Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
Aktor Hardi Fadhillah mengaku keterlibatan dirinya dalam film Kadet 1947 dilandasi faktor cerita. Ia memerankan sosok Kardi dalam film tersebut. Kardi adalah seorang penerbang sekaligus senior yang selalu membela para kadetnya. Hardi juga mengaku film Kadet 1947 merupakan film perang pertamanya.
“Yang jelas, faktor utama adalah ceritanya. Ini adalah film perang pertama yang pernah kita berdua (Hardi Fadhillah dan Omara Esteghlal) perankan. Tadinya tokohnya ada Halim Perdana Kusuma, Adi Sucipto, jadi kita disuruh casting memerankan peran-peran beliau, tapi yang diterimanya yang Kardi. Sebenarnya, Kardi awalnya tuh belum ada karakternya di situ,” ungkap Hardi saat melakukan kunjungan ke Media Indonesia pada Jumat 26/11.
Baca juga: Bertema Perang, Kadet 1947 Gunakan Efek CGI dan Kamera Khusus
Aktor yang dikenal berkat FTV itu juga mengikuti bootcamp bersama TNI Angkatan Udara. Hal tersebut dilakukan guna melatih mental untuk disiplin sebelum proses syuting berlangsung.
“Jadi kita sebelumnya ada persiapan, ada bootcamp dari Angkatan Udara. Bootcamp kita di Batalyon 467 dan 461 Halim, kita di situ tiga hari kurang lebih. Di situ kita dilatih mental untuk menjadi disiplin, bukan melatih mental dan disiplin.” ucapnya.
Baca juga: Pemain Film Kadet 1947 Mengaku Sulit Perankan Tokoh Pahlawan
Hardi juga mengungkapkan selain persiapan sebelum syuting berlangsung, adanya bootcamp tersebut juga bertujuan untuk menjalin kebersamaan satu sama lain.
“Kita di situ tujuannya agar kita disiplin, tapi orang-orang disiplin itu butuh mental yang kuat ternyata, itulah gunanya kita di sana dan menjalin kebersamaan satu sama lain,” kata pria berusia 35 tahun tersebut.
Film ini menceritakan tentang peristiwa misi serangan udara pertama Angkatan Udara Republik Indonesia yang dilakukan oleh para kadet (calon penerbang Angkatan Udara) di markas pertahanan Belanda di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa pada 29 Juli 1947. Walaupun proses produksi sempat tertunda selama lebih dari satu tahun imbas pandemi covid-19, tetapi film ini tetap bisa berjalan dan telah tayang di seluruh bioskop Indonesia pada 25 November 2021. (X-`15)
Penghargaan ini dikatakan Celerina juga melengkapi apresiasi penonton yang diterima selama dua minggu terakhir.
Salah satu yang membuatnya tersentuh adalah nilai rela berkoban hingga melupakan kepentingan diri sendiri untuk membela negara.
Hari ketiga, proses syuting dihentikan karena kasus covid-19 yang semakin meningkat.
"Film ini menggunakan kamera large format dari APRI, agar bisa menghasilkan gambar yang lebar dan terasa immersive. Jadi penonton bisa seakan-akan masuk dan merasa berada di Indonesia 1947."
Hal itu karena kurangnya referensi mengenai kepribadian sang pahlawan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved