Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pandemi tidak Hapus Semangat Kadet 1947

Vanda Larasati (*)
29/11/2021 14:56
Pandemi tidak Hapus Semangat Kadet 1947
Tesadesrada Ryza(MI/Adam Dwi)

Pandemi covid-19 memukul banyak industri, termasuk  perfilman nasional. Produser film Kadet 1947 Tesadesrada Ryza mengungkapkan berbagai tantangan dalam penggarapan film tersebut. Ia mengungkapkan, film Kadet 1947 direncanakan sejak Desember 2019 dengan target syuting pada Maret 2020.

Syuting pertama dilakukan pada 15 Maret 2020. Adapun, publik di Tanah Air gempar dengan kasus pertama covid-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020. Dengan dibayangi ketakutan, tim produksi tetap melakukan pengambilan gambar.

Baca juga: Bertema Perang, Kadet 1947 Gunakan Efek CGI dan Kamera Khusus

Hari ketiga, proses syuting dihentikan karena kasus covid-19 yang semakin meningkat. Sempat terhenti sebab pandemi, para pemain dan kru film Kadet 1947 tidak patah semangat. Syuting dilanjutkan pada September 2020 dengan protokol kesehatan ketat. Hasilnya, proses pengambilan gambar selesai dalam sebulan dengan tanpa penularan kasus covid-19.

“Terus ketika  itu syuting ya sudah dengan segala kekuatan kita tekad bulat untuk ayo yang masih komitmen kita lanjutkan perjalanan ini, perjuangan ini,” ujar Produser Kadet 1947 Tesadesrada Ryza saat melakukan kunjungan ke Media Indonesia, Senin (26/11).

Ryza mengungkapkan semangat untuk menyelesaikan film juga berkaitan dengan konten film terinspirasi dari peristiwa serangan udara pertama Indonesia ke tentara Belanda yang menduduki wilayah-wilayah di Indonesia pada saat Agresi Militer Belanda I pada 1947. Aksi heroik itu dilakukan oleh para kadet (calon siswa TNI Angkatan Udara) yang memiliki semangat untuk mempertahankan kemerdekaan.

“Karena yang tadi sudah Aldo (sutradara) bilang bahwa sebenarnya ini film perjuangan. Yang berjuang juga dari belakang layar juga benar-benar berjuang. Ini refleksi kami dari pekerja seni yang tetap pantang menyerah begitu untuk bisa berkarya untuk membuat sesuatu yang terbaik untuk Indonesia,” tegas Ryza.

Ryza mengungkapkan, pembuatan film dilakukan secara teliti. Riset dilakukan tidak hanya terkait peristiwa, tetapi juga pencarian referensi terkait properti khusus yang digunakan dalam pembuatan film.

“Kita juga menghadirkan banyak narasumber untuk kita bisa kita jadikan sebagai konsultan, terkait konsultan sejarah. Kemudian terkait konsultan sejarah pun ada macam-macam. Dari bahasanya, propertinya, dan penerbangannya,” kata pungkas Ryza. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya