Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Ternyata Inilah Kekhawatiran Terbesar Para Milenial

Suryani Wandari Putri Pertiwi
04/7/2019 19:30
Ternyata Inilah Kekhawatiran Terbesar Para Milenial
Hidup yang dipenuhi banyak pilihan menjadi kekhawatiran para milenial.(Unsplash/Helena Lopes)

Pemalas, egois, terlalu sensitif, dan tanpa persiapan, ialah beberapa dari sederet stereotip yang melekat kepada generasi milenial. Namun, psikiater Tess Brigham yang banyak berurusan dengan kalangan milenial menilai, mereka sebenarnya ialah generasi yang cerdas dan ambisius, serta amat bergairah untuk membuat perubahan. Namun, mereka juga punya banyak kecemasan.

Menurut Brigham, yang 90% pasiennya berusia dari 23 sampai 38 tahun, pasien-pasiennya mengkhawatirkan berbagai hal. Mulai dari kecemasan tidak dapat memperoleh cukup uang untuk tabungan pensiun, sampai tepat atau tidaknya rel kehidupan yang mereka pilih.

Namun, imbuhnya, kecemasan terbesar kalangan milenial ternyata berkaitan dengan terlalu beragamnya pilihan dalam hidup. Suatu hal yang barangkali dipandang sebagai privilese oleh generasi di atas milenial.

'Mereka mengatakan, "Saya punya terlalu banyak pilihan dan tidak dapat memutuskan apa yang mesti saya lakukan. Bagaimana jika saya membuat pilihan yang salah?",' tulis Brigham seperti dilansir CNBC.

Walaupun memiliki banyak pilihan yang mungkin terdengar menarik, penelitian mendapati hal tersebut justru dapat memicu stress dan rasa kewalahan. Saat ada terlalu banyak opsi, otak bekerja terlalu keras untuk membuat pilihan yang menurut mereka sepadan dengan usaha. Sementara kala opsi terlalu sedikit, ada kecenderungan imbalannya akan sama baiknya.

Psikolog Barry Schwartz dalam bukunya “The Paradox of Choice: Why More Is Less,” mengungkapan bahwa ada satu dari tiga hal kemungkinan terjadi ketika orang dewasa muda dihadapkan pada terlalu banyak pilihan: membuat pilihan yang buruk, menjadi lebih tidak puas dengan pilihan mereka, atau bahkan tidak membuat pilihan sama sekali.

BACA JUGA: Hiii, Kecoak Makin Resisten terhadap Insektisida

Jika tak mau terjebak, bisa juga ikuti beberapa saran Brigham saat berjuang mengambil keputsan

1. Ceritakan perasaan Anda sebenarnya
Kesadaran diri ialah segalanya. Ketika kita memaksa diri kita untuk memikirkan perasaan, kata-kata, emosi dan perilaku, kita mulai memahami apa yang benar-benar mengganggu kita dan apa yang sebenarnya kita inginkan.

Bagaimana perasaan Anda tentang situasi saat ini? Perubahan apa yang ingin Anda lakukan? Apa yang penting bagimu sekarang? Apa tujuan Anda saat ini, dan tujuan masa depan Anda?

Bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan ini akan memandu Anda dalam membuat keputusan yang Anda rasa baik dan cenderung tidak akan disesali apapun impaknya.

2. Identifikasi opsi Anda
Pada titik ini, saatnya untuk serius dan mulai melakukan brainstorming atas pilihan yang Anda miliki dan hasil apa yang mungkin dituju.
Tetapkan faktor-faktor kunci dari setiap keputusan dan bagaimana mereka dapat memengaruhi situasi Anda saat ini.

3. Identifikasi hal-hal yang dapat Anda kendalikan
Tidak apa-apa untuk mengambil risiko, tetapi Anda juga bisa menghindari pilihan dengan mengendalikan beberapa hal. Misalnya
Anda mungkin berurusan dengan bos yang sulit yang tidak menyenangkan saat bekerja. Jika itu hanya kepribadian atasan Anda, menghadapi perilakunya mungkin tidak mengubah segalanya, yang dapat Anda kendalikan adalah bagaimana Anda bereaksi terhadap perilaku bos Anda. Anda dapat memilih untuk tidak membiarkannya memengaruhi Anda.

Setelah Anda mengenali apa yang bisa dan tidak bisa Anda kendalikan, Anda akan lebih mudah mempersempit daftar pilihan Anda.

4. Buat keputusan
Mungkin perlu waktu untuk mencari tahu apa yang Anda inginkan untuk langkah selanjutnya. Jangan terburu-buru , tetapi jangan terlalu banyak menghabiskan waktu terobsesi dengan pilihan Anda.

Bahkan dapat membantu untuk membicarakan sesuatu dengan seseorang atau meminta perspektif yang berbeda. Berhati-hatilah untuk tidak menerima nasehat buta. Setelah Anda membuat keputusan, buat rencana tentang  apa yang harus dilakukan jika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang Anda harapkan.

5. Merangkul ketidakpastian
Merasa khawatir atau merasa tidak pasti adalah hal yang biasa dan tak perlu pusing, asalkan Anda tidak membiarkannya mengambil alih hidup Anda. Tetapi, ketika Anda merangkul dan menerima kesalahan, kamu menjadi jauh lebih pintar, lebih bijaksana dan lebih percaya diri tentang pilihan yang Anda buat di masa depan. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya