Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PERNAHKAH anda membayangkan apa yang akan terjadi bila bumi berhenti mengitari matahari ?
Bumi mengitari matahari dengan kecepatan 30 kilometer per detik, dan gerakan ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan dalam tata surya. Namun, apa yang terjadi jika bumi seketika benar-benar berhenti mengitari matahari?
Ketika Bumi berhenti mengelilingi Matahari, gaya gravitasi Matahari akan menarik Bumi langsung menuju pusat Matahari. Bumi akan mulai jatuh ke arah Matahari, dan dalam waktu beberapa bulan, planet kita akan mencapai Matahari dan terbakar habis. Proses ini akan menyebabkan pemanasan ekstrem yang tidak mungkin bisa diatasi oleh kehidupan di Bumi.
Baca juga : Ini yang Dicari Ilmuwan saat Gerhana Matahari Total di AS
Ketika Bumi mendekati Matahari, gaya tidal yang sangat kuat akan terjadi. Gaya ini akan menyebabkan gempa bumi besar dan aktivitas vulkanik yang hebat karena deformasi kerak bumi. Tekanan yang dihasilkan oleh gaya tidal ini akan menyebabkan keretakan dan pergeseran besar pada lempeng tektonik, mengakibatkan bencana geologis di seluruh dunia.
Pemanasan yang cepat akan menyebabkan atmosfer Bumi mengembang dan mungkin sebagian besar atmosfer bisa lepas ke angkasa. Kehilangan atmosfer ini akan menghilangkan perlindungan terhadap radiasi kosmik dan sinar ultraviolet yang berbahaya, membuat permukaan Bumi sangat berbahaya bagi kehidupan. Selain itu, perubahan drastis dalam tekanan atmosfer dapat menyebabkan badai besar dan kondisi cuaca ekstrem lainnya.
Jika Bumi berhenti mendadak, inersia dari air di lautan akan menyebabkan gelombang besar dan tsunami yang sangat merusak. Banjir besar akan terjadi di seluruh dunia, menghancurkan kota-kota pesisir dan menyebabkan kerugian besar pada infrastruktur dan populasi manusia.
Baca juga : 5 Dampak dan Pengaruh Gerhana Matahari Total terhadap Bumi
Perubahan mendadak dalam kecepatan dan posisi Bumi dapat menyebabkan tekanan mekanik yang sangat besar pada struktur Bumi. Ini bisa menyebabkan disintegrasi fisik, dengan kemungkinan pecahan-pecahan besar dari kerak bumi terlepas dan menjadi puing-puing yang mengelilingi Matahari atau bertabrakan dengan planet lain di tata surya.
Bumi berada dalam orbitnya karena gravitasi Matahari. Jika Bumi berhenti mengelilingi Matahari, gravitasi Matahari akan menarik Bumi langsung ke arah pusat Matahari. Bumi akan mulai jatuh menuju Matahari, dan ini akan menyebabkan pemanasan yang sangat cepat dan ekstrem, akhirnya menyebabkan planet kita terbakar habis sebelum mencapai permukaan Matahari.
Perubahan suhu dan hilangnya siklus siang-malam akan mempengaruhi lautan secara drastis. Ekosistem laut yang bergantung pada suhu yang stabil dan siklus terang-gelap akan terganggu, menyebabkan kematian massal pada kehidupan laut, termasuk plankton, yang merupakan dasar dari rantai makanan laut.
Kondisi yang terjadi jika Bumi berhenti mengelilingi Matahari akan menyebabkan efek berantai yang menghancurkan seluruh aspek kehidupan dan lingkungan di planet kita.
Bumi dan seluruh ekosistemnya sangat bergantung pada keseimbangan dinamis yang dipertahankan oleh gerakan orbitnya. Hilangnya keseimbangan ini akan membawa pada kehancuran total dan perubahan drastis yang tidak dapat dihindari. (Z-3)
Uranus memancarkan 12,5% lebih banyak panas internal daripada panas yang diterima dari Matahari.
NASA merlisi foto permukaan matahari dengan jarak 6,1 juta kilometer menggunakan wahana antariksa Parker Solar Probe.
Teleskop Surya Daniel K. Inouye berhasil mengambil gambar paling tajam dari permukaan matahari, mengungkap striasi halus akibat medan magnet skala kecil.
Ilmuwan berhasil menangkap citra korona Matahari dengan resolusi tertinggi berkat sistem optik adaptif terbaru pada Teleskop Surya Goode.
Mengapa luar angkasa tampak gelap meskipun Matahari bersinar terang dan miliaran bintang menghuni jagat raya? Pertanyaan ini menjadi topik menarik yang sering dicari di Google.
Filamen matahari sepanjang 1 juta km meletus dramatis picu CME besar 12 Mei. Untungnya, letusan ini tidak mengarah ke Bumi, tapi tetap jadi sorotan ilmiah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved