Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Sejak Abad ke-7 SM, Musik jadi Terapi Melawan Pandemi

Abdillah Marzuqi
07/4/2020 08:29
Sejak Abad ke-7 SM, Musik jadi Terapi Melawan Pandemi
Penyanyi opera Polandia Michal Janicki tampil di balkon apartemennya selama masa karantina di Warsawa, Polandia,(JANEK SKARZYNSKI / AFP)

JALANAN  berbatu seolah mati di Milan, Italia. Nyaris tidak terdengar langkah kaki. Tidak ada warga yang berlalu. Semua diliputi ketakutan dan kekhawatiran tertular. Mereka memilih bersembunyi di balik pintu yang terkunci rapat. Pembatasan sosial dilakukan secara ketat. Seluruh aktivitas publik seakan lenyap. Tidak ada lagi riuh pedagang tawarkan barang. Tidak terdengar lagi derap anak-anak berlarian dan cengkerama keluarga di taman.

Namun, ketakutan tidak merenggut semuanya. Warga memilih untuk saling dukung dan menguatkan. Mereka berpadu dalam aksi kolektif. Jendela-jendela dibuka. Ribuan pria, wanita dan anak-anak mulai bernyanyi.

Gambaran itu bukan di Milan selama merebaknya wabah Virus Korona, melainkan musim panas pada 1576. Saat itu, wabah yang dikenal dengan wabah Santo Charles (sampar) menghancurkan sebagian besar wilayah utara Italia.

Kejadian itu persis dengan pandemi covid-19 saat ini. Ketika penduduk Italia, Spanyol, Jerman, dan seluruh dunia menggunakan musik untuk bersatu dan saling menguatkan. Para warga menolak untuk takut. Di Spanyol, warga membuka jendela lalu memainkan alat musik di balkon rumah. Jadilah video yang viral dan layak disematkan tajuk konser balkon.

Ahli musik dari Loyola University, Remi Chiu, menemukan keterkaitan aktivitas tersebut dengan lagu Wuhan jiayou (Wuhan Bisa)  atau Tetaplah kuat, Wuhan!. Nyanyian itu dimulai pada Januari di Tiongkok ketika pandemi mulai merebak. Begitupun dengan nyanyian lagu-lagu patriotik di balkon penduduk Italia. Menurutnya, kemampuan musik untuk mengatasi ego adalah media yang sangat kuat dalam menghadapi krisis.

“Saat bermusik, ada penyerahan diri, pikiran, dan tubuh pada ritme. Ketika seseorang bermusik ataupun menari bersama dengan orang-orang di sekitar, ia menjadi bagian sekaligus menyerahkan diri pada tujuan kelompok yang lebih besar," terang Chiu sebagaimana dilansir The Guardian.

Menurutnya, media sosial lalu mengaplifikasi pesan dan semangat nyanyian itu sehingga menjadi solidaritas global. Musik juga menjadi media penangkal rasa takut.

Sedangkan Jerman, ada sebuah video menunjukkan para warga menyanyikan lagu berjudul Bella ciao. Lagu itu adalah lagu perlawanan Italia. Mereka memberi dukungan moral dan solidaritas pada Italia yang tengah berjuang melawan pandemi covid-19.

Sejak era Mesir kuno, Yunani, dan Babilonia, musik menjadi salah satu media alternatif penyembuhan spiritual. Selama ribuan tahun, musik juga menjadi simbol ikatan sosial kala musim pandemi. Abad ke-7 SM, ketika terjadi wabah di Sparta, penyair Thaletus diminta untuk menyanyikan lagu-lagu pujian. Penyair Yunani Kuno, Terpander, juga dipanggil saat wabah melanda Lesbos. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya