Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pertemuan Jokowi dan Paloh Runtuhkan Persepsi Penjegalan Anies

Abdillah M. Marzuqi
20/7/2023 21:45
Pertemuan Jokowi dan Paloh Runtuhkan Persepsi Penjegalan Anies
Presiden Joko Widodo saat melakukan jamuan makan dengan Ketum NasDem Surya Paloh (kiri) dan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri(ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay )

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menilai pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan  Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh telah melumerkan kesan permusuhan antara keduanya yang muncul sejak akhir tahun lalu.

"Bagaimana pertemuan kemarin itu rekonsiliasi. Di satu sisi, Surya Paloh bisa memahami sikap Jokowi. Jokowi bisa memahami pilihan politik Surya Paloh. Dan bagaimana ke depan pemilu bisa dalam suasana damai," terang Ari.

Sebelumnya, muncul anggapan bahwa hubungan Jokowi dan Surya Paloh merenggang sejak deklarasi NasDem yang mengusung Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. NasDem juga menjalin koalisi dengan partai di luar pemerintah. Hal itu memunculkan prasangka dan prediksi bahwa hubungan keduanya akan semakin meruncing dan memburuk.

Baca juga: Jokowi Akui Pertemuannya dengan Surya Paloh Membahas Politik

Menurut Ari, pertemuan tersebut menjadi sinyal bahwa kristalisasi kekecewaan, keretakan hubungan, konflik antara keduanya telah mereda.

"Mereka menyadari bahwa kepentingan bangsa dan negara, sebagai teladan politik, bahwa pemilu jangan sampai mencederai persaudaraan anak bangsa. Dua tokoh ini ketika kemarin bertemu menyampaikan pesan itu ke publik," tegasnya.

Baca juga: Hubungan Jokowi-Surya Paloh Bisa jadi Role Model Politisi Tanah Air

Di sisi lain, Ari juga menilai Jokowi tidak mempersoalkan sosok bakal calon presiden (capres) yang diusung oleh NasDem, tetapi justru lebih pada narasi yang diusung NasDem.

"Bukan ke sosok Anies-nya, tapi soal narasinya. Presiden ingin semua programnya berlanjut, namun Nasdem justru mengusung narasi perubahan, bahkan antitesa. Prabowo dan Ganjar mengusung narasi melanjutkan program, sedangkan Anies mengusung perubahan,” lanjutnya.

Penilaian itu diperkuat dengan kabar bahwa Jokowi sempat menanyakan sosok cawapres Anies Baswedan saat pertemuan dengan Surya Paloh.

"Jadi ketika menanyakan cawapres Anies, sebenarnya presiden sudah konfirmasi bahwa presiden bukan ingin menjegal Anies," tegasnya.

Ari menjelaskan cawe-cawe presiden bukan diterjemahkan untuk menjegal Anies, melainkan lebih pada gestur dukungan pada Ganjar dan Prabowo yang mengusung narasi pelanjutan program Jokowi.

"Apa pun pilpres akan lebih menarik jika ada yang mengusung melanjutkan Jokowi, ada yang mengusung gagasan perubahan. Ini jadi menarik untuk publik dan menjadi pendidikan politik," tandasnya.

 

Konsistensi

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review  Ujang Komarudin menilai, pencapresan Anies Baswedan bergantung sekali dengan sikap politik Ketum Nasdem Surya Paloh.

“Ya tergantung Pak Surya Paloh kalau dia konsisten mendukung Anies dengan koalisi perubahannya, artinya tiga pasang,” ujar Ujang.

Tiga pasang capres-cawapres yang dimaksud adalah capres Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. 

Namun Ujang mengingatkan, dinamika pencapresan ini masih akan terus terjadi sampai hari pendaftaran capres-cawapres.

“Jadi tergantung nanti kita lihat Oktober 2023, empat bulan lagi, siapa capres-cawapres yang didaftarkan koalisi partai,“ sebut Ujang. 

Meski mengambil peran oposisi jelang Pemilu 2024, Partai Nasdem masih berada dalam pemerintahan Kabinet Indonesia Maju. 

“Masih ada dua kader Nasdem di kabinet, di saat yang sama Nasdem dibiarkan untuk mengusung Anies, untuk berkoalisi sendiri dengan PKS dan Demokrat. Mungkin pak Jokowi melihat bahwa Nasdem atau Surya Paloh serius mengusung Anies ya dibiarkan saja,” jelas Ujang yang juga dosen di Universitas Al Azhar ini.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengadakan pertemuan dengan Ketum Nasdem Surya Paloh. Pertemuan ini diapresiasi sebagai bentuk profesionalitas presiden.

“Saya melihatnya jokowi serius memainkan peran dan bisa membedakan antara di politik dan kabinet,” kata Ujang.

Apa pun gerak Jokowi akan memberi manfaat bagi dirinya. Sebagai Presiden maupun King Maker Pemilu 2024.

“Mungkin saja Jokowi sedang ingin membangun sebuah kekuatan baik di kabinet maupun dalam konteks koalisi partai-partai, dengan menjadi king maker, ingin berperan besar dalam koalisi pasangan capres-cawapres,” tandas Ujang. (Z-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya