Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
Jantung manusia ternyata organ yang terbilang elastis. Ia bahkan dapat menyusut dalam kondisi tertentu. Misalnya, saat kita menghabiskan waktu yang sangat lama di luar angkasa atau saat kita berenang dalam tekanan air dan durasi yang ekstrem. Keduanya dapat menyebabkan jantung kita menyusut (astrofi organ).
Demikianlah kesimpulan dari sebuah studi yang membandingkan perubahan sistem kardiovaskular tubuh astronot Scott Kelly saat berada di luar angkasa, dan ketika atlet renang Benoît Lecomte melakoni perlombaan renang maraton.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr Benjamin Levine, profesor penyakit dalam dari University of Texas Southwestern Medical Center di Dallas, Amerika Serikat. Dengan tujuan utamanya adalah untuk menganalisis implikasi dari perjalanan dengan durasi yang sangat lama di luar angkasa -seperti ekspedisi ke Mars yang saat ini direncanakan NASA- untuk dilakukan dalam beberapa dekade mendatang.
"Salah satu hal yang telah kami pelajari selama bertahun-tahun melaksanakan penelitian ini adalah bahwa jantung sangat elastis. Jadi ia dapat menyesuaikan dengan beban yang ditempatkan di atasnya," terang Profesor Levine, seperti dilansir dari bbc.com, Selasa (30/3).
Profesor Levine juga memberikan gambaran tentang perubahan sistem kardiovaskular manusia ketika berada diluar angkasa.
"Dalam penerbangan luar angkasa, salah satu hal yang terjadi, adalah Anda tidak lagi harus memompa darah ke atas, karena Anda tidak memompa melawan gravitasi," terangnya.
Dalam studinya ini, Profesor Levine memilih astronot Scott Kelly sebagai objek kajiannya. Scott telah menghabiskan 340 hari di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), hal inilah yang kemudian menarik minat para ilmuwan untuk mempelajari tubuhnya, terutama terkait efek penerbangan jangka panjang yang telah ia lalui.
Selain Scott Kelly, para peneliti juga menganalisis perubahan sistem kardiovaskular yang terjadi pada atlet Benoît Lecomte yang sempat viral karena aksinya melintasi samudra Pasifik pada tanggal 5 Juni 2018. Lecomte berenang sejauh 2.821 km selama 159 hari.
Berenang untuk waktu yang sangat lama juga mengubah beban yang ditempatkan di jantung oleh gravitasi, karena saat berenang perenang biasanya berada dalam posisi horizontal.
Profesor Levine menyimpulkan jika kedua pria itu tidak lagi memompa darah ke atas, karena jantung mereka mulai mengalami perubahan massa akibat aktivitas yang mereka jalani.
"Saat kami melihat ventrikel kiri [jantung], kami melihat ada sekitar 20-25% massa total yang berkurang selama empat atau lima bulan saat Lecomte berenang," jelas Prof. Levine.
"Kami juga melihat secara khusus 19% dan 27% massa jantung milik Kapten Kelly selama setahun berada di luar angkasa menghilang," imbuhnya.
Meski jantung dari kedua pria ini kembali ke ukuran normalnya setelah mereka kembali ke 'terra firma' (posisi normal, tegak searah bumi). Namun tim peneliti menemukan jika bilik jantung (atrium) khususnya dari astronot Scott Kelly mengalami perubahan fungsi anatomi, terutama saat ia mengemban tugas di luar angkasa.
Para peneliti menduga sebagian karena perubahan cara cairan yang melewati bilik tersebut selama di titik gravitasi nol. Hal ini juga dapat menyebabkan kondisi yang disebut fibrilasi atrium, di mana jantung berdetak cepat dan tidak teratur.
Jika kondisi ini dibiarkan berlarut dapat meningkatkan risiko stroke dan berbagai penyakit ikutan lain, simpul penelitian tersebut. (M-2)
Kemdiktisaintek menegaskan komitmennya untuk memperkuat perlindungan dan pemanfaatan kekayaan intelektual (KI) dari hasil riset dan inovasi perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
MENTERI Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Brian Yuliarto mengatakan upaya penguasaan riset jadi tanggung jawab bersama.
Para peneliti dan akademisi memiliki tugas mulia dalam memajukan industri dan menghasilkan SDM unggul.
Program S3 bergelar PhD tersebut terbuka untuk dosen dan profesional di Indonesia, dengan sistem pembelajaran berbasiskan riset (by research) selama tiga tahun.
Penelitian ini membuka peluang baru dalam pengembangan bahan biomimetik yang lebih kompatibel dengan sistem biologis.
Peneliti Rice University dan University of Houston menciptakan biopolimer baru sekuat logam namun fleksibel seperti plastik, tanpa polusi.
Aritmia jantung terjadi ketika jantung berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh masalah pada sistem kelistrikan jantung.
Penelitian menunjukkan, orang yang mengonsumsi natrium tinggi berisiko 19% lebih besar terkena penyakit kardiovaskular dibanding yang membatasi asupan garam
Pagi sering kali dimulai dengan terburu-buru. Namun, di balik rutinitas itu, ada kebiasaan yang diam-diam bisa merusak jantung, terutama lewat menu sarapan Anda.
Dengan kapasitas 25 peserta, pusat pelatihan ini dirancang untuk menjadi pusat pelatihan interdisipliner nasional dalam bidang diagnostik, intervensi, dan pencitraan kardiovaskular.
Ablasi jantung dapat dilakukan untuk mengatasi aritmia dengan detak jantung yang terlalu cepat.
Jika tidak terdeteksi sejak dini, gagal jantung dapat memicu komplikasi yang serius, bahkan menyebabkan kematian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved