Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PARA ilmuwan mencatat kemajuan luar biasa dalam dunia medis, khususnya dalam upaya memulihkan penglihatan seekor monyet melalui penggunaan sel induk manusia. Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Stem Cell Reports, para peneliti mengatasi masalah lubang makula pada retina monyet dengan cara yang inovatif dan berpotensi membuka jalan bagi perawatan serupa pada manusia di masa depan.
Retina, lapisan sel sensitif cahaya yang terdapat di bagian belakang mata, sering kali menjadi penyebab hilangnya penglihatan jika mengalami kerusakan. Salah satu kondisi yang paling sulit diobati adalah kerusakan pada retina, yang sering kali menyebabkan kebutaan permanen.
Saat ini, metode yang digunakan dokter hanya mampu memperbaiki sebagian kerusakan dengan memindahkan retina pasien dari bagian tepi ke bagian tengah, tetapi teknik ini menciptakan bintik buta di area pinggiran.
Baca juga : Check and Balances Sulit Dilakukan jika PDIP Gabung Pemerintah
Studi ini berfokus pada pengobatan lubang makula, suatu kondisi langka di mana terdapat lubang di bagian tengah retina, khususnya pada fovea area penting yang memungkinkan penglihatan sentral dan fokus tajam. Lubang ini biasanya terjadi akibat tarikan zat seperti jeli di dalam mata yang mengakibatkan robekan pada retina. Meski 90% dari kasus ini bisa diatasi dengan operasi, 10% lainnya meninggalkan dampak penglihatan buram atau bintik buta.
Salah satu ilmuwan utama dalam penelitian ini, Dr. Michiko Mandai, direktur pusat penelitian di Rumah Sakit Mata Kobe, Jepang, telah menghabiskan bertahun-tahun untuk mengembangkan retina mini yang dibentuk dari sel punca. Retina mini atau organoid ini dikembangkan di laboratorium dari sel punca yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jaringan tubuh, termasuk jaringan retina.
Pada 2019, sebuah peluang emas muncul ketika sebuah laboratorium lain menemukan bahwa salah satu monyet Jepang (Macaca fuscata) di fasilitas mereka kesulitan menyelesaikan tugas visual. Setelah diperiksa, ditemukan monyet tersebut memiliki lubang makula. Hewan itu kemudian dipindahkan ke laboratorium Mandai untuk menjalani operasi.
Baca juga : Jumlah Perokok di Indonesia Tinggi karena Harga Rokok Murah
Dalam operasi tersebut, Dr Mandai dan timnya menumbuhkan lapisan retina baru dari sel punca manusia dan menggunakannya untuk menambal lubang pada retina monyet tersebut, mirip seperti menambal kain yang sobek. Hasilnya mengesankan transplantasi berjalan aman, efektif, dan bahkan meningkatkan kemampuan penglihatan monyet tersebut setelah operasi.
Hasil yang menjanjikan ini tidak hanya memberikan harapan bagi pengobatan di masa depan, tetapi juga mempertegas potensi luar biasa sel induk dalam perbaikan jaringan dan pengobatan penyakit degeneratif.
Penemuan ini tidak hanya menjadi pencapaian besar dalam bidang kedokteran mata, tetapi juga membuktikan bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang menuju solusi yang lebih efektif untuk memulihkan fungsi tubuh yang rusak atau hilang. (live sience/Z-3)
Penelitian ini membuka peluang baru dalam pengembangan bahan biomimetik yang lebih kompatibel dengan sistem biologis.
Sebanyak 60 dosen dan peneliti universitas hadir dalam workshop Advancing A.I. Capacity in Indonesian Universities, yang dilaksanakan pada 26–27 Juli 2025 di Perpustakaan Nasional.
Inovasi yang diusung adalah Biscatur (Biskuit Cangkang Telur) yang diformulasikan untuk membantu pencegahan stunting pada anak-anak dan osteoporosis pada orang dewasa.
Menciptakan tes berbiaya rendah dinilai sangat penting karena dapat mempermudah pemeriksaan tahunan untuk penyakit Alzheimer
Peneliti menginginkan pengukuran yang lebih objektif dari asupan makanan cepat saji untuk mempelajari hubungan antara pola makan tinggi energi dari makanan olahan ultra dan hasil kesehatan.
Perjalanan Rahayu Oktaviani meneliti Owa Jawa dimulai pada 2008 ketika dia sedang menyusun skripsi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved