Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan orang yang menderita Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau radang usus memiliki 50% lebih banyak mikroplastik di feses mereka, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hubungannya dengan penyakit tersebut.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology ini, menganalisis sampel dari 50 orang sehat dan 52 orang dengan IBD, tetapi dinyatakan sehat. Para peserta berasal dari seluruh Tiongkok. Mereka juga diharuskan mengisi kuesioner, termasuk informasi tentang kebiasaan makan dan minum mereka di tahun sebelumnya.
Penelitian ini adalah yang pertama untuk menyelidiki masalah usus pada manusia yang berpotensi disebabkan karena menelan mikroplastik. Para ilmuwan menemukan 42 potongan mikroplastik per gram dalam sampel feses dari orang dengan IBD dan 28 potongan pada orang sehat.
Konsentrasi mikroplastik juga lebih tinggi pada mereka dengan IBD yang lebih parah. Hal ini menunjukkan hubungan antara keduanya. Namun, penelitian ini tidak membuktikan hubungan sebab akibat, dan para ilmuwan mengatakan penelitian lebih lanjut harus dilakukan. Mungkin IBD menyebabkan orang menyimpan lebih banyak mikroplastik di usus mereka, misalnya.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan peradangan usus dan masalah usus lainnya pada hewan.
Polusi mikroplastik telah mencemari seluruh planet, dari puncak Gunung Everest hingga lautan terdalam. Orang-orang sudah diketahui mengonsumsi partikel kecil mikroplastik melalui makanan dan air serta menghirupnya. Mikroplastik diketahui membahayakan satwa liar tetapi sangat sedikit yang diketahui tentang dampaknya terhadap kesehatan manusia.
Selain kaitannya dengan IBD, para ilmuwan dalam penelitian kali ini juga menemukan bahwa orang yang cenderung minum air kemasan atau makan makanan yang dibawa pulang memiliki sekitar dua kali lipat konsentrasi mikroplastik dalam tinja mereka. Secara total, 15 jenis plastik yang berbeda ditemukan di antara mikroplastik. Yang paling umum adalah PET, digunakan pada botol air dan wadah makanan dan poliamida, yang juga ditemukan dalam kemasan makanan.
Satu studi menemukan bayi memiliki lebih banyak mikroplastik daripada orang dewasa di tinja mereka. Ini mungkin karena bayi mengunyah barang-barang plastik atau penggunaan botol susu yang diketahui melepaskan jutaan mikroplastik.
Faktor diet dan lingkungan dapat memicu atau memperburuk radang usus, yang meliputi penyakit Crohn dan kolitis ulserativa. “Dalam beberapa tahun terakhir, prevalensi IBD meningkat tajam di negara berkembang di Asia,” kata peneliti dari Nanjing University, seperti dikutip The Guardian, Rabu (22/12). Diperkirakan akan ada 1,5 juta pasien IBD di Tiongkok pada tahun 2025 yang akan menyebabkan beban penyakit yang serius.
“Studi ini memberikan bukti bahwa kita memang menelan mikroplastik,” kata Evangelos Danopoulos di sekolah Kedokteran Hull York di Inggris, yang bukan bagian dari tim studi. “Ini adalah studi penting, karena memperluas basis bukti paparannya pada manusia.” (M-4)
Kota Cilegon, Banten siap memanfaatkan aspal dari bahan plastik sepanjang 20 kilometer.
Pada 2018, mengaspal 6.372 meter area pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Banten, Indonesia.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal melarang tempat-tempat perbelanjaan menggunakan kantong plastik sekali pakai. Aturan tersebut berlaku efektif 1 Juli 2020.
Perlahan, pembeli yang datang berbelanja sudah menyadari adanya kebijakan itu. Namun, mereka tetap mau membayar daripada harus membawa kantong sendiri dari rumah.
Dari sosialisasi rancangan pergub yang telah dilakukan sejak awal Januari, lebih dari 50% pedagang pasar tradisional dan retailer serta masyarakat setuju penerapan pergub itu.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan alasan bahwa pergub tersebut belum disahkan karena masih ada poin-poin yang harus dibereskan oleh Dinas Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan untuk mengurangi plastik sekali pakai dari produk sehari-hari seperti kemasan makanan, kemasan produk rumah tangga dan kemasan plastik.
Kegiatan itu merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam mengurangi sampah plastik dan pemanfaatan sampah plastik yang mendukung kelestarian lingkungan.
Pemerintah Kota Banda Aceh bakal mewajibkan pembatasan penggunaan kantong plastik di supermarket, swalayan, dan mall dalam rangka menyikapi isu Indonesia darurat sampah dan plastik.
WAHANA Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai pengawasan penggunaan kantong plastik sekali pakai oleh pemerintah selama pandemi covid-19 melemah.
KLHK menginginkan agar tidak ada persoalan baru lagi dengan sampah plastik ini.
Produsen juga harus menghilangkan label dan seal plastik, menggunakan bahan baku monomaterial, dan mengatur ukuran minimum berbagai jenis kemasan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved