Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Masyarakat Menunggu Operasi Pemberantasan Premanisme

Mohamad Farhan Zhuhri
15/5/2025 21:20
Masyarakat Menunggu Operasi Pemberantasan Premanisme
Ilustrasi: Sejumlah preman diamankan pada Operasi Berantas Jaya di Kembangan, Jakarta Barat(ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

PEMERINTAH telah meluncurkan operasi pemberantasan premanisme, termasuk yang juga berkedok menggunakan atribut organisasi masyarakat (ormas). 

Sosiolog Musni Umar mengatakan justru premanisme kini kebanyakan tidak terlihat menyeramkan, bahkan di tengah-tengah masyarakat banyak preman berdasi, seperti yang terjadi dalam kasus Cilegon, Banten. 

"Ini yang diduga memalak investor asing yang pelakunya adalah Ketua Kadin Banten," jelasnya saat dihubungi Media Indonesia, Kamis (15/5). 

Ia mengungkap, ada tiga alasan dilaksanakanya operasi premanisme. 
Pertama bahwa telah meresahkan masyarakat. Kedua, sudah mengganggu investasi dan tertentu ketiga yakni Ketiga, mengganggu stabilitas sosial.

"Publik sudah muak atas pemalakan, pengutipan, pemaksaan, dan aksi gertak yang dilakukan para preman. Ternyata yang melakukan pemalakan tidak hanya preman jalanan, tetapi preman berdasi seperti yang terjadi di Cilegon," jelasnya. 


"Maka, kalaupun operasi pemberantasan premanisme disambut positif oleh publik, tetapi sebagai sosiolog saya tidak yakin operasi pemberantasan premanisme dapat menghentikan aksi premanisme," bebernya. 

Akar Masalah Premanisme

Musni Umar mengungkap, premanisme adalah fenomena sosial yang terjadi di berbagai negara yang banyak pengangguran dan kemiskinan.

Selain itu, premanisme juga dilakukan para elit yang berkedok organisasi dunia usaha.

Oleh karena itu, penyelesaian premanisme, tidak cukup memberantas mereka dengan menangkap dan memenjarakan mereka. 

"Tetapi mengatasi akar masalah yang menjadi penyebab utama mereka melakukan aksi premanisme yaitu pengangguran dan kemiskinan, tetapi juga keserakahan dan memilih jalan pintas untuk cepat kaya tanpa peduli pada proses," bebernya. 

Lebih lanjut, ia pun menjelaskan ada dua alasan mereka melakukan tindak pemalakan tersebut. Pertama, untuk preman jalanan, karena kurang pendidikan dan tidak ada keahlian (kepakaran kerja), sehingga menganggur dan miskin, Satu-satunya cara ialah melakukan pemalakan, pemerasan. 

"Kedua, untuk preman berdasi, karena serakah, ingin segera kaya-raya secara mudah dengan memeras investor asing untuk menguatkan posisi tawar, mereka berhimpun di organisasi kemasyarakatan (ormas) dan dunia usaha," ungkap Musni. 

"Melalui ormas dalam organisasi dunia usaha, mereka mempunyai wadah untuk mendapatkan akses guna memudahkan untuk melakukan sesuatu yang memberi keuntungan pribadi dengan berkedok Ormas atau organisasi dunia usaha," sambung ia memungkasi. (Far/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya