Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Jenderal Gajah dan Bola Berpulang

Suryopratomo, Duta Besar Indonesia untuk Singapura
19/8/2025 05:44
Jenderal Gajah dan Bola  Berpulang
I Gusti Kompyang (IGK) Manila 1942-2025(DOK. NASDEM)

GAJAH mati meninggalkan gading, Jenderal Gajah berpulang menyelamatkan gajah. Kepergian I Gusti Kompyang Manila begitu mengejutkan. Senin pukul 06.44 waktu Singapura, seperti biasanya Pak Manila mengirimkan pesan Whatsapp ke telepon seluler saya.

Pagi itu perwira tinggi bintang dua itu mengirimkan meme wajahnya dengan tulisan 'Selamat Pagi'. Ritual saya setiap selesai menjalankan salat Subuh ialah menerima sapaan pagi dari Pak Manila.

Juli lalu pesan yang dikirimkan agak panjang. 'Pak Dubes, apa kabar? Kapan Pak Dubes akan berakhir tugasnya di Singapura', begitu Pak Manila mengirimkan pesan.

Saya tidak bisa menjawab pasti karena baru tahu ancer-ancer kepulangan setelah hampir lima tahun bertugas di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura. 'Sebelum Pak Dubes pulang saya ingin bisa berkunjung dan bertemu Pak Dubes di Singapura', tulis Pak Manila.

Saya sempat merasa senang karena seminggu kemudian Pak Manila mengirimkan tanggal penerbangan ke Singapura. 'Nanti kalau saya ke Singapura, izin untuk bisa menginap di Wisma', tulis Pak Manila.

Tentu saya sangat gembira menerima rencana kedatangan jenderal yang berhati baik itu. Kami pernah sama-sama bekerja dalam satu kelompok usaha, yaitu Media Group. Saya menjadi direktur di Metro TV, sementara Pak Manila menjabat komisaris.

Namun, setelah komunikasi yang panjang itu, Pak Manila tidak pernah tiba di Singapura. Hanya pesan-pesan pendek yang setiap hari dikirimkan, tanpa pernah menjelaskan mengapa beliau tidak pernah melaksanakan niatnya untuk mengunjungi saya di Singapura.

Sampai tiba pesan Senin pukul 06.44 waktu Singapura. Saya sungguh kaget ketika 3 jam 16 menit kemudian saya mendengar kabar bahwa Pak Manila meninggal dunia di Rumah Sakit Bunda, Jakarta.

NAMA BESAR
IGK Manila bukan anggota militer biasa. Polisi militer yang satu ini mempunyai rekam jejak yang luar biasa. Bukan hanya karena ikut dalam Operasi Dwikora, melainkan juga memimpin sebuah misi yang tidak biasa. Menyelamatkan gajah.

Pada 1981 ketika program transmigrasi baru digalakkan Presiden Soeharto, para transmigran di Lampung pernah nyaris frustrasi. Pasalnya, di kebun yang mereka buka, tanamannya hancur dirusak sekawanan gajah. Karena terus berulang, nyaris diambil keputusan fatal membasmi kawanan gajah itu.

Gajah lampung dikenal keunikannya karena mewakili jenis gajah berbadan kecil. Gajah yang satu ini berbeda dengan gajah india yang ukuran badannya besar atau jenis gajah ukuran menengah yang ada di kawasan Indo China. Itulah yang membuat gajah lampung perlu dilestarikan.

Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim ketika itu melaporkan kepada Presiden Soeharto agar kelompok gajah itu jangan dibunuh. Lebih baik dipindahkan ke habibat yang lebih cocok dan lebih luas. Seekor gajah membutuhkan luasan sekitar 400 ha agar bisa memenuhi kebutuhan hidup sepanjang tahun.

Presiden Soeharto kemudian memanggil Letnan Kolonel IGK Manila memimpin operasi memindahkan gajah. Selama satu tahun IGK Manila mempersiapkan operasi untuk memindahkan gajah dari Air Sugihan ke Lebong Hitam sejauh 70 km. Bukan hanya pasukan untuk menggiring 242 gajah mulai yang masih anak hingga dewasa yang harus dipersiapkan, melainkan juga pelintasan kawasan gajahnya.

Operasi yang diberi nama Operasi Ganesha itu dilakukan selama 44 hari nonstop sampai pada 22 Desember 1982 kawanan gajah itu menemukan habibat mereka yang baru. Kesuksesan itu tidak hanya memancing decak kagum para pecinta satwa dari seluruh dunia, tetapi juga memberikan pelajaran bahwa manusia bisa hidup berdampingan dengan gajah.

Prajurit Tentara Nasional Indonesia yang ikut dalam Operasi Ganesha sampai meneteskan air mata ketika selesai menjalankan operasi. "Mereka yang biasa memegang senapan ternyata bisa menangis, gajah telah memanusiakan manusia," ujar Emil Salim, mengenang Operasi Ganesha.

DISIPLIN
Kepatuhan dan kedisplinan menjadi ciri dari seorang IGK Manila. Ketika Ketua Umum PSSI Kardono merasa sedih melihat kedisplinan para pemain nasional, IGK Manila dipanggil untuk meningkatkan disiplin pemain sepak bola. Ia bawa para pemain sepak bola ke barak militer untuk diajari soal kedisiplinan. Bahkan yang paling kontroversial ketika IGK Manila memotong rambut pemain pendek seperti tentara dan diajarkan baris berbaris.

Pendekatan militer yang IGK Manila terapkan memang mampu membuat pemain patuh kepada pelatih dan disiplin dalam menjalani latihan. Lepas dari pendekatan itu mengurangi kreativitas pemain dan membuat pemain seperti robot, ketika ia memimpin PSSI tampil di SEA Games 1991, tim nasional Indonesia untuk kedua kalinya mampu meraih medali emas cabang sepak bola.

Kedisplinan menjadi ciri IGK Manila bahkan setelah pensiun sebagai anggota militer. Ketika Ketua Umum Partai NasDem ingin membentuk kader yang memiliki rasa nasionalisme yang kuat, tidak salah apabila pilihannya jatuh kepada IGK Manila.

Akademi Bela Negara dipercayakan kepada IGK Manila sebagai gubernur untuk menyusun kurikulum pendidikan bagi para calon anggota NasDem. Bahkan akademi itu menjadi andalan partai untuk memberikan pemahaman mengenai perjuangan NasDem kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat terpilih dari Partai NasDem.

Kepergian IGK Manila merupakan sebuah kehilangan yang luar biasa bagi mereka yang memahami pentingnya arti kedisplinan. Seperti gading yang menjadi peninggalan gajah, kedisiplinan akan selalu dikenang sebagai peninggalan seorang IGK Manila. Selamat jalan, Jenderal!

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya