Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
Cucian rumah tangga menghasilkan polusi setara dengan dua truk sampah setiap hari, meskipun sebagian besar merupakan bahan organik.
Suatu studi menemukan, sebagian besar serat mikro yang masuk ke lautan akibat mencuci pakaian mungkin bukan serat sintetis seperti yang diperkirakan sebelumnya, tetapi cenderung berupa bahan organic, seperti kapas dan wol. Meski demikian, mencuci pakaian masih melepaskan serat mikro dalam jumlah besar. Dampaknya terhadap lingkungan laut tidak sepenuhnya dipahami.
Namun, para peneliti dari Northumbria University yang bekerja dalam kemitraan dengan Procter & Gamble, pembuat produk seperti Ariel, Tide, Downy, dan Lenor, menemukan bahwa 13 ribu ton serat mikro, setara dengan dua truk sampah setiap hari, dilepaskan ke laut Eropa setiap tahunnya.
Seperti dikutip The Independent.co.uk, tim peneliti mengatakan itu adalah studi forensik besar pertama ke dampak lingkungan dari serat mikro cucian kotor rumah tangga. Analisis tersebut mengungkapkan rata-rata 114 mg serat mikro dilepaskan per kilogram kain dalam setiap beban pencucian, selama waktu pencucian standar.
Para ilmuwan telah berspekulasi untuk beberapa waktu, bahwa serat mikro ini dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan ketimbang microbeads, yang dilarang dari produk konsumen Inggris dan AS dalam beberapa tahun terakhir. Para peneliti menemukan, 96% serat yang terlepas adalah bahan alami, berasal dari kapas, wol, dan viscose, sementara serat sintetis, seperti nilon, polyester, dan akrilik hanya 4%.
Para ilmuwan mengatakan, serat alami dari sumber tumbuhan dan hewan terurai jauh lebih cepat daripada serat sintetis. Suatu studi sebelumnya telah mengidentifikasi, serat kapas terdegradasi sebesar 76% setelah hampir delapan bulan di dalam air limbah, sementara dalam waktu sama serat poliester hanya mampu terdegradasi pada tingkat 4%. Ini menandakan, serat alami akan terus mengalami degradasi dari waktu ke waktu, sedangkan serat mikro berbasis minyak bumi, tetap berada di air untuk periode yang jauh lebih lama.
“Ini adalah studi besar pertama yang meneliti beban pencucian rumah tangga, dan kenyataan terjadinya pelepasan serat. Kami terkejut tidak hanya oleh banyaknya serat yang berasal dari beban pencucian domestik ini, tetapi juga melihat bahwa komposisi serat mikro yang keluar dari mesin cuci tidak sesuai dengan komposisi pakaian yang masuk ke mesin, karena cara kain dibuat,” kata Profesor ilmu analitik dan lingkungan di Universitas Northumbria John Dean, yang memimpin penelitian ini.
“Menemukan solusi terbaik untuk polusi ekosistem laut oleh serat mikro yang dihasilkan selama kegiatan mencuci mungkin akan membutuhkan intervensi yang signifikan dalam proses pembuatan tekstil dan desain alat mesin cuci,” lanjut Pof Dean.
Menurut tim peneliti, menggunakan teknik pencucian yang lebih hemat energi mengurangi jumlah serat yang hilang dari pakaian. Tim peneliti mengatakan, mereka mencapai pengurangan serat mikro yang terlepas hingga 30%, ketika mereka mencuci dengan waktu 30 menit menggunakan temperatur 15° C. Jumlah ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan waktu standar mencuci pada tingkat rumah tangga, yang menggunakan temperatur mesin cuci 45° C selama 85 menit. Tim peneliti juga menemukan, semakin banyak air yang digunakan dalam setiap pencucian, semakin banyak serat yang terlepas dari pakaian.
"Jika rumah tangga berubah menjadi lebih hemat energi (temperatur mesin cuci rendah dan waktu mencuci tidak lama), mereka berpotensi menghemat 3.813 ton serat mikro yang dilepaskan ke ekosistem laut di Eropa," menurut studi yang berjudul Microfiber Release from Real Soiled Consumer Laundry and Impact of Fabric Care Products and Washing Conditions, yang terbit di jurnal Plos One.
Peneliti juga mencatat pakaian baru melepaskan lebih banyak serat mikro daripada pakaian yang lebih lama. Mereka mengatakan penelitian itu memberikan bukti bagi produsen alat untuk memperkenalkan sistem penyaringan ke dalam desain mesin dan mengembangkan pendekatan untuk mengurangi konsumsi air dalam binatu. (M-4)
PT Terang Dunia Internusa, memperluas jaringan distribusi merek motor listrik yang dimilikinya, United E-Motor. Showroom perusahaan terbaru dibuka di Kuta, Bali.
Dengan sertifikasi ini, perusahaan dapat memposisikan diri sebagai entitas profesional dan berstandar internasional dalam hasil output produk dan pelayanannya.
Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) menyerahkan 23.171 pohon trembesi untuk menghijaukan dua ruas jalan tol di wilayah Bakauheni-Palembang.
Dibandingkan kendaraan konvensional berbahan bakar fosil, kendaraan listrik menawarkan penghematan signifikan dalam konsumsi energi, biaya perawatan yang lebih rendah.
Pasar gas bumi yang terbentuk ini akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar
Dengan pengawasan yang tepat, AI bukanlah ancaman, melainkan peluang besar yang dapat mempermudah kehidupan manusia.
ANGGOTA Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah mendapatkan laporan bahwa sekolah pusing untuk mengolah limbah dari Makan Bergizi Gratis (MBG).
Diperkirakan sekitar 4,5 triliun puntung rokok dibuang sembarangan ke lingkungan, mencemari tanah dan air akibat kandungan racunnya.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meminta penyelenggara pemotongan hewan kurban untuk tidak membuang limbah hewan kurban ke sungai.
Limbah ternak yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak lingkungan serius. Mulai dari bau menyengat, serbuan lalat, hingga gangguan estetika.
Prosedur pembuangan limbah dilakukan dengan cermat setiap malam hingga pagi, tanpa terkecuali.
Ketika dikawinkan dengan bakteri, ampas kopi dapat disulap menjadi lembaran elastis mirip material kulit yang diberi nama M-Tex Coffee Leather.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved