Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
PENGAMAT komunikasi politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga mengatakan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) harus membuktikan tudingan adanya agenda politik besar di balik kasus tuduhan ijazah palsu dan usulan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan putra sulungnya.
Jamiluddin menilai tudingan Jokowi tak mendasar dan tendensius. Menurut dia, persoalan ijazah palsu sudah muncul saat Jokowi masih menjabat sebagai presiden.
Pada saat itu, kekuatan politik Jokowi sangat besar sehingga banyak elemen masyarakat yang tiarap. Setelah Jokowi lengser, elemen masyarakat yang mempersoalkan ijazah palsu tidak berubah. Pemainnya tetap Roy Suryo dkk, yang konsisten dengan keyakinan terkait ijazah tersebut.
Ia menilai ketika ada penggelembungan kekuatan yang muncul, barulah ada indikasi kekuatan besar yang akan merusak reputasi Jokowi. Namun nyatanya, kata dia, hanya kelompok masyarakat seperti Roy Suryo yang terus mempersoalkan ijazah Jokowi.
"Kalau ada penambahan dukungan, itu semata karena melihat kegigihan Roy Suryo dan kawan-kawannya dalam mempersoalkan ijazah Jokowi. Mereka ini hanya memberi dukungan, bukan kekuatan besar yang menjadikan Roy Suryo dan kawan sebagai pion untuk merusak reputasi Jokowi," kata Jamiluddin melalui keterangannya, Rabu (16/7).
Jamiluddin menambahkan, dugaan adanya agenda politik besar terkait usulan pemakzulan Gibran Rakabuming oleh Forum Purnawirawan TNI juga tak beralasan. Pasalnya, purnawirawan yang sudah sepuh sudah tidak punya ambisi politik lagi. Ia menilai purnawirawan TNI hanya ingin bangsa dan negara ini berjalan dalam koridor hukum.
"Karena itu, kalau Jokowi menuding ada kekuatan besar dibalik usulan pemakzulan Gibran, berarti Jokowi tak memahami dan meremehkan integritas purnawirawan terhadap bangsa dan negara," katanya.
Maka dari itu, Jamiluddin menilai Jokowi harusnya menyampaikan tuduhan tersebut dengan bukti. Dengan begitu, Jokowi tidak dinilai menyebarkan rumor yang berpotensi memecah keutuhan bangsa.
Sebelumnya, Joko Widodo menuding ada agenda besar politik di balik isu ijazah palsu dan pemakzulan terhadap Wapres Gibran. Menurut Jokowi, ada pihak yang sengaja ingin menurunkan namanya dan keluarganya di kancah politik nasional.
"Saya berperasaan memang kelihatannya ada agenda besar politik di balik isu-isu ijazah palsu ini. Termasuk isu pemakzulan (Gibran). Ini perasaan politik saya mengatakan ada agenda besar politik untuk menurunkan reputasi politik, untuk men-downgrade. Buat saya biasa-biasa sajalah," kata Jokowi. (Faj/P-2)
Akan lebih bijak jika Jokowi menyebut dengan tegas orang besar yang membekingi tuduhan ijazah palsu dan pemakzulan Gibran.
Apakah lantaran ada dendam politik, apakah karena track record Jokowi yang selama 10 tahun berkuasa dianggap banyak berlaku semaunya?
Proses hukum juga menjadi cerminan bagaimana setiap pihak menyampaikan keyakinannya kepada publik, bukan hanya soal materi perkara semata.
Sidak ini merupakan bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Kalteng dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus memastikan pelayanan pendidikan berjalan sesuai aturan.
Andi Sandi menegaskan UGM tidak melakukan koordinasi langsung dengan Joko Widodo maupun timnya selama proses hukum berlangsung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved