Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
CHATGPT yang tergolong dalam kecerdasan buatan (AI) semakin banyak digunakan di masyarakat. Penggunaan ChatGPT yang semakin masif ternyata memiliki dampak dan risiko pada diri penggunanya dan juga secara lebih luas bagi budaya masyarakat.
"Kecerdasan buatan bukanlah teknologi yang istimewa dalam hal memengaruhi perilaku seseorang. Namun, kecepatan dan skala penerapan AI berbeda," kata Peneliti pascadoktoral Institut Max Planck untuk Pembangunan Manusia di Berlin, Jerman, Hiromu Yakura dikutip dari Scientific American, Jumat (18/7).
Peneliti dari Institut Max Planck untuk Pembangunan Manusia, Levin Brinkmann menyebut tren berbicara dengan AI juga mengandung risiko yang lebih dalam.
"Meniru satu sama lain adalah hal yang alami bagi manusia, tetapi kita tidak meniru semua orang di sekitar kita secara setara. Kita lebih cenderung meniru apa yang dilakukan orang lain jika kita menganggap mereka berpengetahuan atau penting," ujar Brinkmann.
Seiring semakin banyak orang memandang AI sebagai otoritas budaya, mereka mungkin mengandalkan dan menirunya daripada sumber lain, sehingga mempersempit keragaman bahasa.
Hal ini menjadikan pelacakan dan studi pengaruh penggunaan model bahasa besar (LLM) terhadap budaya menjadi sangat penting.
"Di era evolusi LLM saat ini, mengamati distribusi kata adalah metodologi yang tepat untuk memahami bagaimana teknologi memengaruhi cara kita berkomunikasi," ujar James Evans, profesor sosiologi dan ilmu data di Universitas Chicago, Amerika Serikat.
"Seiring modelnya semakin matang, distribusi ini akan semakin sulit dibedakan. Para ilmuwan mungkin perlu mengamati tren linguistik yang lebih luas di luar pilihan kata, seperti struktur kalimat dan cara penyampaian gagasan," sambungnya.
Mengingat ChatGPT telah mengubah cara orang berbicara hanya dalam dua setengah tahun sejak diadopsi, pertanyaannya bukanlah apakah AI akan membentuk ulang budaya kita, tetapi seberapa besar pengaruhnya.
"Frekuensi kata dapat membentuk wacana atau argumen kita tentang suatu situasi. Hal itu membawa kemungkinan mengubah budaya kita," pungkasnya. (H-3)
Sebuah penelitian dari Institut Max Planck untuk Pembangunan Manusia di Berlin, Jerman, menyebut ChatGPT telah secara signifikan memengaruhi cara manusia berbicara.
Kecerdasan industri Connect dapat memecah silo data tradisional dan memungkinkan kolaborasi radikal lintas organisasi serta wilayah.
SEKELOMPOK peneliti menemukan sistem Universal Network for Identifying Tampered and synthEtic videos (Unite) untuk mendeteksi video palsu hingga deepfake.
Perusahaan teknologi global menargetkan pertumbuhan bisnis 20% di Indonesia pada 2026, dengan fokus pada penerapan AI dan pengembangan infrastruktur canggih.
AI akan memberikan efek pengangguran masal dalam 2 - 3 tahun ke depan karena perusahaan nantinya tidak akan memerlukan karyawan jika AI dapat menyelesaikan banyak pekerjaan.
Dengan izin pengguna, Copilot dapat melihat semua tab yang terbuka agar AI dapat memahami konteks lengkap dari apa yang dijelajahi secara online
MICROSOFT memperkenalkan mode Copilot pada aplikasi peramban Microsoft Edge, itu merupakan fitur berbasis AI yang mampu memudahkan pengguna saat berselancar di Microsoft Edge.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved