Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Yunita Lestari Ningsih Kertas dari Popok Bekas

(Bus/M-4)
22/2/2020 04:35
Yunita Lestari Ningsih Kertas dari Popok Bekas
(MI/SUMARYANTO BRONTO)

PADA 2011, Yunita Lestari Ningsih dan sejumlah Kader Hijau yang tergabung dalam UKM Cantuka Kreatif di Kota Malang memiliki sebuah ide untuk mengolah limbah popok bayi menjadi komoditas kertas daur ulang yang mereka sebut sebagai Kertas P (Kertas Popok).

Biasanya para kader lingkungan Cantuka Kreatif akan menyosialisasikan ke masyarakat dengan mengajarkan cara higienis mencuci popok bekas. Setelah bersih, popok-popok tersebut akan ditampung di bank popok yang berlokasi di dekat rumah Yunita. Setiap warga yang 'menabung' popok di bank popok akan mendapatkan ganti uang sebesar Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per popok yang ditabung. Jika warga rajin menabung popok, biasanya mereka akan memiliki tabungan sebesar Rp750 ribu hingga Rp1 juta rupiah tiap tahunnya.

Popok-popok tersebut kemudian akan dijadikan bahan baku untuk membuat Kertas P (Kertas Popok). Kertas P merupakan kertas yang terbuat dari bagian dalam popok bekas bayi yang telah diproses. Kertas ini lebih tahan air dan memiliki ketebalan yang dapat diatur. Kertas ini digunakan sebagai bahan untuk membuat lampion dan kerajinan bunga. Kertas dengan ketebalan 4 hingga 6 lapis biasanya digunakan untuk bahan dasar pembuatan tas, dompet, maupun kursi.

Tak hanya berkreasi dengan limbah popok, Yunita dan para kader lingkungan Cantuka Kreatif juga aktif memberikan pelatihan gratis mengenai pengolahan limbah popok bekas ini kepada ibu-ibu muda yang memiliki bayi di Kota Malang untuk mengurangi pencemaran akibat limbah popok bekas yang mereka sebut sebagai program pengolahan popok bayi bekas (P3B2).

"Saya dapat ilmu ini secara gratis, makanya saya juga mau membagikannya secara gratis. Saya tidak mau menjual ilmu," tutur perempuan 41 tahun ini.

Yunita mengakui bahwa kepedulian masyarakat terhadap permasalahan lingkungan di Malang masih minim. Orientasi masyarakat untuk mengikuti program pengolahan limbah popok bekas yang diinisiasi oleh Cantuka pun masih sering terpentok dengan kepentingan finansial. Ia mengaku harus mengedukasi masyarakat secara perlahan agar mereka lebih sadar terhadap isu lingkungan.

"Masih banyak masyarakat yang ikut di program kita karena iming-iming uang, jadi harus sabar dan perlahan-lahan mengedukasi mereka," pungkas Yunita. (Bus/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
  • Ciptakan Usaha yang Jadi Solusi untuk Masyarakat

    03/11/2024 05:45

    Dewasa ini, sudah banyak bermunculan produk mi instan alami atau mi sehat yang mengeklaim menggunakan bahan-bahan alami dalam proses produksi mereka

  • Beri Peluang Anak Muda untuk Kembangkan Diri

    03/11/2024 05:40

    MASALAH pengangguran hingga saat ini tidak lepas membayangi masyarakat Indonesia.

  • Anak Penjahit yang Jadi Rektor

    13/10/2024 05:30

    Perjalanan perkuliahan Asep tidak mudah. Ia bahkan sempat dipenjara karena menjadi salah satu mahasiswa yang terlibat penyebaran buku putih yang isinya kisah gurita bisnis Presiden Soeharto.

  • Jatuh Bangun Membangun Bisnis di Usia Muda

    29/9/2024 05:30

    Setelah masalah selesai, Fikrang pun menutup bisnis aplikasinya itu, namun dia tidak kapok untuk berbisnis.

  • Drama Kudeta di Kadin

    22/9/2024 05:30

    Arsjad mengatakan sebaiknya kisruh di Kadin bisa diselesaikan secara internal tanpa dipolitisasi lebih jauh.

  • Bule Sabang Merauke

    15/9/2024 05:30

    Media sosial sempat diramaikan video seorang bule yang membantu warga membangun jembatan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.