Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Salju turun, bidadari bermata athena
seolah mendarat
dan mengadili segala rindu
hingga pelosok penjuru dada
Sebuah alat musik pasrah di sapaan
jari-jarimu yang lentik
yang biasa memainkan awan-awan
memindahkan rinai hujan
ke dalam dekapan
atau tersenyum mengalungkan pelangi
di lingkar leherku
Salju turun, mainkanlah
apapun yang hendak kau alunkan
nada-nada langit, siulan embun
perlahan berbisik di telingaku
Berlagu di perbatasan sebuah negeri
yang dipanggil dengan namamu
kemudian namaku
(2024)
Dimulakan dari dermaga
gelombang laut mengombang-ambingkan rindu
hingga terdampar kepada kening yang jauh
Aku beranjak memijaki rempang, dan jembatan
bertutur pada tali sepatu bahwa sesekali
kita perlu bergandengan tangan
menyusuri jalan yang lengang, membiarkan rindu
menjadi lolongan klakson kendaraan
sepanjang mimpi-mimpi berlintasan
Selepas sirat, melambailah kita pada warna-warna
seperti ranting-ranting yang melepas pagi
Lalu pada tepian galang, kita seperti awan-awan sore
perlahan terisap ke lubuk laut yang paling jingga
seolah-olah kita telah menuntaskan rindu seharian
Padahal malam diam-diam datang
membawa rindu yang lebih gelisah
dari seucap sampai nanti
usai perjumpaan yang panjang
(Batam, 2017)
Dari jendela pesawat aku memotret
lanskap terik dan wajahmu di gelung awan
membayangkan bau kopi selamat datang
pada cangkir yang kubaringkan
dan kutanggalkan di bandara
Bagi nuraniku yang tualang
tidak pernah benar-benar ada
yang melakukan perjalanan sendirian
setidaknya ada rindu
yang menggenapi pengembaraan
entah ia ikut di dalam kantung, ransel, koper
atau diam-diam duduk manis di bilik dada
Persinggahan pertama di tepian muara
syair menggelung rindu menjadi
warna-warni manja
menandai kali ini senja adalah milikmu
dari segala sudut
Persinggahan akhir, di singkawang
aku menggandeng lampion kosong
membawanya ke pasir panjang
menjejaki batu-batu dan menyangkarkan rindu
dalam lampion itu, kemudian menerbangkannya
Ke selintas langit, di mana lengkung cakrawala
tersenyum mengecup pipi khatulistiwa
(Pontianak, 2017)
"Salju turun, nada-nada langit dan siulan embun perlahan berbisik di telingaku."
Seringkali pagi menyaksikan seseorang
seperti pohon dengan serimbun keraguan
yang hinggap di ranting-rantingnya
melewati masa-masa rapuh
melewati repih musim-musim
Sewaktu-waktu pagi melihat ia merasa
siap menggugurkan keraguan itu
mencerabutinya sebagai daun-daun
yang memasrahkan ranggas
Namun pagi menyaksikan helai lain
perihal keraguan yang mendadak tumbuh
kala ia menengok pada pohon-pohon lain:
beberapa telah mantap menggugur ayal
sisanya kukuh hidup dalam ragu
yang tiada pernah tuntas
Kemudian pagi melihat ia sebagai pohon
yang berdiri dengan sebenar-benarnya keraguan
separuh keraguan ia ranggaskan, separuh lagi
terbiarkan tumbuh memelihara belukar.
(Pulau Galang, 2017)
Siang bukan waktu yang santun untuk menyilakan kita berjalan, saling mengait telunjuk memijak empuk pasir dan tersenyum menuju ombak mungil-mungil di ujung langkah yang kita tempuh. Sebab, bisa saja telapak kaki kita akan lepuh.
Namun tiada biru sebaik yang siang suguhkan lewat laut dan langit yang saling mengait telunjuk, menyilakan kita memandang ombak mungil-mungil tanpa menyadari: betapa lepuh telah kita tanggalkan begitu jauh.
(Badung, 2017)
Baca juga: Sajak-sajak Maxim Gorky
Baca juga: Sajak-sajak Uhan Subhan
Baca juga: Sajak-sajak Frans Purba
Andi Wirambara, lahir di Ambon, Maluku, 24 September 1991. Alumnus Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Aktif menulis puisi, cerpen, dan artikel. Karya-karyanya telah termuat di sejumlah koran, media daring, dan antologi bersama. Dia telah mengeluarkan empat buku kumpulan puisi dan kumpulan cerpen tunggal, yaitu Harmonika Lelaki Sepi (2010), Sekeping Tanda (2011), Lengkung (2012), dan Tentang Pertemuan (2014). Kini berdomisili di Malang dan berkecimpung pada dunia praktisi hukum. Ilustrasi header: Fyodor Ionin. (SK-1)
Sajak-sajak Negar Fitrian - Membenci diri sendiri, memacu kita untuk lupa diri.
Sosok penting pada era puisi baru Peru abad ke-20.
223 Tahun Alexander Pushkin - Kenapa Pushkin diangkat sebagai Bapak Sastra Rusia?
Mengenal Nikolai Nekrasov, seorang penyair realis Ukraina-Rusia penggagas lirik sipil.
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Bukan tanpa alasan kami menjaga persahabatan antara Rusia-Ukraina.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved