Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Atmosfer Kebudayaan Jazz Gunung Ijen, Batik Pekalongan hingga Seni di Ruang Terbuka

Fathurrozak
09/8/2025 21:12
Atmosfer Kebudayaan Jazz Gunung Ijen, Batik Pekalongan hingga Seni di Ruang Terbuka
Ilustrasi(MI/FATHURROZAK)

JAZZ Gunung Series 3 Ijen tak hanya menyajikan pertunjukan musik dari para musisi jazz Indonesia dan internasional, namun juga memberikan pengalaman pengunjung untuk menikmati pengalaman seni yang komplet. Kali ini, Jazz Gunung menghadirkan pameran batik Pekalongan dan seni visual ruang terbuka, yang memanfaatkan hutan bambu di area sekitar Jiwa Jawa Ijen Resort, Banyuwangi, yang menjadi lokasi festival.

Pameran batik Pekalongan bertajuk Beta Jemur, menghadirkan sekitar 50 helai kain batik karya maestro pebatik asal Pekalongan, Dudung Aliesyahbana. Pameran ini terinspirasi dari kebiasaan menjemur pakaian di halaman rumah di desa. Instalasi ini menjadi panggilan ingatan kolektif masyarakat Indonesia terhadap batik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

“Selama 40 tahun lebih saya ikut pameran sejak kecil dengan bapak saya, pameran batik itu selalu di gedung di indoor yang mewah dan megah. Tiba-tiba saat kemarin di Jazz Gunung Bromo punya ide, bagaimana kalau batik itu dijemur atau dipepe, digelar di hutan bambu di Banyuwangi. Ini menjadi sesuatu yang baru dalam pameran batik,” kata Dudung Aliesyahbana di Jiwa Jawa Ijen Resort, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu, (9/8).

Sementara itu, dalam pameran seni rupa visual luar ruang, founder Jazz Gunung, Sigit Pramono, mengundang kurator Mikke Susanto sebagai kurator pameran bertajuk Fora Fauna: Kebun Binatang Seni. Pameran ini menghadirkan 40 karya yang tersebar di area Jiwa Jawa Ijen. Pameran ini menampilkan karya-karya dari para seniman lulusan ISI Yogyakarta, dosen, dan juga mahasiswanya. 

“Saya melihat area ini adalah area yang seperti rimba hutan yang terjaga ekosistemnya. Mengundang saya untuk berkarya dengan tema Fora Fauna. Fora itu bentuk jamak dari forum. Semoga bisa memberikan satu dimensi lebih dari sekadar melihat tontonan karya seni tapi juga ada nilai lain dari persoalan lingkungan dan politik di sini,” kata kurator Mikke Susanto.

Sigit menambahkan, Jazz Gunung tidak melulu menyajikan musik. Namun juga menyelenggarakan kegiatan seni budaya. Yang istimewa, dalam pameran seni visual luar ruang, budayawan dan seniman Butet Kartaredjasa juga ikut menampilkan karyanya yang diciptakan pada 2017, sebuah instalasi berbentuk binatang celeng.

Butet, yang juga merupakan ko-pendiri Jazz Gunung bersama Sigit dan Djaduk Ferianto mengatakan, hadirnya pameran seni dan batik di Jazz Gunung adalah suatu yang tidak terbayangkan sebelumnya. “Ketika kami bertiga dulu mendirikan Jazz Gunung, suatu yang tidak dibayangkan, ujungnya akan semakin berkembang luar biasa seperti hari ini,” tambah Butet.

“Dulu konteksnya untuk menghidupkan Bromo untuk recovery setelah ada insiden bom. Tapi jadi berkembang di tempat lain. Perkembangan luar biasa, tidak hanya berurusan dengan jazz tapi juga sektor seni lain, menghidupkan atmosfer kebudayaan,” lanjut Butet.

Pameran batik Pekalongan Beta Jemur berlangsung hingga 18 Agustus, sementara pameran Fora Fauna akan berlangsung hingga 9 September. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya