Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
BERBAGAI perangkat teknologi canggih kemungkinan bakal melengkapi manusia saat kembali berkantor setelah pandemi covid-19 berakhir. Namun, selain dapat meningkatkan keselamatan di tempat kerja, perangkat itu dapat pula menimbulkan risiko bagi privasi seseorang.
Bayangkan, misalnya, ada alat yang dapat memantau Anda hingga ke toilet dan seberapa bersih Anda telah mencuci tangan di washtafel. Teknologi semacam itu, bukan mustahil digunakan di sejumlah perusahaan, terutama di negara maju.
Pemeriksaan suhu, pemantau jarak, paspor digital, survei kesehatan, dan sistem pembersihan dan desinfeksi robotik, saat ini telah digunakan di banyak tempat kerja yang telah dibuka kembali di sejumlah negara. Raksasa teknologi dan perusahaan rintisan menawarkan solusi yang mencakup kamera komputer yang dapat mendeteksi tanda-tanda utama timbulnya covid-19 dan aplikasi yang dapat melacak metrik kesehatan seseorang.
Salesforce dan IBM, misalnya, telah berkolaborasi menciptakan tiket kesehatan digital agar orang-orang dapat memberitahukan hasil vaksinasi dan status kesehatan di ponsel cerdas mereka. Clear, perusahaan rintisan teknologi yang terkenal dengan alat pemeriksaan di bandara, juga telah membuat kartu kesehatannya sendiri yang digunakan oleh organisasi/lembaga seperti Liga Hoki Nasional, Amerika dan MGM Resorts.
Demikian pula Fitbit, perusahaan teknologi yang baru-baru ini diakuisisi oleh Google, memiliki program "Ready for Work" yang mencakup check-in harian menggunakan data dari perangkatnya. Fitbit melengkapi sekitar 1.000 karyawan NASA dengan perangkat yang dapat dikenakan sebagai bagian dari program percontohan. Alat itu membutuhkan log-in harian menggunakan berbagai metrik (data) kesehatan seseorang/karyawan yang akan dilacak oleh badan antariksa tersebut.
Microsoft dan raksasa asuransi United HealthCare, juga telah menerapkan aplikasi ProtectWell yang mencakup penyaringan gejala harian yang dialami seseorang. Sedangkan Amazon telah menggunakan "asisten jarak jauh" di gudangnya untuk membantu karyawan menjaga jarak yang aman.
Sementara itu, koalisi besar perusahaan teknologi dan organisasi kesehatan sedang mengerjakan sertifikat vaksinasi digital yang dapat digunakan pada ponsel cerdas untuk menunjukkan bukti inokulasi untuk covid-19.
Dengan sistem ini, karyawan dapat terlacak bahkan sejak mereka memasuki lobi gedung, di lift, lorong, dan di seluruh area tempat kerja.
“Pemantauan semacam inilah yang mengaburkan batas antara tempat kerja dan kehidupan pribadi seseorang," kata Darrell West, Wakil Presiden sebuah lembaga think thank pusat inovasi teknologi, Brookings Institution, seperti dilansir AFP, Minggu (21/2).
Perlu Aturan
Sebuah laporan tahun lalu oleh kelompok aktivis konsumen Public Citizen mengidentifikasi setidaknya 50 aplikasi dan teknologi yang dirilis selama pandemic, telah dipasarkan sebagai alat pengawasan tempat kerja untuk memerangi covid-19.
Laporan tersebut mengatakan beberapa sistem bahkan dapat mengidentifikasi berapa lama seseorang mencuci tangan di wastafel dan apakah mereka telah mencuci tangan dengan benar.
"Invasi privasi yang dihadapi pekerja sangat mengkhawatirkan, terutama mengingat efektivitas teknologi ini dalam mengurangi penyebaran covid-19 belum dapat dibuktikan," kata laporan itu.
Kelompok tersebut mengatakan harus ada aturan yang jelas tentang pengumpulan dan penyimpanan data, dengan pengungkapan yang lebih baik dan transparan kepada karyawan.
“Pihak perusahaan juga bimbang saat mereka mencoba memastikan keselamatan di tempat kerja tanpa mengganggu privasi karyawan,” kata Forrest Briscoe, profesor manajemen dan organisasi di Penn State University .
Briscoe mengatakan ada alasan yang sah untuk meminta bukti vaksinasi. Tetapi, hal itu terkadang bertentangan dengan peraturan privasi medis yang membatasi akses perusahaan ke data kesehatan karyawan. "Anda tentu tidak ingin majikan mengakses informasi itu untuk keputusan terkait pekerjaan," kata Briscoe.
Menurut dia, banyak perusahaan mengandalkan vendor teknologi pihak ketiga untuk menangani pemantauan, tetapi itu juga memiliki risiko. "Model bisnis mereka melibatkan pengumpulan data dan menggunakannya untuk tujuan yang dapat dimonetisasi dan itu menimbulkan risiko privasi."
Pameran Elektronik
Krisis kesehatan global telah menginspirasi para perusahaan teknologi di seluruh dunia untuk mencari cara inovatif untuk membatasi penularan virus. Beberapa dari produk tersebut ditampilkan di Pameran Elektronik Konsumen 2021, yang digelar virtual belum lama ini.
FaceHeart yang berbasis di Taiwan mendemonstrasikan perangkat lunak yang dapat dipasang di kamera untuk pengukuran nirsentuh dari tanda-tanda vital untuk mendeteksi sesak napas, demam tinggi, dehidrasi, peningkatan detak jantung, dan gejala lain, yang merupakan indikator awal covid-19.
Pembuat drone Draganfly memamerkan teknologi kamera yang dapat digunakan untuk memberikan peringatan tentang jarak sosial, dan juga mendeteksi perubahan pada tanda-tanda vital seseorang yang mungkin menjadi indikator awal infeksi covid-19.
Robot yang dapat diprogram dari Misty Robotics, juga ditampilkan di CES, dapat diadaptasi sebagai monitor pemeriksaan kesehatan dan juga dapat dirancang utuk mendisinfeksi permukaan yang sering digunakan, seperti gagang pintu, meja, maupun kursi.
“Tetapi ada risiko jika terlalu mengandalkan teknologi yang mungkin tidak terbukti atau tidak akurat, seperti mencoba mendeteksi demam dengan kamera termal di antara orang yang bergerak atau berlalu-lalang, “ kata Jay Stanley, seorang peneliti privasi dan analis di American Civil Liberties Union.
Menurut Stanley, pengusaha memang memiliki kepentingan yang sah untuk melindungi tempat kerja dan menjaga kesehatan karyawan. “Tapi yang saya khawatirkan adalah majikan menggunakan pandemi untuk mengambil dan menyimpan informasi dengan cara sistematis, melebihi apa yang diperlukan untuk melindungi kesehatan karyawan mereka," tegasnya. (AFP/M-4)
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
Jika dilihat dari jangka panjang, implementasi rekrutmen nondiskriminatif adalah investasi menuju lingkungan kerja yang produktif, inovatif, dan manusiawi.
Sebanyak 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih bakal didirikan di berbagai wilayah Indonesia.
Tanpa penataan sistem pelatihan kerja yang inklusif lintas usia, ketimpangan kompetensi dapat menimbulkan ketegangan antargenerasi di tempat kerja.
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) PD DKI Jakarta Kusworo mengkhawatirkan rancangan peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok dapat meningkatkan angka pengangguran.
Pekerja industri konstruksi di Jepang terus berkurang karena masalah penuaan. Hal ini tentunya menjadi tantangan besar bagi sektor konstruksi di Jepang.
Pusat AI baru ini akan menyediakan program pelatihan, dukungan startup melalui Nvidia Inception, serta infrastruktur AI lengkap milik Nvidia dan sistem keamanan cerdas dari Cisco
Teknologi membuka peluang efisiensi baru — mulai dari underwriting yang lebih cepat dan presisi, hingga klaim otomasi dan prediksi risiko berbasis perilaku.
Rumah Pendidikan menyediakan layanan spesifik bagi berbagai pemangku kepentingan pendidikan, mulai dari Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan, Ruang Murid, Ruang Bahasa, hingga Ruang Sekolah.
Kemitraan ini diresmikan melalui acara penandatanganan kerja sama yang berlangsung di Jakarta pada Senin (7/7).
Program ini membuka kesempatan bagi mahasiswa aktif dari seluruh Indonesia untuk memperoleh kuota hingga 2.000 beasiswa senilai Rp14 juta guna mengikuti pelatihan teknologi.
MariaDB, penyedia solusi database open-source global, menggelar kegiatan MariaDB Meetup di Jakarta International College sebagai bagian dari kunjungan strategis di Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved