ARTIFICIAL intelligence atau AI sering kali digaungkan dalam beberapa dekade terakhir. Bahkan, di Indonesia, Presiden Jokowi berkali-kali mengingatkan persaingan saat ini ialah persaingan dalam menguasai AI. Menurutnya, pihak yang berhasil menguasai AI dipastikan dapat menguasai dunia.
Memang jika dilihat dari perkembangannya, AI bisa dibilang sangat cepat berevolusi. Berbeda dengan manusia atau makhluk hidup lain yang memerlukan waktu jutaan tahun. Teknologi AI hanya membutuhkan waktu kurang dari 100 tahun untuk mampu berevolusi dan berpikir, dibantu dengan pesatnya perkembangan teknologi.
Cepatnya perkembangan AI
AI pertama kali diperkenalkan pada 1956 oleh John McCarthy dan Marvin Minsky dalam ajang Dartmouth Summer Research Project on Artificial Intelligence (DSRPAI).
Baca juga: Polemik Chat GPT, DPR Minta Kominfo Pastikan Sesuai Ketentuan PSE
Namun, saat itu, konsep AI terbatas hanya pada beberapa kemampuan dasar yang dapat dilakukan mesin. Konsep tersebut juga belum terlalu diminati karena komputer masih dianggap barang yang sangat mahal dan hanya dapat digunakan di beberapa institusi negara.
Baru pada 1982-1990 teknologi AI benar-benar dikembangkan secara masif. Hal itu juga sejalan dengan mulai digunakannya komputer untuk penggunaan pribadi dengan harga yang mulai terjangkau.
Pengembangan AI saat itu merupakan bagian dari Proyek Komputer Generasi Kelima (FGCP) yang didanai pemerintah Jepang.
Pada 1997 teknologi AI dapat dikembangkan pada komputer Deep Blue. Teknologi AI tersebut kemudian berhasil mengalahkan pecatur juara dunia di masa itu.
Pada 2011, teknologi AI kemudian dibuat lebih ringkas dan dapat masuk ke saku setiap orang dalam bentuk asisten virtual. Teknologi ini diperkenalkan Apple dalam smartphone mereka, yaitu Iphone.
AI dalam bentuk asisten virtual milik Apple itu kemudian dikenalkan dengan nama Siri dan berfungsi membantu pengguna dalam menjalankan beberapa aplikasi sampai mengingatkan beberapa agenda dan membacakan berita untuk penggunanya.
Tidak berselang lama, Microsoft dan Amazon juga memperkenalkan asisten virtual yang dikenal dengan Cortana pada Microsoft dan Alexa pada Amazon.
Asisten yang sebenarnya AI ini mempunyai kecerdasan yang hampir sama dengan Siri. Biasanya mereka berfungsi untuk mempermudah pengguna dalam mengoperasikann smartphone, mengontrol perangkat yang tehubung, dan mencari informasi yang dibutuhkan.
Tidak sampai 100 tahun dari AI diperkenalkan, lahir Chat GPT yang diperkenalkan Open AI pada 2022. Sebenarnya Chat GPT tidak jauh berbeda dari asisten virtual yang dimiliki Apple, Microsoft, dan Amazon. Hanya, jawaban yang dikeluarkan Chat GPT terasa lebih manusiawi jika dibandingkan dengan ketiga aplikasi tersebut. Hal itulah yang akhirnya menarik perhatian dan membuat penasaran banyak orang.
Masa depan
Chat GPT dapat dibilang sebagai AI yang mempunyai teknologi masa depan. Hal ini disebabkan kemampuannya yang tidak dimiliki pesaing-pesaingnya pada saat ini. Chat GPT diprogram dalam berbagai bahasa serta dapat merespons percakapan secara berkelanjutan.
Kemampuan lain yang dimiliki Chat GPT ialah belajar dari respons yang diberikan pengguna. Ya, kamu tidak salah membaca, selayaknya mengajari anak kecil, Chat GPT akan terus mempelajari cara memberikan respons kepada pengguna dari percakapan dan jawaban yang pengguna berikan.
Kemampuan belajarnya jauh berbeda dari manusia. Dalam sehari, Chat GPT dapat mempelajari jutaan respons yang diberikan. Hal ini yang membuat aplikasi ini dapat berevolusi dan belajar dengan sangat cepat.
Kami juga telah mencoba apa saja yang dapat dilakukan Chat GPT. Aplikasi ini ternyata juga mampu menulis berita, membantu tugas, sampai membuat skrip video sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Uniknya kita tidak perlu panjang dan lebar untuk memberikan informasi apa yang harus Chat GPT kerjakan. Dengan cukup informasi kecil yang berkaitan, Chat GPT dapat langsung memahaminya.
Namun, di balik keunggulannya, Chat GPT juga masih memiliki banyak kekurangan. Misalnya, database yang dimiliki hanya terbatas sampai 2021 dan tidak mempunya informasi setelah 2021.
Selain itu, aplikasi ini sering kali dapat diretas dan pada akhirnya mempelajari hal-hal berbahaya yang seharusnya tidak dilakukan.
AI dan masa depan manusia
Sebenarnya, sebelum adanya Chat GPT, hidup manusia telah lama berdampingan dengan AI. Bahkan, pencarian informasi di Google atau Bing juga menggunakan AI. Sistem navigasi pada kendaraan atau instrumen yang membantu kita mengingatkan kondisi mobil atau motor yang sedang kita gunakan juga menggunakan AI. Hal ini memperlihatkan selama ini AI sudah sangat dekat dengan kita.
Sampai saat ini, AI masih bisa dibilang aman dan tidak akan mengganggu kehidupan manusia. Alasannya, teknologi AI yang digunakan sampai saat ini belum memiliki kesadaran secara penuh seperti manusia. Kemampuan AI masih terbatas pada perintah yang diberikan manusia tanpa memiliki logika untuk melakukan sesuatu sendiri.
Di masa depan, dengan terus berkembangnya teknologi AI dan perkembangan AI yang sudah sangat pesat pada Chat GPT, bukan tidak mungkin AI akan memiliki kesadaran diri.
Hal ini yang sebenarnya dapat dikatakan sebagai pisau dengan dua mata. Jika sudah memiliki kesadaran sendiri atau memiliki kepandaian yang setara dengan manusia, mungkin teknologi AI akan mengancam manusia.
Hal itu mungkin saja tidak akan terjadi jika dikelola dengan baik saat pengembangannya. Namun, dampaknya akan sangat terasa pada sisi ketenagakerjaan. Pergeseran pekerja akan terjadi karena perusahaan akan lebih efisien apabila menggunakan robot jika dibandingkan dengan tenaga manusia.
Untuk menghindari hal itu, regulasi perlu dibuat dengan jelas dan dirancang untuk melindungi pekerja sebelum akhirnya teknologi AI bisa mengambil alih banyak pekerjaan manusia. (OL-1)