Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Konon, terlalu sering pakai topi bisa membuat rambut rontok, bahkan botak. Topi bisa buat kulit kepala panas. Benarkah anggapan itu?
Dokter kulit dari UCLA Health, Dr. Hayley Goldbach, mengungkapkan bahwa tidak ada kaitan langsung antara topi dan kebotakan. "Saya pikir jawabannya adalah memakai topi mungkin bukan poin utama (penyebab kebotakan)," kata Goldbach, seperti dilansir Time.
"Genetika ialah faktor utama dalam kerontokan rambut," imbuh Dr. Michael Wolfeld. Wolfeld ialah ahli bedah plastik yang mengkhususkan pada pemulihan rambut. Ia juga merupakan asisten profesor klinis di Mount Sinai Medical Center di New York City.
Wolfeld mengatakan, pola kebotakan pada pria dan wanita dapat ditelusuri akarnya dari kepekaan genetik akibat hormon dihydrotestosterone (DHT). Hormon itu muncul di kulit kepala serta bagian tubuh lain. Hormon itu pula yang membuat folikel rambut menyusut.
Menurutnya, kebotakan macam itu bisa diatasi dengan terapi finasteride untuk mengurangi produksi DHT.
Namun, faktor genetik bukan satu-satunya penyebab kebotakan. Ada pula faktor lain yang juga memengaruhi kerontokan rambut, yakni perilaku. Kebiasaan mengepang rambut terlalu rapat bisa menciptakan ketegangan yang menarik folikel rambut. Mengikat rambut ala ekor kuda dengan sangat ketat juga berefek sama.
"Selama bertahun-tahun, ketegangan itu dapat menyebabkan rambut rontok," kata Wolfeld.
Kasus yang sama juga terjadi saat orang mengenakan topi dengan sangat ketat. "Jika topinya terlalu ketat, saya bisa melihat itu menyebabkan iritasi atau peradangan pada folikel rambut. Dengan sendirinya, ini mungkin tidak akan menyebabkan rambut rontok, tetapi itu bisa menjadi faktor yang berkontribusi," tambah Goldbach.
Berbincang tentang kekeketatan pasti relatif. Tidak semua orang sepakat dengan batasan ketat. Yang jelas, sebisa mungkin hindari pemakaian topi yang meninggalkan bekas pada kulit kepala. Apalagi jika setiap hari selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
"Mengenakan topi sangat ketat dan untuk jangka waktu yang lama, itu dapat menyebabkan kerusakan pada rambut. Pada gilirannya, meningkatkan kerontokan rambut," Wolfeld turut menegaskan.
Ada pula penyebab dari faktor eksternal seperti bahan atau pewarna tekstil yang ada pada topi. Lalu, meski jarang terjadi, masih ada faktor lain dalam kerontokan rambut, yakni keringat.
"Garam dari keringat bisa menyebabkan kulit iritasi dan peradangan. Itu dapat mempercepat proses kerontokan rambut," ujar profesor dermatologi di George Washington University Dr. Adam Friedman. (M-2)
Diperkirakan, pada 2028, lebih dari 33% rumah tangga di seluruh dunia akan dilengkapi dengan sistem rumah pintar.
Paling enggak kalau di sekolah itu dibiasakan kalau misalnya ada gejala-gejala flu sedikit itu langsung pakai masker jadi enggak menularkan ke teman-teman yang lain.
Di era media sosial, tampil di halaman FYP (For You Page) menjadi salah satu tujuan utama bagi konten kreator. Untuk mencapai hal ini, kualitas foto yang dihasilkan haruslah luar biasa
Strategi keamanan siber yang tangguh dimulai dengan visibilitas yang lengkap, mengetahui apa yang perlu dilindungi dan ketika risiko terbesar berada.
Alat dengar yang digunakan sehari-hari disarankan yang memiliki noise cancelling untuk meredam suara bising dari luar.
Untuk penyimpanan di kulkas, Tuti menyarankan agar daging disimpan beku di freezer dan dikemas sesuai dengan porsi kebutuhan sajian.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved