Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 lahir dari sebuah teater gagasan para tokoh bangsa. Mulai dari perdebatan isu rasialisme, Ketuhanan, hingga peran Fatmawati yang beradu argumen pada 16 Agustus di Rengasdengklok.
Hal tersebut diungkapkan oleh pegiat literasi Muhidin M Dahlan dalam siniar Seri Kemerdekaan Indonesia di kanal Youtube BKN PDI Perjuangan pada Rabu (16/8/2023).
Menurut Muhidin, teater gagasan tersebut kerap dilupakan dalam sejarah kelahiran bangsa Indonesia. Sejarah kelahiran bangsa, menurut dia, terpotong di saat bom atom dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima. Padahal teater gagasan tersebut sudah berlangsung selama 60 hari menjelang hari H kemerdekaan Indonesia.
“Sejarah kelahiran bangsa kita terpotong 60 hari. Kita langsung potong sejarah kemerdekaan itu setelah karya Openheimer dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki,” kata Muhidin.
Muhidin menjelaskan, sejarah kelahiran bangsa Indonesia harus dilihat dari berkumpulnya 70 orang cendekiawan sejak 30 Mei 1945 di Pejambon, Jakarta. Mereka selama 60 hari memperdebatkan Indonesia dengan segala aspeknya, mulai dari Aceh hingga timur Indonesia.
“Para elite cendekiawan berkumpul di Batavia (Jakarta) untuk merefleksikan bentuk negara macam apa. Nah, itu kerap dilupakan bahwa Indonesia dilahirkan dari perdebatan cendekiawan itu,” kata Muhidin.
Perdebatan para cendekiawan tersebut, kata Muhidin, membahas tentang rasialisme, etnis, hingga dasar negara Indonesia. Menurut Muhidin, para cendekiawan Indonesia sudah memprediksi masalah kebangsaan yang akan terjadi di masa mendatang.
“Ada perdebatan rasialisme, etnis, bahwa apa itu asli dan tidak asli. Maka semua yang hari ini terjadi, semua ulangan yang tidak pernah selesai. Sebenarnya sudah diperdebatkan siapa Tionghoa, siapa Arab,” terang Muhidin.
“Dan betul, kan. Selalu masalah rasialisme ini yang menggangu kebangsaan kita. Dan ini adalah peristiwa 60 hari yang terlupakan dalam sejarah Indonesia,” lanjut Muhidin.
Setelah itu, ungkap Muhidin, peristiwa yang perlu diketahui juga menjelang kelahiran Republik Indonesia adalah peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Peristiwa Rengasdengklok ini terjadi karena siasat Sukarni untuk mengamankan Soekarno dan Hatta.
“Jadi bukan penculikan, tetapi memang bahasanya diamankan,” kata Muhidin.
Menurut Muhidin, saat itu Sukarni mewakili golongan muda membujuk Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pascapengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki. Sukarni dengan siasatnya mampu membujuk pasangan Soekarno-Hatta untuk diamankan di Rengasdengklok.
Kendati demikian, siasat Sukarni tersebut terbongkar setelah utusan dari Jakarta datang mencari Soekarno dan Hatta. Bahwa apa yang dikatakan Sukarni tentang massa 15.000 orang masuk Jakarta, itu tidaklah benar.
Di saat itulah, Fatmawati mendesak untuk balik ke Jakarta. “Jadi, kalau Fatmawati tidak mendesak pulang malam itu (16 Agustus 1945), 17 Agustus itu nggak ada, mungkin 18. Fatmawti ngotot pulang lantaran tidak ada pakaian ganti untuk Guntur,” ujar Muhidin. (X-7)
Target pembaharuan operasional GSE ini dilakukan untuk mengoptimalkan dan meningkatkan pelayanan
AirAsia dan Garuda minta penetapan tarif batas atas dan bawah dikaji ulang
Bandara Soetta sambut kepulangan jemaah haji
Penyaluran kurban ke mancanegara ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan, tetapi juga menjadi sarana untuk mengibarkan nama baik Indonesia di mata dunia
Diharapkan setiap calon penumpang yang akan melakukan penerbangan, bisa melihat hasil-hasil produk UMK Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved