Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
ALICIA Chan dan Aileen Bachtiar ialah dua pelajar SMA yang saat ini tengah menempuh studi di Jakarta Intercultural School (JIS). Pencapaian mereka boleh dibilang cukup luar biasa. Di usia yang masih belia ini, mereka sudah melakukan inovasi dengan hal yang belum terlalu populer di Indonesia, yaitu teknologi nano. Teknologi nano secara sederhana dapat dipahami sebagai materi yang ukurannya sangat kecil. Ia berskala nano atau sepersemiliar, yang mana dapat diimplementasikan di berbagai bidang dan kebutuhan. Saat ditemui Media Indonesia di Pondok Indah, Jakarta, Kamis (27/2) lalu, mereka bercerita ihwal ketertarikan dan proses belajar mereka hingga berburu ilmu ke 'Negeri Paman Sam'. Berikut kutipan wawancara bersama Alicia dan Aileen.
Mengapa kalian tertarik mengulik teknologi nano?
Alicia: Awalnya aku merasa studi di bidang STEM (science, technology, engineering, & math-red) ini sebenarnya cukup rumit. Kalau tidak salah, waktu kelas 7. Akan tetapi, pada saat yang sama aku merasakan ada kecocokan dengan biologi, fisika, dan kimia. Dari situ aku minat, terus sampai pada saat libur sekolah aku memutuskan mengambil summer course di AS. Ternyata ada bidang yang aku minati, yaitu nano technology dan material science.
Aileen: Aku dari dulu tidak pernah menentukan subjek tertentu. Tapi, sejak kecil aku memang senang mempelajari berbagai subjek. Pada saat kelas 9, aku mulai tertarik sampai akhirnya mengambil subjek kimia. Rasanya langsung klik ketika aku pertama kali mempelajarinya. Akhirnya, keterusan sampai sekarang. Aku waktu liburan juga ke Amerika. Kalau Alicia belajar di Columbia University, aku belajar teknologi nano di University of Pennsylvania.
Setelah pulang ke Indonesia, kalian lalu bertemu dan belajar bersama seperti itu?
Alicia: Iya, kami membuat Nano Technology Club. Dari klub itu kita belajar dan bereksperimen bersama teman-teman lain. Saat ini belum terjadwal secara rutin, tetapi kita biasanya menyisihkan waktu ketika liburan untuk datang ke laboratorium sebuah universitas di Jakarta yang bisa disewa dan buka setiap pagi hingga sore pukul 17.00.
Siapa sosok yang menginspirasi kalian dalam menekuni sains?
Aileen: Aku sepertinya dari kakek. Waktu kuliah, dia kedokteran, tapi juga menaruh perhatian di bidang science dan inovasinya di bidang teknologi pangan. Dia tidak pernah menyuruh untuk ke scien ce, tapi dia selalu jadi inspirasi dalam belajar dan berinovasi. Waktu pertama kali aku kenal dengan kimia, itu aku juga baru tahu, 'Oh ternyata ini yang kakek maksud berinovasi dengan science'.
Alicia: Kalau keluarga aku sebagian besar di bisnis dan computer cience. Tapi dulu tante juga ingin menjadi dokter, sebelum akhirnya di bisnis. Sekarang aku merasa senang karena minat di dunia science mendapat support orangtua. Selain itu, aku juga belajar lewat media sosial. Biasanya buka Youtube sepulang sekolah. Dari situ banyak siaran, tidak hanya berhubungan dengan science, tapi juga fl ora dan fauna, lalu eksperimen-eksperimen lainnya.
Alicia, boleh diceritakan pengalaman belajar di AS?
Aku di sana fokus dengan self-assembling monolayer (lapisan tunggal bermolekul tebal-red). Dia bentuknya spray. Kalau disemprot ke suatu permukaan begitu, disemprot inovasi teknologi nano ini akan berbentuk bola. Ia bahkan melarutkan debu ke air itu sehingga dapat membuat sebuah permukaan menjadi lebih bersih.
Bisa dimanfaatkan untuk dindingdinding rumah di daerah rawan banjir?
Mungkin bisa, tapi disemprotnya harus sebelum banjir. Jadi, nanti kalau kotor, akan lebih mudah dibersihkan. Tetapi agar lebih baik hasilnya, perlu riset yang lebih serius.
Bagaimana dengan pengalaman belajar Aileen?
Aku lebih banyak mendalami silver nanoparticles. Properti ini mengandung unsur antibakteri sehingga dapat dimanfaatkan, salah satunya untuk preservasi anggur. Sebelum ditemukan silver nanoparticles, fermentasi anggur biasanya dengan sulfi t. Tapi di sulfi t terdapat unsur yang dapat membahayakan kesehatan jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Silver nanoparticles ini karena dia punya properti antibakteri, jadi selama proses fermentasi dia bisa membunuh bakteribakteri jahat. Dalam implementasinya, dia dicampur wine atau anggur. Setelah melewati proses, anggur hasil fermentasi akan bersih dan bisa langsung dikonsumsi.
Tempe juga butuh fermentasi, apakah teknologi ini bisa diimplementasikan untuk itu?
Aileen: Kemungkinan bisa, tapi sama seperti yang dibilang Alicia tadi, harus ada riset yang dalam terlebih dahulu agar benar-benar aman. Kalau silver nanoparticles memang memiliki manfaat yang luas. Dalam mass industry makanan, biasanya digunakan untuk sterilisasi dan penyajian.
Alicia: Iya, teknologi nano juga dapat diimplementasikan ke pembuatan vitamin. Indonesia kan kaya suku dan rempah, jadi peluangnya cukup besar untuk ini. Kunyit, jika ukurannya nano, dapat menjadi obat herbal dengan khasiat yang cukup bagus. Soalnya, semakin nano ukuran materi, semakin luas surface area-nya. Potensi kita untuk sehat sangat kuat karena didukung kekayaan rempah dan segala macam.
Dalam waktu dekat ini, ada invoasi lain yang sedang kalian siapkan?
Alicia: Belum, tapi nanti-nanti saya ingin berinovasi dengan water fi ltration (penyaring air). Dia kan bekerjanya dengan proses distilasi di dua tangki besar. Dalam proses tersebut, air bersih didapatkan dari air laut yang diuapkan. Proses pemanasannya bisa membutuhkan energi sangat banyak. Akan tetapi, kebutuhan itu dapat dihemat hingga 80% dengan memanfaatkan teknologi nano. Jadi, di antara dua tangki itu kan ada membrannya, di situlah nanti kita letakkan partikel nano untuk menyerap energi matahari.
Aileen: Aku juga belum ada, tapi nanti mungkin masih ingin bertahan dengan proses produksi anggur. Bedanya kali ini aku ingin lebih fokus dengan air limbahnya karena dia kan berbahaya bagi lingkungan kalau dibuang sembarangan. Dengan teknologi nano, perusahaan lebih mudah waste management-nya karena air limbah sudah aman dan tentunya bisa memangkas ongkos produksi.
Ada pesan khusus untuk teman teman lainnya yang menekuni subjek teknologi nano ini?
Alicia: Subjek ini rumit, tapi kalau kalian suka dan yakin, ya, go for it saja. Banyak potensi inovasi, jadi sangat beruntung ketika kita belajar.
Aileen: Kurang lebih sama dengan Alicia. Anak muda tidak perlu merasa takut ketika belajar subjek ini karena dalam prosesnya akan ada banyak pengalaman menarik dan menyenangkan. Nikmati saja. (M-2)
AILEEN NATHANIA BACHTIAR
Tempat, tanggal lahir Singapura, 15 Juli 2003
Pendidikan Jakarta Intercultural School
Hobi Baca, riset, lukis, dan masak
ALICIA CHAN
Tempat, tanggal lahir Jakarta, 30 April 2004
Pendidikan Kelas 11 di Jakarta Intercultural School
Hobi Masak dan baca buku
Faktor risiko penyakit jantung pada populasi dewasa muda sama dengan mereka yang berusia lebih tua, yaitu obesitas, merokok, diabetes atau kadar gula darah tinggi,
Pikun sering terjadi saat bertambahnya usia, kondisi ini ditandai dengan mengalami kehilangan daya ingat terhadap peristiwa yang terjadi.
Ia juga mengatakan banyak skill yang terasah selama mengikuti kegiatan itu, termasuk skill berkomunikasi hingga melatih kepercayaan diri berbicara di hadapan publik.
Mereka hadir dalam simulasi konferensi bukan sebagai diri sendiri, melainkan wakil negara dan lembaga.
Melalui proyek eco enzyme, Green Rangers ingin mengingatkan bahwa ada limbah yang bisa diolah untuk menjadi lebih bermanfaat bagi lingkungan dan perekonomian.
Anak-anak diajak berkolaborasi menggambar tentang isu lingkungan hidup.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved