Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
Penelitian menunjukkan mengurangi tiga porsi daging merah setiap minggu dapat menurunkan risiko kanker, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2.
Berdasarkan 61 penelitian terbaru Annals of Internal Medicine yang melibatkan lebih dari 4juta orang, menemukan penurunan risiko kanker sebanyak 7% bila mengurangi tiga porsi konsumsi daging merah tiap minggu.
Pengurangan terbesar risiko kanker terjadi pada kanker lambung atau perut, yaitu 14% lebih rendah. Berkurangnya risiko serupa juga terlihat untuk kanker payudara yaitu sebesar 12%.
Data juga menunjukkan mengurangi memakan daging merah yang tidak diolah berpeluang 10% lebih rendah terkena diabetes tipe 2 dalam 11 tahun ke depan. Mengonsumsi tiga porsi lebih sedikit juga mengurangi kemungkinan penyakit jantung sebesar 5%, 6% untuk stroke, dan 7% untuk serangan jantung.
Pengurangan risiko bahkan lebih besar dalam review studi yang membandingkan tinggi dan rendahnya asupan daging merah dan olahan. Pemerintah telah bertahun-tahun mencoba untuk mendorong perubahan diet - pedoman merekomendasikan orang membatasi diri untuk mengkonsumsi hanya 2.5oz (70g) daging merah sehari.
Ini setara dengan satu irisan daging domba, satu sosis babi, setengah burger daging sapi, atau satu setengah bacon daging.
Tetapi 14 ahli dari tujuh negara mengatakan, berdasarkan lima ulasan penelitian sebelumnya, memutuskan orang harus terus makan dengan jumlah rata-rata daging merah saat ini. Orang Amerika Utara dan Eropa rata-rata memakan tiga dan empat porsi per minggu.
Para ilmuwan dari universitas Dalhousie dan McMaster di Kanada, serta pusat penelitian Cochrane di Spanyol dan Polandia melakukan penelitian ini. Sebanyak 61 studi telah memantau kesehatan lebih dari empat juta orang, serta 12 studi yang diuji coba telah mengubah diet sekitar 54.000 orang.
Risiko yang diungkap analisisnya mirip dengan yang telah dikemukakan sebelumnya, tetapi para peneliti memutuskan kemungkinannya tidak sebesar itu. Tim juga menemukan hasil penelitian sebelumnya terlalu buruk untuk membuat saran tentang cara orang menjalani hidup mereka.
Membahas hasil-hasilnya, peneliti Dr Bradley Johnson dari Dalhousie mengatakan bukan berarti mereka yang sudah mengubah pola hidupnya tidak akan ada risiko kanker.
"Kami mengatakan hanya ada bukti dengan kepastian rendah tentang pengurangan risiko kanker dan konsekuensi kesehatan yang merugikan lainnya dari pengurangan konsumsi daging merah," Johnson disadur dari Daily Mail, Rabu (2/10).
Dalam tajuk rencana yang diterbitkan bersama surat kabar, Dr Aaron Carroll dan Dr Tiffany Doherty, dari Universitas Indiana, menyarankan agar orang dewasa terus makan daging merah dan daging olahan saat ini, kecuali mereka ingin mengubah konsumsi mereka sendiri.
"Saran ini pasti kontroversial, tetapi didasarkan pada tinjauan paling komprehensif bukti sampai saat ini. Karena peninjauan itu inklusif, mereka yang berusaha membantahnya akan sulit sekali menemukan bukti yang tepat untuk membangun argumen,"
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan daging merah sebagai kemungkinan penyebab kanker dan daging olahan sebagai karsinogenik. National Health Service (NHS), program layanan kesehatan masyarakat di Britania Raya juga mengatakan makan banyak daging merah mungkin meningkatkan risiko kanker usus.
Pusat penelitian kanker di Inggris mengatakan tiga bahan kimia dalam daging berpotensi penyakit, karena mereka merusak sel-sel dalam usus.
Kelompok medis terpecah-pecah dalam penelitian ini, menggambarkannya sebagai hasil penelitian yang sangat baik, tetapi ragu untuk setuju dengan menyuruh orang mengurangi daging.
Banyak pendapat yang saling kontra, seperti profesor David Spiegelhalter, dari University of Cambridge, menekankan penelitian itu tidak menemukan bukti yang baik tentang manfaat kesehatan yang penting dari mengurangi konsumsi daging.
Sejalan, Kevin McConway, profesor statistik terapan emeritus di Universitas Terbuka Inggris, menyebutnya sebagai 'karya yang sangat komprehensif'.
Namun, Profesor Tim Key, dari Universitas Oxford, mengatakan ada bukti kuat bahwa daging olahan dapat menyebabkan kanker usus. Dia melihat, hasil publikasi publikasi terbaru ini pada dasarnya identik dengan bukti yang ada.
"Tetapi menggambarkan dampaknya sangat berbeda, bertentangan dengan konsensus umum di antara para ahli penelitian kanker,"
Dr Marco Springmann, seorang ahli lingkungan dan kesehatan di Oxford, menambahkan bahwa rekomendasi itu didasarkan pada 'pembacaan yang miring'.
"Bahkan dengan cara yang miring ini menyajikan bukti, ulasan jelas menunjukkan manfaat mengurangi konsumsi daging merah dan olahan," tukas Springmann. (M-3)
Baca juga : Masakan Nusantara Lebih Tricky
Untuk penyimpanan di kulkas, Tuti menyarankan agar daging disimpan beku di freezer dan dikemas sesuai dengan porsi kebutuhan sajian.
Secara fisik, daging dari berbagai jenis hewan ternak ini memang memiliki perbedaan yang dapat dikenali langsung.
Daging kerbau kerap kali dianggap keras dan sulit diolah. Padahal dengan teknik yang tepat, bahan pangan ini bisa menjadi sajian empuk dan lezat.
Saat Idul Adha, Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia, kompak menunaikan ibadah kurban dengan menyembelih hewan ternak pada tanggal 10 Zulhijah
Stres menyebabkan penggunaan glikogen otot secara berlebihan. Jika kadar glikogen menurun, pembentukan asam laktat akan terganggu.
Penyembelihan dan pengolahan daging saat Idul Adha sering dilakukan di tempat terbuka tanpa standar sanitasi yang baik, sehingga meningkatkan risiko kontaminasi mikroba.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved