Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
ADA sedikit keraguan Bumi semakin hangat, dan pemanasan ini disebabkan gas-gas yang dihasilkan manusia di atmosfer yang menyimpan panas dan mengarahkannya kembali ke permukaan planet kita. Bumi bukanlah satu-satunya planet yang mengalami apa yang disebut "efek rumah kaca" ini.
Venus adalah planet terpanas di tata surya dan sering disebut sebagai "kembaran jahat" Bumi. Kedua planet ini memiliki ukuran dan massa yang mirip, dengan Venus sedikit lebih kecil dari Bumi. Keduanya juga relatif mirip dalam jarak dari matahari dan bahkan awalnya tampak sangat mirip. Venus juga memiliki gunung berapi seperti Bumi, meskipun tidak jelas apakah masih aktif.
Namun, sesuatu tampaknya telah berjalan sangat salah dalam perkembangan Venus, meninggalkannya sebagai planet yang sangat panas dan tidak ramah. Kemungkinan besar "sesuatu" itu adalah efek rumah kaca yang sangat ekstrem, akibat dari kelebihan gas rumah kaca di atmosfernya.
Baca juga : Refleksi Hari Ozon, Mengenang Krisis Atmosfer 1984 saat Mulai Tipis Sepertiga
Sejak 1970-an, satelit yang ditempatkan di luar angkasa telah berperan penting dalam mengumpulkan gambaran tentang bagaimana Bumi dipengaruhi pemanasan global. Manusia memompa semakin banyak gas rumah kaca ke atmosfer akibat pembakaran bahan bakar fosil dan, pada gilirannya, memaksa planet kita memanas jauh lebih cepat dari yang seharusnya.
Namun, ketika peringatan datang dari lembaga antariksa seperti NASA dan Badan Antariksa Eropa mengenai perubahan yang dialami Bumi akibat efek rumah kaca, peringatan yang lebih tajam dan ekstrem tentang efek rumah kaca mungkin datang dari planet lain, yakni Venus. Penyebab efek rumah kaca di Venus dan Bumi berbeda, perlu dicatat. Di Venus, efek itu alami dan mungkin hasil dari letusan gunung berapi yang berlebihan jutaan atau miliaran tahun yang lalu, di Bumi, itu adalah hasil dari pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia.
Meski begitu, bukan berarti Venus tidak memberikan pelajaran tentang perubahan iklim dan perlunya menghentikan aliran gas rumah kaca ke atmosfer.
Baca juga : Gawat, Bumi semakin Panas
"Venus tentu merupakan contoh bagus dari efek rumah kaca yang sangat ekstrem," kata Eryn Cangi, ilmuwan peneliti di Laboratorium Fisika Atmosfer dan Antariksa, Universitas Colorado Boulder, kepada Space.com.
"Venus unik dalam banyak hal di tata surya kita. Dalam banyak hal, ia mirip dengan Bumi, tetapi juga sangat berbeda. Ini juga salah satu dari sedikit benda di tata surya kita yang memiliki atmosfer yang substansial, dan sejauh ini merupakan planet dengan atmosfer paling tebal, terpanas, dan paling intens.
"Kita dapat belajar tentang planet-planet yang mirip Bumi dengan mengamati dan mempelajari Venus serta menafsirkannya sebagai contoh ekstrem dari apa yang bisa terjadi." (Space/Z-3)
Dua satelit cuaca Jepang ternyata merekam data berharga tentang planet Venus selama satu dekade.
Juli 2025 menjadi salah satu bulan yang dinanti para pengamat langit karena kehadiran Venus dan Jupiter yang tampak mendekat satu sama lain di langit timur menjelang fajar.
Ilmuwan menemukan tiga asteroid besar tersembunyi di orbit Venus yang berpotensi menghantam Bumi.
Saksikan konjungsi Bulan, Saturnus, dan Venus pada 23 Mei 2025 sebelum matahari terbit. Fenomena langit ini akan terlihat jelas di arah timur dan dapat diamati dengan mata telanjang.
Para peneliti secara khusus meneliti "coronae," yaitu struktur besar oval di permukaan Venus, untuk memahami aktivitas ini. Bukti baru menunjukkan bahwa banyak coronae
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa Venus, planet yang selama ini dikenal sebagai dunia yang sangat tidak bersahabat, ternyata bisa jadi lebih mirip Bumi daripada yang kita bayangkan.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca meningkat, anggaran karbon Bumi diperkirakan akan habis dalam waktu 3 tahun ke depan.
Meski dunia menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat celcius, pencairan lapisan es di dunia tetap melaju tak terkendali.
Peningkatan suhu juga sangat dipengaruhi oleh emisi gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas manusia.
Penyebab Pemanasan Global: Faktor & Dampak Buruknya. Pemanasan global mengkhawatirkan? Pelajari penyebab utama, faktor pendorong, dan dampak buruknya bagi bumi. Temukan solusinya di sini!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved