Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Menyimak Kekacauan Perkusi Julian Abraham Togar

Fathurrozak
10/5/2019 21:05
Menyimak Kekacauan Perkusi Julian Abraham Togar
Aksi Julian Abraham Togar dalam pertunjukan Alur Bunyi.(MI/Fathurrozak)

Ketika drum ditabuh di balik layar, telinga kita masih akan menoleransi bebunyian yang dihasilkan. Julian Abraham Togar bermain drum berada di posisi belakang layar untuk menghasilkan visual siluetnya di layar proyeksi.

Ia memukul dengan begitu ringan, layaknya drum yang digunakan dalam rythm section untuk permainan big band. Tampaknya, ini fondasi yang ditaruhnya saat ia bermain selama kurang lebih satu jam dalam dua sesi.

Pada sesi pertama, setelah rythm section itu, Togar menghadirkan sinkronisasi dari yang terlihat kontradiktif. Ketika ia usai bermain drum, kita diperdengarkan bunyi-bunyi dari yang terlihat di atas panggung, siluet berbagai perkusi. Sementara itu, Togar hanya mengamati, sejauh mana alat-alat itu bekerja.

Sesi pertama itu, terdengar seperti bunyi-bunyi yang tengah mencari keselarasan, tetapi sepertinya bukan itu yang ditempuh. Ketika setelah membiarkan alat-alat perkusi-perkusi  menabuh sendiri dengan bantuan instalasi kinetik. Nissal Berlindung, yang diajak berkolaborasi memasukkan bunyi-bunyian yang dihasilkan Togar sebelumnya saat ia bermain drum. Tetabuhan menjadi bertumpuk. Bisa jadi, ini akan mengganggu telinga pendengar yang asing dengan elemen bunyi yang tidak linear ini.

Manipulasi Visual
Kolaborasinya dengan Nissal Berlindung ialah untuk menghadirkan visual di atas panggung, yang seringkali kita bakal menganggap, visual itu juga menjadi sumber bunyi perkusi. Pada sesi kedua, dalam pentas Alur Bunyi edisi perdana tahun ini, Togar dan Nissal bermain-main dengan efek cahaya yang ditautkan dengan bunyi.

Neon-neon panjang yang terpasang di papan kerangka besi di tengah panggung rupanya memang difungsikan sebagai bagian dari permainan musik eksperimental mereka. Bahkan mungkin sebelum memasuki sesi kedua ketika Togar meminta semua lampu ruangan di auditorium Goethe Institut, Menteng, Jakarta Pusat dimatikan, kerangka besi berisi neon itu, dianggap sebagai hal tidak penting. Hampir sama saat seperti Togar memulai sesi pertamanya, neon diproyeksikan sebagai rythm section. Mengambil bunyi ketika lampu dinyalakan. Alhasil, selain mendengarkan bunyi, kita juga akan menyimak kilatan-kilatan lampu. Pada sesi kedua ini, irama yang dimainkan cenderung lebih linear ketimbang sesi sebelumnya.

"Acuannya tetap memang ingin punya struktur sendiri dari yang terposah di tiap karya satu sampai yang ketiga. Ada instrumen perkusi di belakang layar, membayangkan aura sebuah benda, yang diperhatikan hampir sama kayak mendengar, yaitu aural. Dibangun dari yang pertama, memosisikan saya sebagai perkusi dengan main drum, dari karya satu ke karya lain, penjahitnya aku dan Nissal, sebagai bagian dari eksplorasi, seperti itu. Memosisikan kejasmanian si musisi hadir, bagaimana cara mendedahnya?" ungkap Togar yang juga dikenal sebagai seniman multidisipliner ini, usai pertunjukan Alur Bunyi, di Goethe Institut, Menteng, Jakarta, Rabu (8/5).

Caranya mendedah mungkin saja tidak terlalu eksplisit. Ketika ia mengombinasikan berbagai karya terdahulunya. Terkadang terdengar kontradiktif, namun juga punya bagian selaras, sehingga terkesan 'ugal-ugalan,' kacau, tetapi kembali pada fondasi perkusi. Permainan musik atonal versi Togar ini tentu menjadi medium para mendengar untuk merasakan sesuatu yang asing sebelumnya di telinga.

"Praktik mendengar itu pasti, mendengarkan belum tentu. Melihat dengan memperhatikan berbeda. Tempat seperti ini jadi melatih toleransi, menerima suatu yang baru dan tidak diduga, mengamini sebagai suatu keindahan atau apapun itu. Setidaknya ada jalan tengah untuk bisa toleransi itu tadi, karena telinga pasti mendengar, secara tidak langsung melatih diri menoleransi bunyi asing." (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya