Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KOMBINASI dari peristiwa matahari yang kuat telah mendorong Pusat Prediksi Cuaca Antariksa (SWPC) dari National Oceanic and Atmospheric (NOAA) untuk mengeluarkan peringatan badai geomagnetik, Selasa (16/9)).
Ini adalah kabar baik bagi mereka yang ingin melihat cahaya utara (aurora borealis), karena badai geomagnetik yang diprediksi dapat memicu aurora hingga ke garis lintang tengah (sekitar 50°) dan sejauh selatan California, Missouri, dan Oregon.
Dalam hal ini, sebenarnya ada dua.
Baca juga : Langit Inggris Kembali Dihiasi Aurora Borealis
Pertama adalah semburan besar plasma dan medan magnet yang dikenal sebagai coronal mass ejection (CME) yang dilepaskan dari matahari selama semburan matahari kelas X yang kolosal—kelas semburan matahari yang paling kuat—pada 14 September. Semburan matahari X4.5 mencapai puncaknya pada pukul 11:29 EDT (15:29 GMT) dan merupakan semburan matahari terbesar kelima dalam siklus matahari saat ini.
CME yang dilepaskan selama semburan X saat ini bergerak menuju Bumi dan diprediksi akan tiba hari ini (16 September). CME membawa atom bermuatan listrik yang dikenal sebagai ion. Ketika mereka bertabrakan dengan magnetosfer Bumi, mereka dapat memicu badai geomagnetik.
Selama badai ini, ion-ion berinteraksi dengan gas-gas di atmosfer Bumi, memancarkan energi berupa cahaya. Cahaya inilah yang kita lihat sebagai aurora borealis di Belahan Bumi Utara dan aurora australis di Belahan Bumi Selatan.
Baca juga : Pesona Langit Tiongkok Berhias Aurora Borealis dan Bintang Jatuh
Penyebab kedua adalah lubang korona di sisi matahari yang menghadap Bumi. Lubang korona muncul sebagai wilayah gelap di korona (atmosfer luar) matahari. Mereka memiliki struktur garis medan magnet terbuka yang memungkinkan angin matahari keluar lebih mudah ke luar angkasa. Aliran angin matahari yang relatif cepat ini, ditambah dengan pengaruh CME yang masuk, telah menyebabkan dikeluarkannya peringatan badai geomagnetik G3.
NOAA mengklasifikasikan badai geomagnetik menggunakan skala G yang mengukur intensitasnya, mulai dari G1 untuk badai kecil hingga G5 untuk badai yang paling ekstrem. Kondisi G3 yang kuat Senin (16/9), yang berarti kita mungkin akan menyaksikan pertunjukan aurora yang spektakuler, karena kondisi "kecil" G1 sebelumnya pada 29/30 Juli masih mampu memicu cahaya utara yang memukau di seluruh AS dan Kanada.
Kondisi badai geomagnetik G3 terjadi pada 16 September, meskipun waktu pastinya belum dapat dipastikan.
Seperti cuaca di Bumi, cuaca antariksa tidak dapat diprediksi dengan akurat dan sulit untuk diramalkan. Meskipun peringatan badai geomagnetik pada tingkat ini jarang terjadi, terkadang badai tersebut bisa saja melemah dan tidak terjadi.
"Prediksi NOAA & NASA menunjukkan kedatangan badai kapan saja antara pukul 06:00 UTC hingga 18:00 UTC pada 16 September. Kemungkinan badai akan tiba di sisi akhir, mungkin teralihkan lebih jauh ke timur oleh aliran angin matahari yang cepat," tulis fisikawan cuaca antariksa Tamitha Skov dalam sebuah unggahan di X. (space/Z-3)
PAKAR iklim mengatakan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, dan bisa lebih panas lagi di tahun depan.
Lebih dari 1.000 ilmuwan di NOAA terkena PHK massal, mengancam penelitian kelautan dan perubahan iklim.
NOAA melaporkan Bumi terkena badai matahari yang kuat. Badai geomagnetik ini terdeteksi pada level 4 dari skala 5 dan diperkirakan akan berlangsung selama beberapa jam tanpa memburuk.
NOAA memperingatkan badai matahari parah yang dipicu semburan intens dari matahari dapat mencapai level "ekstrem," memengaruhi jaringan listrik, komunikasi GPS, dan radio.
NASA dan NOAA mengumumkan Matahari telah mencapai fase maksimum aktivitas siklus matahari, yang diperkirakan akan berlangsung selama satu tahun ke depan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved