Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Dengan Aplikasi, Kegiatan Belajar Tak Terbatas dalam Ruang Kelas

Mediaindonesia.com
09/5/2021 21:45
Dengan Aplikasi, Kegiatan Belajar Tak Terbatas dalam Ruang Kelas
Steven Samudera mengembangkan aplikasi belajar ini mampu memudahkan proses transfer ilmu antara guru dan murid dengan teknologi terdepan.(Ist)

BERLATAR belakang kegagalannya untuk mencintai pendidikan sewaktu kecil, menjadi gagasan awal Steven Samudera,47, menaruh perhatian khusus untuk berkecimpung di dunia pendidikan Indonesia. 

Sekadar diketahui, sosok pria kelahiran Delft, Belanda, 18 Mei 1974 tersebut, kini menjabat sebagai Presiden Direktur PT Mobile Sarana Sentosa, Tbk, serta menjadi komisaris di Metro Mobile Indonesia.

Steven juga menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Cashlez Worldwide Indonesia, Tbk. yang telah sukses membawa Cashlez ke Bursa Efek pada 2019 silam.

Selain itu, lulusan sarjana Keuangan dan Pemasaran, Universitas Curtin, Australia ini, lebih dari 20 tahun berpengalaman dalam industri Information technology (IT), dan memiliki beberapa startup di bidang edukasi dan logistik yang sukses di bawah binaannya.

Steven menuturkan, meski masa lalunya cukup familiar dengan dunia pendidikan, karena kebetulan sang ayah yang merupakan guru besar di salah satu kampus negeri dengan sebutan kampus Ganesha.

Namun ternyata tidak serta merta membuat Steven memiliki cerita manis sepanjang perjalanan pendidikannya dari bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi. 

Menurutnya, pendidikan telah menjadi suatu ruang yang memiliki andil luar biasa besar pada tiap individu penggerak bangsa, namun banyak benturan terjadi karena keterbatasan fisik di era 4.0 yang dirasa tidak relevan lagi untuk dianggap menjadi suatu masalah yang menjadi prinsip. 

"Seperti, sumber materi belajar yang hanya terpaku pada apa yang tertera di buku cetak, dan hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki pendanaan untuk pendidikan yang memadai," kata Steven di temui di Jakarta pekan lalu.

Berlatar belakang kegagalannya untuk mencintai pendidikan sewaktu kecil, menjadi gagasan awal Steven untuk mengembangkan infrastruktur digital edukasi (IDE).

"Dengan harapan dimasa sekarang dan masa depan, IDE dapat menjadi solusi bagi dunia pendidikan dengan konsep yang diusung yaitu ilmu dan kegiatan belajar mengajar tidak lagi terbatas pada ketersediaan ruang kelas, bangku dan buku, tetapi dapat diakses oleh siapapun yang ingin menimba ilmu, secara digital di manapun dan kapanpun," katanya.

Dengan aplikasi dari IDE yang lengkap dan dibuat khusus sesuai kebutuhan institusi pendidikan, maka aplikasi belajar ini mampu memudahkan proses transfer ilmu antara guru dan murid dengan teknologi terdepan.

"Selain itu, aplikasi IDE memberikan kenyamanan kepada orang tua dengan akses pemantauan secara real time dan akurat," ucap Steven. 

Berbekal latar belakang pengalaman tersebut dan keinginannya untuk lebih meningkatkan dunia pendidikan, mendorong Steven bersama MobileCom yang merupakan perusahaan penyediaan solusi perangkat keras maupun lunak merampungkan visi mereka ke dalam platform edukasi yang dikenal dengan nama IDE, PT. Infrastruktur Digital Edukasi. 

Menurut Steven, IDE menyediakan layanan School Information System (SIS) & Learning Management System (LMS) berbasis web dan aplikasi mobile untuk mendukung sistem pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi secara digital dan tentunya akan dapat diakses di mana saja. 

Diharapkan dengan adanya platform ini dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan dunia pendidikan Indonesia dan menjadikan masyarakat Indonesia mampu bersaing secara global seiring dengan kemajuan zaman.

Selain itu juga, menjadi wadah bagi para siswa untuk lebih mencintai dan akrab dengan sistem pendidikan sehingga kedepannya mereka dapat mengenali dan menggali potensi diri berdasarkan minat dan bakat yang mereka punyai, lalu akan memudahkan mereka dalam mencapai impian dan mencari pekerjaan.

 “Lulusan itu banyak sekali, orang yang cari kerja itu juga banyak sekali, kemudian perusahaan yang cari pekerja juga banyak, tapi kenyataannya angka pengangguran tinggi. Karena apa? Pembekalan pendidikan yang tidak relevan dengan kebutuhan pekerjaan. Padahal kenapa orang mau sekolah dan jadi orang berpendidikan? Supaya bisa kerja," ungkap Steven.

Bagi Steven langkahnya merintis jalan karirnya bersama MobileCom, akan menjadi salah satu perusahaan yang akan melakukan initial public offering (IPO).

Ia pun bercita-cita untuk memajukan dunia pendidikan dengan berbekal prinsip 'Not the biggest nor the strongest who will survive, but the one most adaptive to change'. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik