Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Melacak Narasi Proyeksi Tubuh

Fathurrozak
20/4/2019 13:40
Melacak Narasi Proyeksi Tubuh
Bongkar Gudang Rubanah Underground Hub, Menteng, Jakarta Pusat memajang karya bertema identitas tubuh hingga Sabtu (20/4).(MI/Fathurrozak)

KARYA-karya yang berangkat dari koleksi para kolektor ini mengantar pada muara gagasan narasi yang mengeksplorasi identitas tubuh. Ditampilkan lewat proyeksi diri, maupun tubuh lain di luar sang seniman.

Kaca-kaca bulat kecil itu menempel pada semacam ranting, berputar serupa kipas angin yang lambat bergerak. Ketika kita berdiri di depannya, kelak kita akan melihat refleksi tubuh kita, seperti sedang berkaca, atau seolah pantulan obyek itu, serupa menggunakan kaleidoskop.

Karya berjudul Self Observatory version 1.1 (2012) milik Sara Nuytemans seolah ingin mengajak pengunjung yang berdiri di depan karyanya untuk melacak diri. Karyanya yang lain, yang juga dipajang ialah Rise and Shine (2014). Ini melibatkan partisipasi pengunjungnya, dengan naik ke podium bundar, lalu spontan terdengar tepuk tangan meriah dengan sorot lampu di tengah.

Dua karya itu menjadi representasi dari narasi yang dibangun pada pameran Bongkar Gudang edisi perdana Galeri Rubanah (Ruang Bawah Tanah). Tubuh manusia menjadi elemen penting untuk mendorong suatu karya memiliki pemaknaan lain.

Baik secara berwujud maupun simbolik, karya-karya milik para seniman ini memang memiliki narasi ketubuhan sebagai medium eksplorasi karya mereka. Karya Octora berjudul Laura's Paradise (2011), yang memunculkan sosok seorang bocah perempuan berambut panjang, telanjang, dan terlihat jantungnya yang merah, atau Baby Chicks (2011) milik Bunga Jeruk melalui perwujudan sepotong tubuh bagian atas bocah perempuan, dan di sampingnya ada dua ayam. Kedua karya ini memunculkan tubuh lain di luar senimannya, sebagai medium eksplorasi. Lalu, tubuh siapa yang 'dipakai' untuk ditampilkan itu?

Sematkan label
Memang, semua koleksi karya yang ditampilkan berasal dari para perupa yang 'kebetulan' ialah perempuan. Namun, pembacaan Rubanah dalam membahasakan tema karya yang muncul ialah bukan pada penyematan label perempuan perupa. Rubanah menggeser fokusnya pada karya yang terbaca, juga perkembangan karya yang muncul.

Misalnya, dengan dihadirkannya kembali karya sang seniman, kita juga bisa melacak perkembangan para perempuan ini berkarya. Windi Apriani misalnya, yang pada medio Juli tahun lalu berpameran Visible Form of Feeling, bertumpu pada proyeksi cahaya dan teknik tebal-tipis arsiran tinta pena, juga muncul pada Bongkar Gudang yang membawa karya Windi pada awal kesenimanannya, After Nature (2014).

Meski, tidak menutup peluang untuk menengahkan pameran ini sebagai tawaran gagasan bahwa karya para perempuan perupa juga tetap 'laku' sebagai karya koleksi. Ini menjadi jawaban Rubanah dalam menepis anggapan sinis yang menyebut karya mereka tidak jauh lebih laku ketimbang milik para seniman laki-laki. Toh, dari ke-27 karya ini menjadi bukti karya sebagai koleksi tidak turun nilai investasinya, lantaran kemandekan berkarya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya