Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Lahan Ilegal Amazon Dijajakan di Marketplace, Facebook Adem Ayem

Putri Rosmalia
27/2/2021 12:05
Lahan Ilegal Amazon Dijajakan di Marketplace, Facebook Adem Ayem
Penampakan aerial sebagian hutan Amazon di Brasil.(Cuioso Photography/123RF )

Lahan hutan hujan Amazon secara ilegal dijual dan dipasarkan lewat Facebook. Setidaknya ada seluas seribu kali lapangan sepak bola area lahan yang dijual melalui platform Facebook Marketplace.

Dilansir dari bbc.com, Jumat, (26/2), praktik jual beli lahan secara ilegal tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan warga setempat.

Para penjual dan pembeli umumnya mengetahui bahwa praktik jual beli tersebut ilegal. Lahan yang mereka beli juga umumnya tak memiliki sertifikat resmi. Penjual hanya sekadar membantu menunjukkan lahan yang dapat dieksploitasi secara ilegal.

Pada BBC, pihak Facebook mengatakan tengah menyelidiki masalah tersebut dengan otoritas setempat. Meski begitu, hingga saat ini belum ada progres lebih lanjut mengenai temuan tersebut. 

Masyarakat adat dan aktivis sekitar hutan Amazon saat ini menantikan aksi nyata dari pemerintah setempat untuk menghentikan praktik eksploitasi hutan Amazon secara ilegal. Di mana mayoritas telah membuat suku indian yang bermukim di sana tergusur secara paksa.

"Para penjarah lahan di sini (Amazon) seakan tak malu atau merasa takut untuk terus melakukan aksinya, termasuk untuk melakukan secara terang-terangan melalui iklan di Facebook," ujar Ketua LSM Lingkungan Amazon Kaninde, Ivaneide Bandeira, pada bbc.com, Jumat, (26/2).

Iklan jual beli lahan hutan hujan Amazon di Facebook ditemukan oleh aktivis lingkungan dan tim dari BBC. Iklan-iklan tersebut memiliki kata kunci pencarian seperti 'forest', 'native jugle', dan 'timber' dalam bahasa Portugis.

BBC sempat melakukan investigasi dengan menemui salah satu oknum penjual lahan hutan Amazon itu, Fabricio Guimarães. "Tidak ada risiko inspeksi oleh aparat pemerintah di sini," rayunya sambil menyusuri jalan setapak di hutan. Ia tidak tahu bahwa gerak-geriknya direkam dengan kamera tersembunyi.

Pria itu lalu menawarkan harga US$35 ribu atau sekitar Rp501 juta untuk lahan yang sudah digunduli dan siap pakai. Jumlah itu tiga kali lipat dari harga awal di Marketplace. Fabricio sendiri bukan petani. Ia punya pekerjaan tetap di kota.

Para oknum penjual ilegal itupun diketahui berupaya melobi parlemen untuk mengubah undang-undang. Trik mereka antara lain dengan menggunduli hutan lebih dulu dan mengklaim hutan kondisi itu telah kehilangan fungsi utamanya sebagai tempat kehidupan suku adat dan floera fauna di dalamnya. Dengan begitu, hutan tersebut dapat dijual ke swasta.

Di sisi lain, pemerintah Brasil tengah mengurangi anggaran untuk lembaga federal yang menangani perkara deforestasi hingga 40 persen karena masa sulit pandemi ini.

Untuk bagiannya, Facebook mengklaim mencoba menyimpulkan penjualan mana yang ilegal akan menjadi tugas yang terlalu rumit untuk mereka lakukan sendiri. Tugas itu harus diserahkan kepada peradilan setempat dan otoritas lainnya. Perusahaan itu juga tampaknya tidak melihat masalah tersebut sebagai hal serius yang dapat membuat mereka menyetop penjualan 'paru-paru dunia' itu di Marketplace. (BBC.com/M-2) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya