Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SETELAH fase awal terinfeksi covid-19, beberapa pasien mengalami masalah dengan suara mereka, seperti serak, kualitas suara menurun, dan kelelahan vokal, yang dapat berdampak pada kualitas hidup seseorang. Bahkan, orang yang pulih dari infeksi covid-19 pun juga dapat mengalami gejala tersebut.
"Jika pasien merasa lelah setelah menggunakan suaranya, mereka mungkin cenderung tidak ingin berkomunikasi sesering biasanya. Mereka mungkin menarik diri dari aktivitas sosial karena berbicara menjadi melelahkan dan tidak lagi menyenangkan," kata Catherine Crowley, PhD., CCC-SLP, seperti dikutip dari foxnews.com, Kamis (23/12).
Crowley yang merupakan ahli patologi wicara dan juga asisten Profesor di Long Island University (LIU)–Post, mengatakan bahwa beberapa pasien datang dengan keluhan kelelahan vokal dan kesulitan berbicara (disfonia), setelah infeksi covid-19.
Menurut para ahli kesehatan, gejala kelelahan vokal mungkin termasuk kualitas suara yang serak, tegang, atau terengah-engah saat berbicara. Beberapa pasien pasca covid mungkin juga mengeluhkan ketidaknyamanan saat berbicara dan mengalami kehilangan jangkauan atau nada dan suara yang pecah.
Studi yang diterbitkan baru-baru ini di Journal of Voice di mana sekelompok peneliti Italia mengamati 160 orang yang terinfeksi covid-19. Para peneliti menemukan bahwa hampir 44% pasien mengalami disfonia ringan hingga sedang yang dievaluasi sendiri setelah covid-19 meskipun tidak memerlukan rawat inap. Studi ini juga menemukan bahwa hampir 27% dari orang-orang tersebut melaporkan kelelahan vokal.
"Perlu diingat bahwa pasien ini tidak memerlukan intubasi (prosedur medis untuk membantu pernapasan) untuk pengobatan covid-19. Diasumsikan bahwa Anda mungkin melihat prevalensi disfonia yang lebih tinggi setelah intubasi dengan korelasi antara durasi intubasi dan tingkat keparahan disfonia," jelas Crowley yang tidak termasuk dalam studi ini.
Crowley menjelaskan jika pasien diinkubasi selama perawatan covid-19, mereka dapat berisiko mengalami disfonia karena intubasi dapat memengaruhi pita suara. "Intubasi endotrakeal dapat mengakibatkan penutupan pita suara yang terganggu, yang pada gilirannya akan menyebabkan disfonia. Diketahui juga bahwa intubasi yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan menelan yang disebut disfagia, yang juga telah ditemukan sebagai faktor risiko covid- 19," papar Crowley.
Lebih lanjut, Crowley juga memperingatkan bahwa kelelahan vokal dapat terjadi pada orang yang pulih dari infeksi covid-19 yang tidak diintubasi. Ini mungkin terjadi karena pernapasan yang terganggu, kelelahan secara keseluruhan, dan masalah medis mendasar lainnya yang terjadi setelah terinfeksi virus corona baru.
"Perubahan suara dapat terjadi pada pasien dengan covid-19 yang meliputi peradangan kotak suara dari virus itu sendiri dan batuk, cedera virus pada saraf vagus (saraf yang mengontrol kotak suara) dan sebagai konsekuensi dari berada di ventilator dengan tabung pernapasan yang berpotensi merusak pita suara atau dari trakeotomi (jalan napas bedah)," ujar Ashutosh Kacker, profesor otolaringologi klinis dan bedah kepala dan leher di Weill Cornell Medicine dan kampus New York Presbyterian Hospital-Cornell di New York City.
Untuk populasi pasien yang mengalami masalah suara pasca covid-19, ahli patologi wicara kini telah mengambil tindakan untuk merawat pasien dengan kelelahan vokal dan disfonia. Profesor LIU mengatakan bahwa pasien dengan disfonia atau kelelahan vokal harus menjaga kebersihan vokal dengan menghilangkan teriakan atau bisikan, hidrasi yang kuat, dan menghindari atau meminimalkan penggunaan kafein, alkohol, dan merokok.
Pakar kesehatan merekomendasikan bahwa siapa pun yang mengalami masalah suara harus memeriksakan diri ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) untuk mengevaluasi pita suara mereka. (M-4)
DINAS Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menjelaskan tentang Covid-19 varian JN.1 memiliki ciri khas yang mudah terlihat dari lidah.
38 warga Jakarta positif covid-19 varian baru JN 1
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengingatkan masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi covid-19 baik dosis lengkap maupun booster.
SKEMA pendanaan pasien covid-19 bagi warga tidak mampu akan ditanggung oleh pemerintah melalui skema Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan.
Septiono Prayogo mengatakan terhitung mulai 23 Maret 2020 hingga hari ini 161.351 pasien telah menjalani perawatan di Wisma Atlet Kemayoran.
Movfor merupakan brand obat Molnupiravir pertama di Indonesia dan diciptakan khusus untuk penyembuhan covid-19.
MASYARAKAT yang mulai merasakan gejala covid-19 maka dianjurkan untuk dilakukan tes PCR agar bisa dilihat positif covid-19 atau memang gejala pilek biasa.
PERBEDAAAN dasar penanganan covid-19 saat pandemi dan endemi cukup signifikan. Masyarakat diharapkan kesadarannya bisa mencegah terjadinya penularan kasus.
KEMENTERIAN Kesehatan mendeteksi varian Covid-19 Arcturus di Indonesia pada akhir Maret 2023. Berikut ini 5 fakta Arcturus, asal nama, bahaya, gejala dan pencegahannya.
DINAS Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebut, mata merah dan belekan menjadi salah satu gejala baru covid-19 varian Arcturus yang harus diwaspadai masyarakat.
Saat ini kasus berat dan kematian jumlahnya masih sama atau lebih kurang sama dengan penyakit lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved