Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Koekis Keren Ramaikan Industri Kudapan Indonesia

M Ilham Ramadhan Avisena
29/4/2024 23:23
Koekis Keren Ramaikan Industri Kudapan Indonesia
Natali, pemilik produk Koekis Keren(MI)

Sejak 2016, Natali menjalankan bisnis Rollie Bakery and Cookies di rumahnya, Bogor, Jawa Barat. Ia bergelut ke industri kudapan setelah dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja saat itu.

"Saya (dulu) pegawai, terkena pengurangan pegawai. Jadi itu memang perusahaan asing dan tidak meneruskan usahanya di Indonesia. Akhirnya saya buka usaha roti ini di rumah, Bogor," ujarnya kepada Media Indonesia baru-baru ini.

Bisnis rotinya boleh dibilang terus berkembang. Hingga akhirnya pada 2018 Natali memutuskan untuk menambah produk baru bernama Koekis Keren. Keren, merupakan akronim dari keju dan gula aren yang sedianya merupakan varian dari produknya.

Baca juga : Hexagon Sulap Limbah Jadi Perhiasan yang Diminati Pasar Dunia

Dia memilih kue kering lantaran Natali juga sering memproduksi kue kering khas Lebaran dan Natal. Dari hal itu ia melihat peluang untuk melakukan ekspansi produk. Pengalamannya membuat kue kering musiman itu juga menjadi modal bagi Natali memutuskan menjual Koekis Keren.

Dari segi masa umur simpan, kata Natali, kue kering memiliki umur simpan atau kedaluwarsa yang jauh lebih lama ketimbang roti. Koekis Keren buatan Natali mampu bertahan hingga delapan bulan.

Dalam sebulan, Natali mampu memproduksi hingga 2.000pcs Koekis Keren. "Ini dalam kemasan standing pouch ukuran 95gr. Tapi biasanya kalau lebaran itu kita jual toplesan, karena banyak yang meminta untuk isian hampers, karena kalau hampers tidak mungkin di pouch, jadi kita bentuk toples, itu 300 gr," terangnya.

Baca juga : BRI Komitmen Dukung Perekonomian Melalui Pemberdayaan UMKM

Harga dari setiap buah kemasan Koekis Keren dibanderol dari Rp15 ribu hingga Rp20 ribu. Harga Rp15 ribu ia berikan untuk pengecer atau reseller. Sedangkan untuk konsumen harga yang dipatok ialah Rp20 ribu.

Saat ini Koekis Keren memproduksi dua rasa, yakni original keju dan gula aren, dan cokelat keju dan gula aren. Keduanya sampai saat ini diminati masyarakat luas. Banyak juga pesanan yang datang dari luar pulau.

Pemasaran dan penjualan Koekis Keren dilakukan melalui platform media digital dan media sosial. Natali mengaku, pemanfaatan platform digital itu memperluas cakupan pasar dan jumlah pesanan yang ia terima.

Baca juga : Ikuti UMKM Expo(rt) Brilianpreneur 2023, Vinto Craft Raih Kontrak Ekspor 3.000 Produk Ke Qatar

Masuk ke ekosistem digital diakui sebagai hal baru yang mesti dilakukan. Sebab, sebelumnya Natali hanya menjual produknya secara langsung ke pasar retail ataupun koperasi. Dorongan untuk menjajal ekosistem digital kian kuat, utamanya saat pandemi covid-19 merebak.

"Akhirnya pada saat itu kita mengubah jualan kita menjadi online, itu dari pelatihan-pelatihan yang kita terima seperti di Rumah BUMN, itu kan diajarkan bagaimana kita berjualan online, dan mengelola media sosial. Itu memang laku saat pandemi jualan di online. Sekarang ini kita juga banyak bertahan di online, bukan lagi offline, karena di offline itu juga kita tinggal ada di beberapa titik saja," jelas Natali.

Natali dan Rollie Bakery and Cookies merupakan salah satu peserta dari BRIncubator, yakni program pendampingan dari PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) bagi UMKM terpilih untuk diberikan pembekalan dan pengetahuan usaha. Setidaknya program itu dibagi menjadi empat tahap.

Baca juga : Buka UMKM Exp(ort) BRILianpreneur 2023, Presiden Jokowi Apresiasi BRI Majukan UMKM

Tahap pertama ialah pra-inkubasi, yakni tahap pengenalan basis bisnis. Kedua ialah inkubasi, yaitu tahap terkait manajerial, pemasaran, hingga proses produksi. Ketiga ialah akselerasi, yakni membekali pelaku UMKM dengan pemasaran melalui sarana digital.

Keempat ialah rapid growth, yakni pelaku UMKM yang didampingi dinilai telah siap untuk maju dan bersaing di pasar ekspor. "Itu selama tiga bulan, intens diberikan pelatihan dan itu lumayan membantu arah usaha kita. Itu yang saya rasa penting untuk usaha saya. Karena memang kita usaha ini tetap perlu mentoring supaya kita bisa memperbaiki usaha," kata Natali.

Natali juga berkesempatan menjadi peserta BRILianpreneur pada tahun lalu. Produk yang diikutsertakan dalam program itu ialah Koekis Keren. Dari sana, dia mengaku banyak manfaat yang diperoleh untuk menjalankan bisnisnya.

"Dari situ kita mendapatkan eksposur, banyak konsumen berlanjut. Dari sana mereka mulai tanya media tempat untuk beli. Jadi saya juga dapat jaringan baru untuk reseller dan distributor," tutur Natali.

Program milik bank BRI itu merupakan wadah yang mempertemukan para pelaku UMKM dengan calon pembeli dan distributor. Tak sedikit banyak pelaku UMKM yang kini dapat melakukan ekspor dari program tersebut.

Natali pun berharap produk miliknya dapat diekspor. Peluang untuk melakukan itu diakuinya telah ada. Setidaknya ada beberapa pembeli dari luar negeri yang ingin agar Koekis Keren diekspor. Hanya saja, Natali menghadapi kendala terkait umur simpan produk.

"Kemarin juga ada permintaan untuk sample. Hanya memang saya masih harus inovasi lagi. Karena umur simpan produk saya ini masih di bawah 1 tahun, di mana untuk makanan seperti ini mereka minta di atas 1 tahun. jadi memang perlu ada peningkatan kualitas dari umur simpan," kata Natali.

"Itu permintaan dari mereka, jadi ada beberapa minta sample, dari Brunei dan Singapura. Namun mereka ingin agar umur simpannya bisa sampai di atas satu tahun. mungkin memang karena pengirimannya ini memakan waktu, bisa satu bulan sendiri, jadi itu semakin memperpendek umur simpan ketika barang sampai," sambungnya.

Namun itu tak membautnya patah semangat. Natali berkomitmen untuk terus berinovasi agar Koekis Keren memiliki umur simpan lebih lama untuk bisa diekspor. Sejalan dengan upayanya itu, ia juga berharap bisa lebih dulu menguasai pasar di Tanah Air.

"Saya ingin produk saya itu menguasai di beberapa titik yang memang kami targetkan untuk pemasaran kami, seperti Surabaya, Kalimantan, Sulawesi Selatan, karena memang pecinta aren itu tidak menyebar ke semua kota," kata dia.

"Itu yang kami nilai dan harapkan jadi pasar untuk kita bisa penetrasi. Jadi memang untuk menguasai Indonesia dulu, kalau sudah mungkin nanti bisa kuat untuk ekspor," pungkas Natali. (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya