Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
MUHAMMADIYAH bukan sekadar organisasi Islam biasa. Berdiri sejak 1912 di bawah bimbingan K.H. Ahmad Dahlan, organisasi ini tumbuh menjadi salah satu kekuatan sosial yang paling berpengaruh di Indonesia.
Dari bidang pendidikan hingga kesehatan, dari perjuangan sosial hingga reformasi politik, Muhammadiyah selalu hadir di garis depan, menawarkan solusi atas tantangan zaman.
Namun, kontribusi terbesar Muhammadiyah tidak hanya terletak pada program-programnya, melainkan juga pada tokoh-tokoh besar yang lahir dari rahim organisasi ini. Nama-nama seperti Buya Hamka, Syafii Maarif, hingga Abdul Munir, pahlawan nasional yang dikenal dengan keberanian dan pengorbanannya, adalah bukti nyata bagaimana Muhammadiyah menjadi rumah bagi para pemimpin perubahan.
Setiap tokoh ini membawa cerita dan warisan yang inspiratif. Mereka bukan hanya berperan di panggung nasional, tetapi juga mencetak jejak mendalam dalam kehidupan masyarakat. Bagaimana Muhammadiyah menjadi rumah bagi mereka?
Nama Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) adalah salah satu tokoh Muhammadiyah yang paling terkenal di Indonesia. Lahir di Maninjau, Sumatra Barat, pada 17 Februari 1908, Buya Hamka tidak hanya dikenal sebagai ulama, juga sebagai sastrawan, wartawan, dan pemikir Islam yang produktif.
Buya Hamka mulai bergabung dengan Muhammadiyah pada usia muda dan terinspirasi gerakan pembaruan Islam yang dibawa Ahmad Dahlan. Ia mendirikan cabang Muhammadiyah di Padang Panjang, Sumatra Barat, dan aktif dalam mengembangkan pendidikan Islam modern.
Sebagai seorang sastrawan, karya-karyanya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka'bah tidak hanya menjadi karya sastra monumental, tetapi juga sarana untuk menyampaikan nilai-nilai Islam yang universal.
Dalam bidang dakwah, Buya Hamka menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama dan aktif menyuarakan pentingnya toleransi antarumat beragama. Ia juga terkenal dengan tafsir monumental Tafsir Al-Azhar, yang ditulis selama masa penahanannya akibat perbedaan politik. Buya Hamka adalah simbol intelektualitas dan keteguhan iman yang menjadi teladan bagi umat Islam Indonesia.
Ahmad Syafii Maarif, atau yang akrab disapa Buya Syafii, adalah tokoh Muhammadiyah yang dikenal karena pemikirannya yang moderat dan komitmennya terhadap pluralisme. Lahir pada 31 Mei 1935 di Sumpur Kudus, Sumatra Barat, Buya Syafii menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari tahun 1998 hingga 2005.
Buya Syafii dikenal sebagai intelektual yang menjunjung tinggi semangat kebangsaan. Ia sering menyerukan pentingnya persatuan dalam keberagaman dan menolak segala bentuk diskriminasi. Pemikirannya dituangkan dalam berbagai tulisan, termasuk buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, yang menjadi refleksi atas komitmennya pada Islam yang inklusif.
Sepanjang hidupnya, Buya Syafii aktif dalam berbagai forum nasional dan internasional untuk mempromosikan dialog lintas agama dan perdamaian. Dedikasinya membuatnya mendapat julukan “Bapak Bangsa” yang dihormati oleh berbagai kalangan, baik umat Islam maupun non-Muslim.
Tak lengkap membahas tokoh Muhammadiyah tanpa menyebut nama pendirinya, KH Ahmad Dahlan. Lahir dengan nama Muhammad Darwis pada 1 Agustus 1868 di Yogyakarta, Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912. Gerakan ini menjadi tonggak pembaruan Islam di Indonesia, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan sosial.
Ahmad Dahlan adalah seorang visioner yang percaya bahwa umat Islam harus maju dalam ilmu pengetahuan tanpa meninggalkan ajaran agama. Ia mendirikan sekolah-sekolah modern yang mengintegrasikan ilmu agama dan pengetahuan umum, sebuah terobosan besar di masanya. Selain itu, ia juga mengajarkan pentingnya pemurnian ajaran Islam dan memperjuangkan prinsip gotong royong dalam masyarakat.
Warisan Ahmad Dahlan tidak hanya terbatas pada institusi Muhammadiyah, tetapi juga pada semangat pembaruan yang terus menginspirasi umat Islam Indonesia hingga kini.
Abdul Munir Mulkhan adalah tokoh Muhammadiyah yang dikenal sebagai intelektual dan penulis produktif di bidang pemikiran Islam. Lahir di Klaten, Jawa Tengah, pada 1946, Munir Mulkhan banyak menulis buku yang mengupas tentang Islam dan dinamika sosial, seperti Menggugat Mitos Kesalehan Muhammadiyah.
Sebagai tokoh yang berpikiran progresif, Munir Mulkhan sering kali mengkritik Muhammadiyah dari dalam dengan tujuan mendorong pembaruan organisasi agar tetap relevan dengan tantangan zaman. Ia percaya bahwa Muhammadiyah harus terus bertransformasi menjadi gerakan yang lebih inklusif dan mampu merangkul semua lapisan masyarakat.
Melalui tulisan-tulisannya, Munir Mulkhan mengajak umat Islam untuk membuka ruang dialog, berpikir kritis, dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip keadilan sosial. Dedikasinya terhadap pendidikan dan pemikiran Islam menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah Muhammadiyah kontemporer.
KH Ahmad Badawi adalah tokoh Muhammadiyah yang berperan besar dalam membangun organisasi ini di era awal kemerdekaan. Lahir pada 1904 di Lamongan, Jawa Timur, Ahmad Badawi menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada periode 1956–1962.
Ahmad Badawi dikenal sebagai tokoh yang memiliki jiwa kepemimpinan kuat dan dedikasi tinggi terhadap pengembangan Muhammadiyah. Di bawah kepemimpinannya, Muhammadiyah semakin memperluas jangkauannya di berbagai daerah di Indonesia, termasuk melalui pendirian sekolah-sekolah baru dan layanan kesehatan.
Ahmad Badawi juga aktif menjalin hubungan dengan pemerintah dan organisasi lain untuk memperkuat posisi Muhammadiyah dalam pembangunan nasional. Ia percaya bahwa Muhammadiyah harus menjadi motor penggerak pembangunan bangsa dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam.
Kelima tokoh ini, dengan berbagai latar belakang dan kontribusinya, menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang kaya akan potensi dan pemikiran besar. Dari Buya Hamka yang memadukan dakwah dan sastra, hingga Syafii Maarif. (Muhamadiyahid/sinarmu/Z-3)
PIMPINAN daerah Muhammadiyah (PDM) Pekanbaru menyelenggarakan resepsi Milad Muhammadiyah ke-112 dengan tema "Mewujudkan Kemakmuran untuk Semua"
TANWIR I Muhammadiyah periode Muktamar ke-48 di Kupang, resmi ditutup pada Jumat (6/12), di Aula Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK).
PRESIDEN Prabowo Subianto menegaskan tekadnya mencapai pemerintahan yang bersih, serta bebas dari korupsi. Sebab, pemerintah yang korup tidak bisa membawa kemakmuran bagi rakyat.
Presiden Prabowo Subianto diagendakan menghadiri acara pembukaan Sidang Tanwir dan Perayaan Milad Ke-112 Muhammadiyah yang berlangsung di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (4/12).
PRESIDEN Prabowo Subianto diundang menghadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang akan digelar mulai 4-6 Desember 2024.
MUHAMMADIYAH memberlakukan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Kalender ini menerapkan prinsip satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia, ini aplikasinya
SETELAH 12 hari perang Iran-Israel, Pemerintah Iran mengumumkan gencatan senjata. Langkah ini diambil diharapkan akan mampu membangun perdamaian di muka bumi.
Dalam konteks global, keseragaman waktu mempermudah perencanaan kegiatan, baik dalam ranah keagamaan, pendidikan, maupun ekonomi.
Muhammadiyah secara resmi memberlakukan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Kalender tersebut menerapkan prinsip satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia.
BADAN Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) menggandeng PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) untuk mendukung transformasi digital berbasis nilai.
MUHAMMADIYAH merupakan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, memiliki sejarah dan dinamika yang panjang serta kompleks dalam penentuan awal bulan Hijriah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved