Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Ini Korelasi Tidur dengan Nafsu Makan

Bagus Pradana
29/8/2020 13:58
Ini Korelasi Tidur dengan Nafsu Makan
Tidur(Unsplash.com)

RAPID Eye Movement (REM) kadang juga disebut sebagai tahap 'paradoks' dalam tidur, karena dalam aktivitas  ini terdapat kesamaan dengan aktivitas ketika otak masih bangun. Fase ini juga merupakan fase di mana sebagian besar mimpi kita terjadi.

Ketika dalam fase REM, aktivitas listrik tingkat tinggi akan mengalir ke beberapa bagian dalam otak termasuk di area yang berfungsi untuk mengatur memori atau emosi. Salah satu bagian yang dialiri adalah bagian hipotalamus yang terletak di dasar otak. Para ahli menyebutkan bagian ini memegang fungsi vital sebagai pengontrol nafsu makan, persepsi nyeri, hingga kontrol suhu dalam tubuh.

Penelitian terbaru tentang fungsi hipotalamus ini dilakukan oleh Lukas Oesch dari Inselspital University Hospital Bern, Swiss. Dilansir Dailymail.co.uk, Sabtu (29/8), Oesch menemukan pola aktivitas spesifik dari neuron hipotalamus lateral yang mengontrol rasa lapar seseorang, yang ternyata juga bekerja saat seseorang sedang memasuki fase REM dalam tidurnya. 

Dalam eksperimennya terhadap tikus, tim peneliti yang ia pimpin kemudian mencoba mematikan aktivitas neuron hipotalamus lateral tersebut melalui teknik 'optogenetika' saat tikus tertidur. Eksperimen tersebut berhasil memanipulasi pola makan tikus, sehingga tikus makan lebih sedikit saat bangun.

"Kami terkejut ternyata intervensi yang kami lakukan terhadap tikus percobaan kami ternyata dapat memengaruhi aktivitas saraf di hipotalamus lateral-nya yang kemudian menyebabkan perilaku makan tikus tersebut berubah," ungkap Oesch.

Penemuan ini membuktikan bahwa aktivitas hipotalamus selama fase REM ini sangat berpengaruh terhadap kestabilan perilaku makan dari mamalia (termasuk manusia) terlebih lagi, aktivitas ini dapat diintervensi dengan mudah dibentuk.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa fase tidur REM ternyata sangat diperlukan untuk menstabilkan asupan makanan," ujar ahli saraf Antoine Adamantidis dari University of Bern yang juga terlibat dalam penelitian ini.

Menurut para peneliti penemuan yang juga telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini bahkan dapat dikembangkan sebagai jenis terapi baru untuk mengobati gangguan makan dan juga berbagai kecanduan terhadap kebiasaan tertentu. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya