Ilustrasi: Georgy Seliverstov
Menyentuh Layar Penyimpanan Kenangan
Sepiring kue di meja makan keluarga. Anak-anak terdiri dari: si sulung, si tengah, dan si bungsu. Saling berebut, tapi sang ayah dan ibu cuma tersenyum. Penuh kasih seperti penyejuk udara yang dinyalakan – hati memainkan peran terbaik. Percakapan hangat gantikan telepon genggam – Kini musim, teramat langka dan perlahan pupus. Kehilangan cerita; kesempatan yang ditinggalkan jadi monoton. Kesepian tanpa sirene dan bunyi bel, seakan menirukan suara kancil, kerbau, dan macan. Dongeng fabel sebelum tidur, atau yang lainnya;
Mereka bernyanyi lagu-lagu cinta
menyentuh layar penyimpan kenangan
dan mungkin tak pernah lupa membawa bekal
menonton komedi putar dan sirkus di pasar malam.
Membaca wajah gembira
di bawah neon berputar-putar
dalam waktu yang tidak sebentar
yang dikekalkan hanya oleh kesetiaan.
Semuanya akan terbentuk
seperti peluk cium yang pastinya
ditunggu-tunggu; murni, suci, dan putih
menggantikan ragu menjadi keragu-raguan.
Indramayu, 2021
Dalam Cinta; Kita Berkawan dan Kita Berkawin
Dalam cinta; kita berkawan dan kita berkawin. Dan banyak lagi, hidup bersama - hidup bermasa. Dan lebih banyak lagi, cuma maksud laiknya hidup berarti. Dan sesudah itu mati. Tidak percuma, kesenangan yang tak terbayangkan – pancaindra berkedip bersama roh; mungkin bergabung bersama imaji suci, yang bukan khayalan, yang bukan omong kosong. Dan yang bukan tanpa keterangan. Semua bayangan salju. Dan semua berjalan bagai kereta. Pada jam keberangkatan dan jam kepulangan, dunia barangkali stasiun atau persinggahan bagi jiwa menuju jalan-Nya. Datanglah dengan damai:
Tuk sampai ke tujuan
kita melakukan kerja baik
seperti permohonan jawaban
merapal dalam doa dan cinta
Jadi, berhentilah berkeluh kesah akan kekurangan
hal-hal yang belum rahasia, seharusnya ada;
melangkahlah ringan, penuh kewajaran
Menghimpun bunga-bunga hutan bagai
angin segar sepanjang musim
dunia kita miliki bersama.
Indramayu, 2021
Masa Menjadi Gadis
: Zallumy
Halo, matahari pagi! Bagaimana jalan tuk sampai ke ladang hijau? Bagi seorang gadis; bangun pagi dan mandi. Bagai daun yang disiram sejuk embun; pertukaran udara di jendela, cahaya kecil menerobos ke kamar—surga yang warna-warni. Datang secara riang semasa semua orang menginginkan cinta. Awal baik, sesudah itu hati mesti hati-hati. Merawat tubuh tercinta, milikmu dan beberapa bagian lainnya milikku. Putuskan! Kau tak pernah sendiri:
Pada sebuah masa
ketika kau menjadi gadis
wawasan cerdas dan pikiran bebas
sejumlah pengetahuan kan menjadi bunga
Kau selalu dimengerti
sifat keputri-putrian seorang remaja
wajah berseri di tepi kolam terbelah cahaya bulan
Saat seorang yang baik hati datang
mencelupkan tangan di permukaan air berombak,
bunyi apakah yang terdengar? Lelap dan senyap.
Indramayu, 2021
Wajah berseri di tepi kolam terbelah cahaya bulan.
Kegagalan Dalam Percobaan Kesembilan
Perlahan-lahan kegagalan merobek sayap. Berhenti pada malam dan percobaan dihentikan. Tak ada buah di tangkai, menghancurkan pikiran yang tak terelakkan. Memandang pada mesin yang diam, gerakan atau bunyi, adakah? Tak terlihat tanda-tanda atau isyarat yang memungkinkan kehidupan menyala di sana. Urutan mencapai puncak dari segala angka – jangan menyerah! Riwayatmu belum berakhir, setelah mimpi pertama ada mimpi kedua. Seterusnya, menarik tanganmu ke gunung dan memeluknya;
Kau tak takut?
Itu artinya kau telah berani
melanjutkan lagi sejak awal mula;
waktu memulai dan membangun mimpi.
Dunia dan instalasinya
hanyalah sebuah capaian
terus dikerjakan oleh tangan-tangan
Kau bermimpi; aku bermimpi,
semua orang bermimpi.
Tuhanlah, pemberi mimpi
jadi jangan khawatir
percobaan jalan terus.
Indramayu, 2021
Bangun Tidur: Melihat Dunia Dalam Lingkar Besar Pelangi
Akhirnya lewat sapuan pagi kau bangun tidur. Ya, bangun tidur. Melihat dunia dalam lingkar besar pelangi. Menghitung berapa warna yang turun dan berapa yang dapat dipungut, serta berapa yang tak dapat dipeluk. Masih ada tanya tak habis-habisnya; bayang-bayangnya begitu agung, mengantarkan lidah ke dalam puji-pujian, gumam yang tak tenggelam, meski matahari lingsir. Sebentar kemudian kegelapan tumbuh di kepala. Membangun susunan pikiran yang beratap-atap. Betapa keajaiban mencipta laut yang luas. Menghampar demikian tak terbendung;
Pandangan tak berkedip
berdiri di pintu dan melangkah ke halaman
pohonan berlapis-lapis menawarkan rantingnya yang berbuah.
Apakah terkabul doa?
Iya, dari waktu ke waktu ditandai perubahan
makin transparan seperti kaca. Apa dapat dijelaskan?
Saat bercampur komponennya, maka ia telah memikat hati.
Indramayu, 2021
Baca juga: Bayar Kopi dengan Puisi
Baca juga: Sajak-sajak Acep Zamzam Noor
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Faris Al Faisal, penyair, lahir di Indramayu, Jawa Barat, 18 Juli 1981. Pada perayaan World Poetry Day, 21 Maret 2021, pernah menuntaskan 1 Jam Baca Puisi Dunia di Gedung Kesenian Mama Soegra, Dewan Kesenian Indramayu. Buku kumpulan puisinya, yaitu Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian (Rumah Pustaka, Indramayu, 2018). Pernah mendapat Hadiah Penghargaan pada Sayembara Menulis Puisi Islam ASEAN Sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara ke-9 di Membakut, Sabah, Malaysia (2020). Peraih Juara I Lomba Cipta Puisi Kategori Umum pada Pekan Bahasa dan Sastra 2018, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. Kini, bergiat di Komite Sastra, Dewan Kesenian Indramayu dan Lembaga Kebudayaan Indramayu. (SK-1)