Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Penemuan Struktur Zaman Batu di Laut Baltik Ungkap Teknik Berburu Purba

Melani Pau
11/10/2024 20:06
Penemuan Struktur Zaman Batu di Laut Baltik Ungkap Teknik Berburu Purba
Ilustrasi (bukan foto) yang digambarkan oleh Peter Lindberg sebagai “penggambaran yang paling dekat sejauh ini” dari objek Laut Baltik.(YouTube sonofmabarker)

PARA peneliti dari Universitas Kiel, Jerman menemukan sebuah struktur megah di Laut Baltik yang diyakini sebagai salah satu fasilitas perburuan tertua dari Zaman Batu. Temuan ini berpotensi mengubah pemahaman tentang cara hidup manusia pemburu-pengumpul sekitar 11.000 tahun yang lalu.

Penemuan ini dilakukan pada musim gugur 2021, saat tim ilmuwan dan mahasiswa sedang melakukan survei geofisika kelautan di dasar Teluk Mecklenburg, sekitar 9,7 kilometer dari lepas pantai Rerik, Jerman. Pada kedalaman 21 meter, mereka menemukan dinding yang tersusun dari 1.670 batu, membentang sepanjang lebih dari satu kilometer. 

Susunan batu yang sangat rapi ini tampak hampir mustahil terbentuk secara alami, menimbulkan dugaan bahwa struktur tersebut merupakan buatan manusia purba.

Baca juga : Ilmuwan Sembuhkan Mata Seekor Monyet yang Buta dengan Sel Dari Manusia

Setelah menginformasikan Kantor Pelestarian Budaya dan Monumen Negara Bagian Mecklenburg-Vorpommern tentang penemuan ini, tim peneliti mulai menyelidiki lebih lanjut untuk mengidentifikasi struktur tersebut. Penyelam dan kendaraan bawah laut otonom digunakan untuk mempelajari situs itu. 

Hasil penyelidikan menunjukkan dinding tersebut kemungkinan besar dibangun lebih dari 10.000 tahun yang lalu, oleh masyarakat Zaman Batu sebagai bagian dari metode berburu rusa kutub.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences, Dr. Jacob Geersen, ilmuwan senior di Institut Leibniz untuk Penelitian Laut Baltik di Jerman, menekankan dinding ini hampir pasti bukan hasil pembentukan alami atau konstruksi modern. 

Baca juga : Check and Balances Sulit Dilakukan jika PDIP Gabung Pemerintah

"Investigasi kami menunjukkan asal usul alami dari dinding batu bawah laut serta konstruksi di zaman modern, misalnya sehubungan dengan peletakan kabel bawah laut atau pengambilan batu, sangat tidak mungkin. Susunan metodis dari banyak batu kecil yang menghubungkan batu-batu besar yang tidak dapat dipindahkan menentang hal ini," kata Geersen dalam sebuah pernyataan.

Menurut para peneliti, tembok tersebut kemungkinan dibangun di sepanjang garis pantai danau atau rawa, yang pada masa itu kaya akan bebatuan yang ditinggalkan oleh gletser. Setelah zaman es terakhir berakhir, sekitar 8.500 tahun yang lalu, permukaan laut naik, menenggelamkan sebagian besar lanskap, termasuk tembok tersebut. Untuk menentukan usia tembok, tim peneliti menganalisis sedimen di sekitar situs dan membuat model 3D untuk merekonstruksi kondisi purba.

Pada masa pembangunannya, sekitar 11.000 tahun yang lalu, wilayah tersebut dihuni oleh kurang dari 5.000 orang di seluruh Eropa utara. Salah satu sumber utama makanan mereka adalah kawanan rusa kutub yang bermigrasi secara musiman. 

Baca juga : Jumlah Perokok di Indonesia Tinggi karena Harga Rokok Murah

Menurut Dr. Marcel Bradtmöller, peneliti prasejarah di Universitas Rostock, tembok tersebut mungkin digunakan untuk memandu rusa ke area yang sempit di antara tepi danau dan tembok, atau bahkan langsung ke dalam danau, di mana para pemburu dapat lebih mudah membunuh mereka dengan senjata seperti tombak, busur, dan anak panah.

Para peneliti juga mencatat struktur ini menunjukkan masyarakat pemburu-pengumpul mungkin lebih fokus pada lokasi dan wilayah daripada yang sebelumnya diperkirakan. Pembuatan tembok permanen dan masif seperti ini menunjukkan adanya pengetahuan teknis dan pola hidup yang lebih teritorial.

Struktur perburuan ini adalah yang pertama ditemukan di wilayah Laut Baltik, namun struktur serupa telah ditemukan di berbagai belahan dunia, seperti Amerika Serikat, Greenland, Arab Saudi, dan Yordania. Di tempat-tempat tersebut, para arkeolog menemukan perangkap berburu yang dikenal sebagai "layang-layang gurun," yang digunakan oleh pemburu prasejarah untuk menjebak hewan.

Baca juga : Ladies, Pakar Tegaskan Meditasi Efektif untuk Relaksasi dan Pengelolaan Diri

Tim ilmuwan akan melanjutkan investigasi mereka di Laut Baltik dengan menggunakan sonar dan alat pendengar bawah air untuk mendeteksi lebih banyak artefak arkeologis. 

"Kami memiliki bukti keberadaan dinding batu yang sebanding di lokasi lain di Teluk Mecklenburg. Ini akan diselidiki secara sistematis juga," kata Dr. Jens Schneider von Deimling, peneliti di kelompok Geofisika Kelautan dan Hidroakustik di Universitas Kiel, dalam sebuah pernyataan.

Penemuan ini penting untuk memahami bagaimana komunitas pemburu-pengumpul purba berinteraksi dengan lingkungan mereka, serta bagaimana penemuan lebih lanjut di dasar laut Baltik dapat membuka lebih banyak informasi tentang sejarah manusia. (CNN/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya