan perasaan yang terus mengusiknya, perasaan yang membuatnya seakan disengat listrik berkekuatan puluhan ribu volt’ (halaman 100).

Setiap bab dalam buku memiliki kejutan yang akan menyegarkan pembaca. Khususnya di bab ketiga, di mana berbagai pertanyaan yang menjadi sumber awal masalah pada sang tokoh utama terjawab dengan gamblang dan tidak terduga.

Cerita dan percakapan yang terjalin antartokoh di setiap babnya kaya akan metafora tentang kehidupan manusia, alam, hingga masalah sosial. Buku ini juga seakan menggambarkan sisi lain dari kehidupan masyarakat Korea Selatan yang meski terbilang negara maju, juga masih dibalut oleh patriarki dan objektifikasi perempuan.

‘Aku berdiri dengan tanganku, daun tumbuh dari tubuhku, akar mencuat dari tanganku. Aku menancap ke dalam tanah. Tanpa henti, tanpa henti. Uh, bunga ingin merekah dari selangkanganku sehingga aku harus melebarkan kakiku, mengangkang lebar-lebar’ (halaman 152).

Meski kental dengan nuansa sosialbudaya Korea, novel ini sangat relevan dengan kebanyakan masyarakat Asia, termasuk Indonesia. Di mana kebebasan setiap individu masih kerap terganggu oleh pandangan sinis lingkungannya.

Perbedaan pandangan dan pilihan hidup dengan masyarakat pada umumnya acap dianggap sebagai penyimpangan dan tak lazim dilakukan.

Vegetarian dihadirkan Han Kang dengan gaya surealis, tetapi tetap tak terlalu jauh dari kenyataan. Bagi penggemar karya-karya Haruki Murakami, membaca novel ini mungkin akan mengingatkan mereka kepada karya sang sastrawan Jepang yang kerap menghadirkan cerita tentang alam bawah sadar dari tokoh-tokohnya.

Bagi pencinta novel bergenre thriller psikologis, Vegetarian dapat menjadi pilihan terbaik untuk menambah daftar bacaan. Han Kang menghadirkan sisi horor dari cerita dengan cara yang berbeda.

Novel ini akan menghadirkan pengalaman membaca yang menegangkan dan tak membosankan bagi pencinta beberapa genre novel sekaligus, mulai dari thriller, horor, hingga fantasi. (M-2)

 

Judul: Vegetarian
Pengarang: Han Kang
Penerbit: Penerbit Baca (Februari 2021)
Penerjemah: Dwita rizki
ISBN: 978-602-6486-54-7

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik