Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
Jantung manusia ternyata organ yang terbilang elastis. Ia bahkan dapat menyusut dalam kondisi tertentu. Misalnya, saat kita menghabiskan waktu yang sangat lama di luar angkasa atau saat kita berenang dalam tekanan air dan durasi yang ekstrem. Keduanya dapat menyebabkan jantung kita menyusut (astrofi organ).
Demikianlah kesimpulan dari sebuah studi yang membandingkan perubahan sistem kardiovaskular tubuh astronot Scott Kelly saat berada di luar angkasa, dan ketika atlet renang Benoît Lecomte melakoni perlombaan renang maraton.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr Benjamin Levine, profesor penyakit dalam dari University of Texas Southwestern Medical Center di Dallas, Amerika Serikat. Dengan tujuan utamanya adalah untuk menganalisis implikasi dari perjalanan dengan durasi yang sangat lama di luar angkasa -seperti ekspedisi ke Mars yang saat ini direncanakan NASA- untuk dilakukan dalam beberapa dekade mendatang.
"Salah satu hal yang telah kami pelajari selama bertahun-tahun melaksanakan penelitian ini adalah bahwa jantung sangat elastis. Jadi ia dapat menyesuaikan dengan beban yang ditempatkan di atasnya," terang Profesor Levine, seperti dilansir dari bbc.com, Selasa (30/3).
Profesor Levine juga memberikan gambaran tentang perubahan sistem kardiovaskular manusia ketika berada diluar angkasa.
"Dalam penerbangan luar angkasa, salah satu hal yang terjadi, adalah Anda tidak lagi harus memompa darah ke atas, karena Anda tidak memompa melawan gravitasi," terangnya.
Dalam studinya ini, Profesor Levine memilih astronot Scott Kelly sebagai objek kajiannya. Scott telah menghabiskan 340 hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), hal inilah yang kemudian menarik minat para ilmuwan untuk mempelajari tubuhnya, terutama terkait efek penerbangan jangka panjang yang telah ia lalui.
Selain Scott Kelly, para peneliti juga menganalisis perubahan sistem kardiovaskular yang terjadi pada atlet Benoît Lecomte yang sempat viral karena aksinya melintasi samudra Pasifik pada tanggal 5 Juni 2018. Lecomte berenang sejauh 2.821 km selama 159 hari.
Berenang untuk waktu yang sangat lama juga mengubah beban yang ditempatkan di jantung oleh gravitasi, karena saat berenang perenang biasanya berada dalam posisi horizontal.
Profesor Levine menyimpulkan jika kedua pria itu tidak lagi memompa darah ke atas, karena jantung mereka mulai mengalami perubahan massa akibat aktivitas yang mereka jalani.
"Saat kami melihat ventrikel kiri [jantung], kami melihat ada sekitar 20-25% massa total yang berkurang selama empat atau lima bulan saat Lecomte berenang," jelas Prof. Levine.
"Kami juga melihat secara khusus 19% dan 27% massa jantung milik Kapten Kelly selama setahun berada di luar angkasa menghilang," imbuhnya.
Meski jantung dari kedua pria ini kembali ke ukuran normalnya setelah mereka kembali ke 'terra firma' (posisi normal, tegak searah bumi). Namun tim peneliti menemukan jika bilik jantung (atrium) khususnya dari astronot Scott Kelly mengalami perubahan fungsi anatomi, terutama saat ia mengemban tugas di luar angkasa.
Para peneliti menduga sebagian karena perubahan cara cairan yang melewati bilik tersebut selama di titik gravitasi nol. Hal ini juga dapat menyebabkan kondisi yang disebut fibrilasi atrium, di mana jantung berdetak cepat dan tidak teratur.
Jika kondisi ini dibiarkan berlarut dapat meningkatkan risiko stroke dan berbagai penyakit ikutan lain, simpul penelitian tersebut. (M-2)
TAK mudah melangkah keluar dari kenyamanan, namun Almi membuktikan bahwa keberanian mencoba membuka pintu peluang besar.
Era Soekamto mengatakan akan terus melestarikan dan mempromosikan batik melalui karya-karya rancangannya sebagai seorang desainer serta menghadirkan platform Nusantara Wisdom.
Riset Akademik dalam Olahraga Prestasi Studi yang dilakukan Reilly, Bangsbo, dan Franks (2000) mencatat bahwa olahraga prestasi tidak lagi sekadar ajang unjuk kekuatan fisik dan bakat alami.
Profesor di Indonesia memiliki waktu yang sedikit untuk melakukan riset atau penelitian karena waktunya dihabiskan untuk mengajar di kampus.
Pentingnya regulasi yang proporsional, khususnya di sektor kesehatan. Salah satu contohnya adalah perlunya pendekatan berbasis bukti dalam mengatur produk tembakau alternatif.
WAKIL Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie optimis terhadap masa depan riset Indonesia.
Faktor risiko penyakit jantung pada populasi dewasa muda sama dengan mereka yang berusia lebih tua, yaitu obesitas, merokok, diabetes atau kadar gula darah tinggi,
Teknologi AI dan digital sangat penting untuk menutup kesenjangan layanan jantung di Indonesia
Cara tidur seseorang dapat menjadi sinyal awal adanya masalah pada jantung.
belum adanya dokter jantung di daerah tertentu di Indonesia serta belum lengkapnya fasilitas diagnostik penyakit jantung yang baik menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan.
Penyakit jantung struktural adalah gangguan pada struktur anatomi jantung, seperti katup, dinding jantung, atau pembuluh darah besar.
Gangguan pada jantung tentunya tidak dapat dianggap sepele, karena dapat berakibat fatal hingga kematian. Maka dari itu, kamu perlu memastikan organ ini terjaga dengan baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved